#05

Jung Ho menghentikan mobil sedan yang ia kendarai di tepi sungai Han tepat jam 12 tengah malam. Udara musim dingin kian menggigit persendian, tapi tubuh Jung Ho telah terbungkus sebuah mantel tebal berwarna cokelat tua. Suasana sepi. Tak ada bulan atau benda langit lain yang tampak oleh mata telanjang di atas kepala Jung Ho. Sementara di sekitar tempat itu hanya ditumbuhi rerumputan liar yang jarang dijamah orang. Biasanya orang-orang menikmati pemandangan Sungai Han dari sisi lain. Kawasan itu juga tidak terpantau dari mata kamera pengawas.

Pria itu menebarkan pandangan ke sekeliling. Belum tampak mobil lain di tempat itu. Sesuai kesepakatan semestinya mereka datang tepat jam 12 malam ini. Mungkin mereka masih dalam perjalanan, pikir Jung Ho tak ingin menaruh kecurigaan. Selama ini mereka selalu tepat waktu dan tak pernah ada masalah dalam transaksi.

Selang beberapa detik setelah Jung Ho berpikir, dari arah kejauhan tampaklah sorot cahaya yang bergerak menuju ke tempat Jung Ho memarkir mobil sedan milik Tuan Jang. Sebuah mobil lain terlihat melaju mendekat. Itu mereka, batin Jung Ho yang bergegas mematikan mesin mobil. Pria itu bersiap. Sebuah koper diraihnya dari atas jok samping, lantas dibawanya keluar dari mobil.

Benar, itu memang mereka.

Jung Ho berjalan beberapa langkah ke depan dengan membawa sebuah koper hitam di tangannya. Sedang dari dalam mobil yang baru saja tiba, keluarlah seorang pria yang berusia beberapa tahun lebih tua dari Jung Ho. Penampilannya tak serapi Jung Ho. Pria itu hanya mengenakan celana panjang denim dan tubuhnya dibalut sebuah jaket tebal dengan hiasan bulu-bulu sintetis pada bagian kerahnya. Sepatunya setinggi mata kaki, terlihat kuat dan masih baru. Pria itu berkumis tipis dan ia sedang mengulum sebatang permen loli. Ia membawa sebuah tas jinjing beresleting di tangannya.

"Kau sudah datang?" Pria asing itu lebih dulu menyapa Jung Ho. Gayanya terkesan santai. Bicaranya juga non-formal.

Jung Ho membalasnya hanya dengan dehaman kecil.

Kedua pria berbeda tuan itu berhenti saat jarak antar keduanya hanya terpisah beberapa jengkal saja. Angin dingin berembus membawa aroma musim dingin yang beku ke wajah mereka.

Tanpa perkataan apa-apa pria itu dan Jung Ho saling mengulurkan tas masing-masing. Seolah sudah berkomunikasi dalam hati, keduanya kompak bertukar tas di tangan mereka.

Setelah menerima tas jinjing dari pria itu, Jung Ho langsung memeriksa isinya. Begitu dibuka tampaklah berbendel-bendel uang di dalam tas itu.

"Aku tidak perlu memeriksa isinya, kan?" tanya pria asing itu seolah enggan untuk membuka koper yang tadi diserahkan Jung Ho padanya.

Jung Ho mengedik.

"Terserah." Jung Ho kembali menutup tasnya dan bersiap untuk balik kanan.

"Baiklah. Aku percaya padamu." Pria itu benar-benar tidak ingin memeriksa isi kopernya. Pasalnya bukan kali ini saja ia bertransaksi dengan orang suruhan Tuan Jang dan hasilnya tidak pernah mengecewakan. Sekalipun Tuan Jang seorang bandar narkoba kelas kakap, pria itu tidak pernah sekalipun melakukan kecurangan. Baginya bisnis adalah bisnis. Sedikit kesalahan dalam bertransaksi akan menghancurkan reputasi diri sendiri.

"Pertemuan berikutnya akan diberitahukan sendiri oleh Tuan Jang," ucap Jung Ho sebelum ia mengakhiri pertemuan singkat itu.

"Baiklah. Sampai jumpa."

Kedua pria itu saling memutar tubuh, lantas berjalan kembali ke mobil masing-masing. Transaksi telah berhasil.

Jung Ho segera melajukan kembali mobilnya ke jalanan meninggalkan sungai Han yang airnya terlihat tenang malam ini. Ia mesti pulang ke kediaman Tuan Jang secepatnya dan menyerahkan tas berisi uang itu kepada tuannya.

Transaksi kali ini bukanlah yang pertama bagi Jung Ho. Ia sudah melakukan hal yang sama selama lima tahun terakhir dan semua transaksinya sukses. Maka dari itu Tuan Jang memberikan kepercayaan penuh padanya untuk melakukan transaksi narkoba.

Dalam benak Jung Ho tidak pernah lekang ingatan tentang Jung Ah. Meskipun ia sanggup memasang wajah dingin dan datar seolah tak pernah terjadi apa-apa, tapi hatinya seolah tersayat tiap kali mengingat wajah polos Jung Ah. Apa kabar gadis itu? Apa yang ia lakukan sekarang? Apa ia baik-baik saja?

Jung Ho membawa serta pertanyaan-pertanyaan itu ke manapun ia pergi. Termasuk saat ini. Ketika ia melakukan transaksi ilegal pun, bayangan Jung Ah sempat terlintas di kepalanya. Saat ia menyetir, berbaring untuk tidur, bersiap untuk makan, wajah Jung Ah senantiasa terpatri di benaknya.

Mungkinkah ia bisa hidup bersama dengan Jung Ah dan mewujudkan impiannya membuka kedai tteokbokki?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top