Chapter 2

Izzy menghela napas kesal. Entah kuncinya kerasukan setan apa sampai bisa ketinggalan lagi. Seperti malam sebelumnya, dia kembali ke kantor pada jam yang sama. Kalau kemarin dia merinding disko di lift, sekarang malah joget-joget tidak jelas sambil berkaca. Ini dilakukan karena dia bosan, juga demi mengusir pemikiran-pemikiran parnonya.

Dengan langkah cepat, Izzy mengambil kunci rumahnya setelah tiba di lantai tujuan. Saat sudah mengantongi kunci, telinganya mendengar suara aneh. Kali ini bukan suara desahan, melainkan...

"Eh, copot-copot." Izzy latah ketika pundaknya ditepuk cukup keras. "Ampun, Mbah, ampun... suwer nggak akan ke kantor lagi besok. Ini kunci saya bandel keluar dari tas segala," ucap Izzy dengan mata tertutup tanpa mau menoleh ke belakang.

"Saya baru tau kunci bisa keluar sendiri dari tas," ucap Zery. Kebetulan dia baru akan pulang setelah mengerjakan beberapa pekerjaan yang menumpuk. Saat keluar ruangan, dia melihat Izzy mengendap-ngendap kayak maling.

"Kok setannya bisa jawab gue sih? Sumpah, jaman udah makin horor. Ya, Tuhan,  lindungi hambamu dari setan terkutuk..."

"Apa menurut kamu wujud saya kayak setan? Makanya nengok dulu."

Izzy tidak berani menoleh ke belakang meskipun hati kecilnya menyuruh dia melihat asal suara tersebut. "Nggak mau. Saya tau kamu penunggu di sini. Saya mau pulang aja biar bisa mimpi dipeluk pangeran." Satu kaki Izzy mulai maju ke depan, namun tubuhnya tertahan karena tangan asing itu memutar tubuhnya. 

Akibat sentuhan ini, Izzy mendadak bersimpuh. Dia menutup kepalanya dengan kedua tangan. "Maaf, sesepuh. Maafin saya ganggu. Sumpah saya nggak akan dateng lagi besok malem. Saya kapok. Beneran. Tapi jangan ganggu saya. Plis..."

Zery menggeleng. "Reaksi kamu berlebihan banget. Ini saya bos kamu, bukan sesepuh atau setan terkutuk."

Mendengar kalimat itu, buru-buru Izzy membuka kelopak matanya. Mulutnya menganga ketika menyadari sosok di depannya memang bosnya, bukan hantu yang dia kira. Secepat kilat, Izzy berdiri dan menundukkan kepala berulang kali. "Maaf, Pak. Saya pikir..."

"Iya tau, kamu pikir saya setan. Mana ada setan ganteng kayak saya," potong Zery.

Izzy membenarkan kalimat narsis yang satu itu. Siapa yang menyangkal kalau wajah blasteran Montazery Hadijaya gantengnya keterlaluan, bahkan nyamuk aja nggak akan berani nempel saking mindernya.

"Bapak belum pulang pasti lagi itu ya?" Izzy menebak sebelum mengatup mulut sialan yang asal ceplos. "Jangan dijawab, Pak. Anggap aja pertanyaan tadi keluar dari setan kepo dalam diri saya."

"Kalo saya lagi nonton kenapa? Kamu mau nemenin saya nonton?"

"Nggak, Pak. Saya nonton sinetron aja. Kalo gitu saya pulang. Permisi, Pak. Silahkan dilanjutkan kegiatannya." Izzy mengacungkan ibu jarinya lalu berbalik badan. Belum sempat melangkah, dia mendengar Zery bertanya.

"Rumah kamu di mana? Saya anterin pulang."

Izzy berbalik badan lagi, cengengesan tanpa dosa sambil berkata, "Eh, nggak usah, Pak. Nggak usah sekali maksudnya." Kalimat terakhirnya dia pelankan sehingga terdengar samar-samar.

"Saya cuma basa-basi sih. Sana pulang. Hati-hati ya," kata Zery dengan nada datarnya.

Izzy mengumpat kasar dalam hati. Dasar, manusia datar! Selain nada bicaranya yang tak bernada, wajahnya selalu tanpa ekspresi. Makanya Izzy tidak heran kalau Zery dipanggil Zetar alias Zery Datar. Untung Zetar, bukan Jedar.

"Ya udah kalo gitu--aaaakkkhh!!" Izzy melompak memeluk Zery saat melihat cicak merangkak ke arah kakinya.

Zery yang terkesiap segera melihat ke bawah, mendapati cicak kabur setelah mendengar teriakan Izzy. "Cicaknya udah kabur. Teriakan kamu lebih nakutin daripada suara emak-emak manggil."

"Bohong."

"Saya serius. Kamu sengaja ya meluk-meluk biar kebawa dalam mimpi kamu nanti?"

Izzy buru-buru melepas pelukannya. "Maaf, Pak. Tadi reaksi alami orang takut. Saya permisi, Pak."

Izzy melangkah cepat merasa malu, sementara Zery menyusul dari belakang. Izzy menoleh ke belakang, sedikit tak tenang melihat bosnya mengikuti. Setibanya di depan lift, bosnya juga mengikuti. Merasa lift terlalu lama, Izzy memutuskan turun melalui tangga darurat. Lagi dan lagi, bosnya mengikuti. Hal ini membuat Izzy jengah.

"Pak, kenapa sih ngekorin saya mulu kayak anak ayam?" protes Izzy kesal setelah berbalik badan menghadap Zery.

"Saya cuma mau bilang kalo kamu lewat tangga darurat, pintu di paling bawah pasti udah dikunci. Ini udah jam sembilan," jelas Zery.

Izzy terbelalak kaget. "What??! Terus kenapa Bapak nggak tahan pintu yang ini?" Dia segera menarik pintu darurat yang dimasukinya namun tidak terbuka. "Aduh... gimana keluarnya kalo ketutup??!"

Belum ada Zery menanggapi, Izzy kembali menggerutu, "Aduh, kenapa gue punya bos begini amat yak? Bolot banget. Udah tau pintu darurat ngapa dia nggak jagain sih biar tetep kebuka??"

"Saya bolot?"

Izzy tidak ingin kena SP apalagi dipecat karena ucapan kontroversialnya ini. Dia langsung meralat, "Nggak, Pak. Maksudnya saya lagi bahas Bolot pelawak itu. Bapak pinter banget kok."

"Daripada kamu gerutu nggak jelas kayak burung beo, mending diem. Mungkin di bawah belum ditutup. Kamu tunggu di sini aja, saya turun untuk cek dulu."

Zery sudah melangkah turun, dan Izzy terpaksa mengikuti Zery karena takut. Masa dia harus menunggu di lantai dua puluh empat sementara bosnya turun ke bawah? Lebih baik dia turun sekalian sama si Zetar.

"Pak Zetar, jalannya pelan-pelan dong. Kaki saya pendek nih, nggak bisa ngikutin langkah Bapak yang kelewat lebar," keluh Izzy sebal.

Zery menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang, dan bertanya, "Zetar?"

Izzy menggigit bibirnya. Sambil pura-pura tertawa, Izzy berkata, "Bapak salah denger tuh. Orang saya manggil Cetar. Bapak Cetar. Hehehe..."

Zery tidak mau mengambil pusing panggilan aneh yang keluar dari mulut Izzy. Memangnya Izzy pikir dia tuli sampai tidak bisa mendengar panggilan aneh itu? Apalagi tangga sepi begini, dan suaranya menggema. Tanpa mau berdebat, Zery melanjutkan langkahnya. Sesekali dia melihat Izzy yang kewalahan mengikuti langkahnya yang terlalu cepat. Merasa kasihan, Zery memperlambat langkahnya.

"Kaki kamu nggak sakit pakai heels gitu? Kita masih harus turunin dua puluh lantai lagi," tanya Zery.

"Nggak, Pak. Kaki saya terbuat dari baja jadi nggak akan sakit," jawab Izzy pura-pura kuat. Padahal sih, dia mulai nahan sakit akibat lecet.

"Oh." Zery kembali melangkah. Tapi telinganya menangkap suara rintihan Izzy dan gumaman kecilnya. "Aduh, masa langsung lecet. Dasar kaki kampung!"

"Nyeker aja daripada nyiksa kamu."

"Eh?"

"Saya bilang nyeker. Soalnya kaki kamu lecet."

"Nggak kok, Pak. Kaki saya..." Izzy kaget melihat Zery meletakkan sepatunya di depannya. "Kok Bapak lepas sepatu?"

"Saya nggak mau karyawan saya mati karena kakinya luka. Buruan pakai sebelum saya berubah pikiran."

"Asyiiiaaaappp, Pak!"

Zery menggeleng, dan tanpa sadar kedua sudut bibirnya menciptakan senyum tipis mendengar sahutan Izzy. Selain nama yang unik, perempuan itu sifatnya unik. Baru kenal kemarin, Zery sudah tahu dua sifat Izzy; konyol, dan suka bereaksi berlebihan.

Setelah lebih dari tiga puluh menit menuruni anak tangga, akhirnya mereka tiba di lantai paling bawah. Zery mencoba membuka pintu namun tetap terkunci dan tidak ada sinyal. Sementara Izzy, dia sibuk berselonjor karena kakinya pegal.

"Aduh, kenapa harus terjebak sama Pak Zetar di sini? Ya, Tuhan... kalo diperkosa sama dia gimana?" gumam Izzy pelan sambil mengipas-ngipas dengan tangan.

"Saya bisa denger omongan kamu, Izzy. Saya nggak tuli," sahut Zery.

"I-i-itu bukan saya, Pak. Orang saya diem doang daritadi. Lagi ngipas-ngipas manja kayak Syahrini," balas Izzy dengan cengiran konyolnya.

Zery melepas jas hitamnya, melepas dasi yang mulai mencekik, dan pelan-pelan mendekati Izzy. Sambil pura-pura membuka kancing teratas kemejanya, dia berkata, "Gerah. Kayaknya saya perlu telanjang supaya adem."

"Jangan, Pak. Kalo saya khilaf mau peluk gimana?"

Oke, ini bukanlah respons yang diinginkan Zery. Jawaban perempuan itu justru membuat suhu tubuhnya semakin panas, dan pipinya juga. Sial! Ini namanya senjata makan tuan! Pinter banget Izzy bikin dirinya kelabakan.

"Jadi tolong jangan buka baju ya, Pak. Kasihan nih kalo sampai jiwa-jiwa ingin membelai yang ganteng muncul. Bapak bisa keenakan," canda Izzy sedikit menggoda.

Shit! Omongan Izzy makin terdengar ambigu di telinga Zery. Bulu kuduknya berdiri semua karena perempuan itu.

"Nggak, saya nggak buka baju. Bercanda aja. Kamu jangan serius-serius banget."

"Saya juga bercanda, Pak. Hehehe..."

Zery menjauhkan diri setelah cengiran Izzy yang satu itu. Dia takut terkontaminasi kegilaan dan kekonyolan Izzy. Lebih baik dia memantau hp yang tak menunjukkan tanda-tanda sinyal muncul. Di tengah kesibukannya memerhatikan hp, dia mendengar gedoran sekaligus teriakan kencang keluar dari mulut Izzy.

"Woi! Woi! Bukain pintu dong yang di luar! Gue lagi sama Pak Zetar nih, manusia paling datar sedunia! Buruan bukain sebelum gue mati mendadak ngadepin muka datarnya!!"

Setelah berulang kali menggedor pintu dengan keras, dan meneriakkan hal yang sama beberapa kali, Izzy terpaksa menghentikan kegiatannya sesaat menyadari Zery memelototinya. Bosnya itu bersedekap di dada dengan tatapan menyeramkan.

"Itu improvisasi, Pak. Siapa tau ada yang denger kalo saya bilang gitu," ucap Izzy. Dan untuk kesekian kalinya, dia nyengir. Besok-besok dia dikira gila sama Zery karena nyengir mulu!

"Jadi saya sedatar itu?"

Izzy menggeleng. "Nggak, Pak. Bapak sangaaaaaaat ekspresif," jawab Izzy. Kemudian dia meralat pelan, "Iya, di dalam khayalan gue."

Walau pelan, Zery dapat mendengar gumaman Izzy meski samar-samar. "Kamu belum lihat saya ekspresif kan? Mau tau kapan saya ekspresif?"

Izzy menggeleng. Tapi telinganya mendengar Zery berucap dengan nada menggoda. "Saat di ranjang." Bulu kuduk Izzy mendadak berdiri. Ya, Spongebob! Kenapa suara Zery terdengar lebih mesum dari bintang porno????

Zery membuka dua kancing teratasnya, mendekati tubuh Izzy sampai menabrak dinding, dan menyeringai nakal. "Mau dicoba? Saya lebih ekspresif saat berhubungan. Saya jamin kamu suka dengan beragam ekspresi yang saya tunjukkan."

Izzy melotot. Kedua tangannya ditaruh di depan dada setelah Zery semakin mepet dengan tubuhnya. "I-i-ini pintu darurat, Pak."

"Terus? Saya suka tempat-tempat ekstrem kayak gini. Kamu takut?"

"Iya, takut, Pak. Takut bunting."

Zery menahan tawa. Dia ingin tetap fokus menggoda Izzy namun ada saja jawaban dari perempuan itu yang bikin dia mau tertawa keras. Tapi dia tetap berusaha berperan dengan baik, ingin membalas kejahilan Izzy sebelumnya.

"Pak, rahim saya ngilu. Eh, maksudnya saya ngilu lihat Bapak kayak kesurupan gini," ucap Izzy.

Zery benar-benar membuka kemejanya, menunjukkan perut indah yang terbentuk. Bukan six pack lagi, tapi eight pack! Izzy meneguk ludah terkagum-kagum mengamati tubuh Zery yang luar biasa.

"Pak, saya ingetin lagi sebelum khilaf berjamaah eh, berdua. Ini tangga darurat."

Zery mengabaikan kalimat Izzy, menarik tangan Izzy yang menutupi dadanya, lalu mulai mendekati leher perempuan itu. Niat hati ingin bercanda, tapi lutut Izzy malah menggesek miliknya. Izzy yang berniat menendang milik bosnya malah berakhir salah gerakan. Berkat salah gerakan itu, Zery berhenti.

Seluruh tubuh Zery mendadak bereaksi atas gesekan itu. Sial! Tubuhnya menegang, bahkan bagian yang baru digesek sekali. Tidak. Izzy menggesekkan lututnya lagi dua kali, oh... tiga, dan... Zery menyerah.

"Shit! Kamu bener-bener nguji kesabaran saya, Izzy."

Izzy mengigit bibir bawahnya merasa bersalah. Kenapa lutut sialannya ini binal banget sampai nakal gesek-gesek milik Zery?? Ya ampun... kenapa bukan ditendang tapi malah digesek mulu???

Melihat Izzy mengigit bibirnya membuat sesuatu di dalam diri Zery muncul. Zery langsung menarik pinggang Izzy dan meraba punggungnya. "Ini gara-gara kamu. Saya nggak peduli kalo kamu hamil setelah ini."

"Hah???"

👔 👔 👔

Jangan lupa kasih komen dan vote😘😘😘😘🤗

Gimana sejauh ini ceritanya Izzy sama si Pak Zetar?😂😂

Follow IG: anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top