#02
"Apa kau lelah, Jung Ah?"
Jung Ho tetap menggandeng tangan Jung Ah ketika mereka tiba di sebuah kawasan yang nyaris dipenuhi dengan tempat usaha, terutama makanan. Mereka tidak tahu berapa lama mereka berjalan kaki menembus malam dan hawa dingin yang menusuk. Namun, suasana langit di atas kepala mereka mulai terang. Tampaknya pagi akan tiba beberapa saat lagi.
Jung Ah hanya mengangguk. Dagunya tertunduk. Kedua kakinya pegal, tapi gadis itu tidak ingin menceritakan rasa lelahnya pada Jung Ho.
"Sebaiknya kita beristirahat dulu. Kurasa kita sudah jauh dari panti," ucap Jung Ho. Ia pun sama lelahnya dengan Jung Ah, akan tetapi Jung Ho tak ingin adiknya tahu jika ia lelah. Bagaimanapun juga ia harus tampak kuat di depan Jung Ah.
Jung Ho membimbing Jung Ah menuju ke teras sebuah kedai. Jung Ho tidak sengaja memilih tempat itu. Ia hanya berpikir harus segera beristirahat dan kedai itu berada paling dekat dengan posisi tubuhnya.
"Tidurlah. Kau pasti lelah."
Jung Ho duduk bersandar pada dinding kedai, begitu juga dengan Jung Ah. Jung Ho menawarkan pundaknya untuk bersandar kepala Jung Ah.
Keduanya tertidur pulas karena kelelahan selama beberapa saat, hingga seorang wanita pemilik kedai datang menghampiri mereka. Mula-mula wanita itu hanya memerhatikan Jung Ho dan Jung Ah. Namun, setelah selesai mencermati wajah keduanya, wanita itu mengulurkan tangannya ke lengan Jung Ho.
"Hei, bangun," hardik wanita itu memaksa Jung Ho agar membuka kedua matanya.
"Agh." Jung Ho tergagap. Rasa kantuknya seketika hilang saat ia membuka mata dan mendapati seraut wajah wanita terpampang di hadapannya. Usia wanita itu hampir sama dengan usia mendiang ibu Jung Ho.
"Kau siapa? Kenapa ada di sini?" Wanita itu menatap Jung Ho dengan sepasang mata menyipit.
Jung Ah masih tetap tertidur pulas. Gadis itu benar-benar kelelahan setelah berjam-jam lamanya berjalan kaki.
Jung Ho meletakkan kepala Jung Ah pelan-pelan ke atas tas miliknya dan ia segera menegakkan tubuh.
"Kami datang dari tempat yang jauh, Nyonya. Kami tidak punya orangtua. Apa Nyonya bersedia membantu kami?" tanya Jung Ho berusaha bersikap sopan. Dengan begitu, mungkin saja hati wanita itu tergerak untuk menolong mereka.
Wanita itu tidak segera menyahut.
"Memangnya apa yang bisa kubantu?" tanya wanita itu setelah selesai meneliti perawakan Jung Ho dari atas hingga bawah. Ia juga sempat melirik Jung Ah yang kini tertidur di atas lantai teras dengan tas ransel sebagai alas kepalanya. Gadis kecil itu seolah tidak terganggu oleh suara di sekitarnya. Ia masih tertidur dengan pulas.
Jung Ho menarik napas. Sepanjang perjalanan tadi ia memutar otak. Namun, tidak menemukan ide untuk kelanjutan hidupnya dengan Jung Ah. Tapi, setelah melihat wanita itu, Jung Ho tiba-tiba mendapatkan sebuah gagasan.
"Apa kami bisa tinggal bersama Nyonya? Kami bisa membantu di kedai ini. Apapun akan kami kerjakan asal bisa makan dan punya tempat untuk tidur."
"Memangnya apa yang bisa dilakukan anak sekecilmu, hah?" Wanita itu menyunggingkan senyum meremehkan. Bahkan gadis kecil yang kini sedang terlelap di lantai teras kedai itu masih berusia tujuh tahun. Bukannya membantu, mereka hanya akan menambah beban wanita pemilik kedai.
Tidak mudah bernegosiasi dengan orang dewasa sedangkan Jung Ho masih di bawah umur.
"Apa saja, Nyonya." Jung Ho tidak ingin menyerah. Ia harus membujuk wanita itu demi Jung Ah. Demi keberlangsungan hidup mereka berdua. Jung Ho tidak ingin Jung Ah terlintas di jalanan.
Awalnya wanita itu enggan untuk menggubris perkataan Jung Ho, akan tetapi ia sempat berpikir sebelum memutuskan.
"Kemarilah." Wanita itu menyuruh Jung Ho agar berjalan ke dekatnya.
Jung Ho melangkah maju dua langkah ke hadapan wanita pemilik kedai.
"Baiklah, aku bersedia menampung salah satu dari kalian. Kau tahu, aku hanya punya kedai kecil ini dan penghasilanku tidak banyak. Kau bisa memilih kau atau adikmu yang tinggal bersamaku," ucap wanita itu akhirnya.
Jung Ho tercekat. Di satu sisi ia merasa lega karena wanita itu menyatakan kesanggupannya menampung salah satu dari mereka. Tapi, untuk memilih siapa yang akan tinggal bersama wanita itu sulit dilakukan Jung Ho. Bagaimana mungkin ia akan meninggalkan Jung Ah yang masih kecil bersama orang asing yang sama sekali tidak dikenalnya?
"Bagaimana? Apa keputusanmu?" desak wanita itu menyentak kebisuan Jung Ho.
Jung Ho kebingungan. Di usianya yang masih 14 tahun ia sudah dihadapkan pada pilihan yang dilematis.
"Adikku yang akan tinggal di sini, Nyonya," putus Jung Ho setelah berpikir tak lama. Lebih baik Jung Ah yang tinggal bersama wanita itu ketimbang pergi dan tanpa tujuan.
"Bagus. Sekarang bangunkan adikmu. Aku perlu membuka kedai."
"Ba-baik, Nyonya." Jung Ho terangguk dengan gerakan kaku.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top