#11
Kini Jung Ho tahu kenapa saat itu Jung Ah enggan menerima gaun pemberiannya. Karena Jung Ah tak ingin ia melihat bekas luka bakar itu. Jung Ah tidak ingin membuat kakaknya merasa bersalah karena telah meninggalkannya di depan kedai 15 tahun lalu.
Meskipun belasan tahun telah berlalu Jung Ah masih ingat betul bagaimana luka itu bisa membekas di tubuhnya. Istri pemilik kedai itu dengan sengaja menyiramkan air panas ke punggung Jung Ah hanya karena gadis itu melakukan sebuah kesalahan kecil. Wanita itu juga tidak segan memukul kaki Jung Ah dengan menggunakan sebatang rotan. Tak jarang Jung Ah merintih sepanjang malam karena harus menahan lapar akibat tak diberi makan malam oleh istri pemilik kedai. Dan ia harus terbiasa tidur di dalam ruangan sempit dan pengap yang biasa digunakan untuk menyimpan barang-barang tidak terpakai.
Semua hal buruk itu telah dilalui Jung Ah ketika masih kecil. Seiring berjalannya waktu dan Jung Ah beranjak dewasa, istri pemilik kedai itu tidak lagi menyiksanya. Namun, wanita itu membebani Jung Ah dengan banyak pekerjaan. Ia hanya memberi Jung Ah makanan dan tempat istirahat tanpa memberi gadis itu gaji. Akan tetapi, Jung Ah mengambil uang tip yang diberikan pelanggan secara diam-diam tanpa sepengetahuan pemilik kedai. Kelak jika uang itu terkumpul banyak, Jung Ah berencana untuk pergi dari tempat itu. Ia akan menyewa sebuah kamar yang harganya murah dan mencari pekerjaan demi menyambung hidup. Jung Ah juga sempat berpikir untuk mencari kakak kandungnya yang telah menghilang selama 15 tahun.
Namun, pada suatu malam tiba-tiba saja Jung Ho datang menjemputnya. Pria itu seperti keajaiban yang turun dari langit untuk menyelamatkan hidup Jung Ah dari penderitaan.
Perjalanan ke makam kedua orang tua mereka memakan waktu cukup lama, hampir satu jam. Pasalnya area pemakaman kedua orang tua Jung Ho berada di daerah perbukitan yang jauh dari pusat kota.
Jung Ah membawa rangkaian bunga Krisan untuk kedua orang tuanya, sementara Jung Ho membawa buah-buahan dan perlengkapan lain. Hampir tidak ada percakapan selama mereka berkendara. Jung Ho sibuk dengan pikirannya, sedang Jung Ah tak berani membuka suara. Namun sesekali gadis itu mencuri tatap ke arah kursi pengemudi demi melihat raut wajah kakaknya. Apakah amarah masih tampak di sana ataukah Jung Ho telah berhasil mengendalikan emosinya?
Usai meletakkan rangkaian bunga Krisan di dekat batu nisan kedua orang tuanya, Jung Ah memanjatkan doa. Begitupun dengan Jung Ho. Setelah hari pemakaman baru kali ini Jung Ho dan Jung Ah berkunjung ke sana. Awalnya mereka kesulitan untuk mencari keberadaan makam kedua orang tua mereka, tapi akhirnya Jung Ho berhasil mengingat letak makam ayah dan ibunya.
"Maafkan kami baru datang sekarang, Ayah, Ibu."
Jung Ho memilih berdiri agak jauh dari tubuh Jung Ah yang sedang bersimpuh di dekat makam kedua orang tua mereka. Pikiran pria itu berada di tempat lain, jauh dari tanah yang dipijaknya sekarang. Benaknya terus merangkai peristiwa masa lalu tentang semua hal yang mungkin dialami Jung Ah sesaat setelah ia meninggalkan adiknya di depan kedai.
Bagaimana tubuh Jung Ah yang masih kecil dan rapuh itu harus menerima penyiksaan yang begitu keji? Tak punya hati nuranikah mereka? Ataukah mereka telah kehilangan kewarasan? Seandainya Jung Ho tidak pernah meninggalkan Jung Ah sendirian di depan kedai itu ...
"Kak Jung Ho."
Lamunan Jung Ho seketika terbang ke angkasa yang berhiaskan segumpal awan serupa kapas. Pria itu tersadar saat pundaknya ditepuk Jung Ah.
"Kak Jung Ho tidak ingin menyapa Ayah dan Ibu?" tegur Jung Ah. Telah menjadi kebiasaan orang-orang Korea berbicara di depan makam seolah-olah mereka yang telah tiada bisa mendengar ucapan dari orang-orang yang ditinggalkannya.
Jung Ah telah selesai berbicara pada makam beberapa saat lalu. Sementara Jung Ho belum mengatakan apapun pada Ayah dan Ibu mereka, meskipun itu hanya salam jumpa.
"Aku sudah melakukannya dalam hati," sahut Jung Ho tidak bersungguh-sungguh.
"Kumohon jangan memikirkan hal itu lagi. Aku tidak ingin Kak Jung Ho menyesali semua yang telah terjadi. Toh, semua sudah berakhir. Kita telah berkumpul lagi dan kita hidup bahagia sekarang," ujar Jung Ah berusaha untuk menenangkan hati Jung Ho yang terasa tercabik ketika melihat bekas luka bakar itu.
"Apa kau sudah selesai? Apa kita bisa pergi sekarang?"
Jung Ah mendesah kesal. Ucapannya bagai angin lalu bagi Jung Ho. Pria itu jelas-jelas sengaja mengabaikan semua perkataan Jung Ah. Jung Ho hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Jangan melakukan apapun pada mereka!"
Jung Ah setengah berseru pada Jung Ho yang mulai mengambil langkah ke jalan setapak yang menurun menuju ke arah keluar area pemakaman.
Sebenarnya Jung Ah bisa memaklumi perubahan pada diri Jung Ho. Pria itu berubah total semenjak mengetahui bekas luka di tubuh Jung Ah tadi pagi. Gadis itu merasa takut kalau-kalau Jung Ho berbuat sesuatu yang buruk, terlebih lagi pada pasangan suami istri pemilik kedai.
Jung Ah bergegas menyusul langkah Jung Ho yang kian jauh dari jangkauan gadis itu. Jung Ho tidak menyahut teriakan Jung Ah. Menoleh pun tidak. Membuat Jung Ah kian khawatir melihat gelagat aneh Jung Ho.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top