Chapter 16
Part atas chapter ini disponsori lagunya Train - Marry Me😍
-- BATAS MANIS --
👔Selamat Membaca👔
Pagi-pagi sekali Izzy menunggu hasil dari barang yang ada di tangannya. Dia bisa gila melihat garis-garis yang ditunggu. Zery yang memintanya melakukan tes ini sebelum ke rumah sakit. Katanya untuk memastikan apakah ini hasil dari ehem-ehem mereka, atau bukan. Begitu melihat ada garis yang muncul, Izzy diam seribu bahasa.
"Izzy, gimana hasilnya?" teriak Zery dari luar.
Izzy diam tak menjawab.
"Kamu nggak tenggelem di dalem kan? Saya penasaran," teriak Zery lagi. Tetap tak ada jawaban. "Izzy kalo kamu––" Zery menggantung kalimatnya ketika melihat pintu kamar mandi terbuka.
"Saya hamil, Pak."
"Serius? Kamu nggak bohong kan?"
"Serius, Pak." Izzy menyodorkan test pack yang ada di tangannya. "Serius kalo kita ena-ena lagi bisa jadi hamil."
Baru saja Zery senang, eh dibuat kecewa mendengar penuturan barusan. "Kenapa nggak hamil aja sih? Saya udah seneng tuh." Lalu dia melihat test pack yang menunjukkan satu garis.
"Emangnya udah siap punya anak, Pak?"
Zery mengangguk. "Umur saya udah tiga puluh tahun. Saya nggak mau nanti anak saya masih balita sementara saya udah tua banget. Belagio aja udah punya anak banyak."
"Tapi kan sepupu Bapak yang lain belum punya anak."
"Kata siapa? Libra pacarnya asli bule dan mereka udah punya dua anak. Gaara juga pacaran sama bule dan punya satu anak. Mereka berdua tinggal di Manhattan. Main ke sini sebulan sekali," jelas Zery. Mengingat kedua sepupunya itu tidak pernah pacaran sama warga lokal, keduanya memilih menetap di Manhattan. Mereka mengikuti gaya barat yang tinggal bareng, punya anak, lalu urusan menikah tergantung kebersediaan pribadi masing-masing.
Izzy terperanjat. "Hah?? Serius, Pak? Saya baru tau. Berarti mereka nggak nikah? Cuma tinggal bareng dan punya anak? Kumpul kebo dong, Pak?"
"Tahun ini Gaara mau nikah. Tahun depan Libra nyusul."
Izzy mengetahui rahasia lain keluarga Hadijaya. Ya ampun... kenapa banyak banget rahasia yang ditutupin? Memangnya mereka artis apa pakai acara sok-sok tertutup?!
"Terus Bapak kapan nyusul? Tahun ini atau tahun depan?" Izzy kedip-kedip manja.
Zery menarik tangan Izzy sampai terhempas pada tubuhnya. Tangan kokohnya mengunci tubuh Izzy dalam pelukan di pinggang. "Besok. Kita nikah besok," ucapnya dengan senyum miring.
"Maap nih, ini bukan kayak buang bra usang terus beli baru. Ini nikah sekali seumur hidup, Pak Zery. Ya Tuhan... apa perlu saya googling makna 'sekali seumur hidup'?"
Zery mengecup bibir Izzy sekilas. Ada gerakan protes dari mata pacarnya. "Saya tau artinya. Karena saya yakin sama kamu, makanya saya ngajak nikah secepatnya. Kamu nggak perlu khawatir soal apa pun karena keluarga saya pasti urus semuanya."
"Saya tau keluarga Bapak sekaya itu sampai mampu ngadain pesta pernikahan dalam sehari. Tapi bukan itu yang saya permasalahin. Tapi, apa Bapak yakin mau nikah sama perempuan seperti saya?"
"Justru perempuan seperti kamu yang membuat saya mau menikah."
"Halah... gombal!" cibir Izzy. Kemudian Izzy melenggang pergi mengambil ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur. Baru menggenggam ponselnya, dia merasakan pelukan Zery dari belakang.
"Saya serius, Izzy."
Izzy mendorong sedikit tubuh Zery hingga terlepas darinya. "Pak, ngajak orang nikah tuh yang serius. Jangan kayak ngajak main ke Dufan."
"If you said so..." Zery mundur dua langkah, mengambil sesuatu dari balik saku celananya, kemudian bertekuk lutut di depan Izzy setelah membuka kotak cincin. "Will you marry me, Izzy Pucella?"
Izzy terbelalak kaget. Oke, Izzy tidak tahu berapa harga satu karat berlian. Yang dia tahu bahwa cincin yang diberikan Zery pasti sangat mahal. Cincin berlian berbentuk tetesan air mata berwarna pink muda itu sangat mengesankan mata dengan kedalaman warna dan bias cahaya sempurna. Izzy pernah membaca di salah satu artikel yang menyatakan warna berlian merah muda sangatlah langka. Dan sekarang Zery memberikan padanya sebagai lamaran.
"Tadinya saya mau melamar kamu di depan ibu saya, tapi waktunya nggak tepat. Jadi saya baru berkesempatan melamar kamu dengan cara yang nggak romantis gini," akunya.
"Ini jauh dari kata romantis, Pak. Saya masih pakai tank top, dan Bapak pakai boxer. Udah gitu ngelamar di kamar lagi. Mana ada kesan romantis-romantisnya," cibir Izzy. Melihat sekelilingnya memang tidak ada yang romantis.
"Kamu lagi protes? Mau yang romantis?"
Izzy menggeleng. "Kalo saya nolak gimana, Pak?"
"Give me a reason why."
"Kalo saya punya riwayat sakit jantung, saya bisa mati mendadak. Apa Bapak melamar Freya dengan ngasih cincin yang sama?"
Zery mendesah kasar. "Kenapa ujung-ujungnya Freya sih? Saya nggak ngasih cincin ini. Cincin yang saya berikan ke Freya lebih murah dari yang saya kasih untuk kamu."
Izzy manggut-manggut.
"Cepet jawab. Kaki saya udah kesemutan nungguin jawaban kamu."
Izzy menahan tawa. Boleh juga nih dia kerjain Zery sampai satu atau dua jam bertekuk lutut begini. Namun sayang, dia belum tega mengerjai separah itu. Ah, tapi kasihan. Nanti mukanya makin datar. batin Izzy.
"Hm..." Izzy mengusap dagunya pura-pura berpikir. Melihat Zery melotot tidak sabar, membuat dia ingin menertawakan Zery. Namun ada bunga dan kupu-kupu terbang hinggap di hatinya. Ini seperti harapannya, dilamar di umur ke-28 tahun.
"Izzy Pucella..."
"Yes, I will."
"Serius nih? Ini jawaban beneran kan? Bukan bercanda kayak biasanya?" tanya Zery mencoba meyakinkan. "Kalo kamu bercanda saya terjun dari sini. Habis itu saya gentayangin kamu."
"Ya ampun, Bambang. Ini beneran. Saya mau menikah sama Pak Zery. Kalo nggak percaya, saya eja namanya. M-O-N-T-A-Z-E-R-Y. Udah ah, saya jadi haus," jawab Izzy seraya mengusap lehernya pura-pura haus. Sedetik kemudian dia mengulurkan tangannya ke depan. "Saya hitung sampai tiga ya. Kalo dalam hitungan ketiga cincinnya nggak melingkar di jemari saya, lamarannya saya tolak, Pak."
Zery senyam-senyum melihat Izzy. Baru kali ini dia dibuat segila ini sama perempuan. Biasanya dia memilih yang kalem, lemah lembut, dan lebih serius. Tapi Izzy tidak. Boro-boro kalem. Malah ganas dan agresif. Tipe perempuan unik yang tidak boleh dibiarkan lepas.
"Satu... dua..."
Zery menyematkan cincin di jari manis Izzy. Senyum semringahnya mulai menghiasi wajah datarnya. "Tiga. I got you, Izzy." Lalu Zery berdiri dan memeluk calon istrinya.
"Cie... calon suami. Uhuy!" bisik Izzy bercanda.
Ya, ampun... kayaknya dia kelewat tergila-gila sama pesona Izzy sampai bersedia ingin menikahi perempuan yang hobinya ngelawak mulu.
"Pak, kok kayaknya ada yang tegang sih? Senengnya sampai bawah gitu ya?"
Zery melepas pelukan, menurunkan pandangan pada celana boxer-nya. Tidak ada yang salah di bawah sana. Lalu dia melihat Izzy nyengir.
"Bercanda, Pak. Saya yang tegang nih mau diboboin. Eh, lanjut bobo maksudnya. Biar bangunnya agak siang. Hehehe..."
Sialnya, Zery sudah terpancing mendengar kata-kata pertama Izzy. Dia menarik tubuh perempuan itu, lalu menciumi lehernya. "Jangan salahin saya kalo nanti beneran hamil. Kamu mancing mulu."
"Saya cinta Pak Zery."
Zery menghentikan kegiatannya, dan mengendurkan sedikit pelukan pada Izzy. Matanya menodong Izzy agar mengulang kembali kata-katanya.
"Nggak ada siaran ulang, Pak. Izzy bucin udah pergi. Yang ada cuma Izzy ganas."
Tidak sempat Zery bertanya, Izzy sudah melompat sehingga Zery sigap menangkap tubuhnya. Izzy melingkarkan kaki pada tubuh Zery, serta melingkarkan tangan di lehernya. Lantas bibir merah ranumnya langsung melancarkan serangan bertubi mencium bibir Zery.
Well, ya... Zery tahu kelebihan lain Izzy selain melawak dan absurd. Perempuan itu pintar menggoda dan memberikan kepuasan yang tidak bisa dijabarkan. Sebuah nilai lebih yang tidak dimiliki semua mantan gebetan terdahulunya.
👔 👔 👔
Panas matahari sedang terik-teriknya. Sebagian orang memilih berlindung di bawah AC yang sejuk ketimbang keluar dan membakar kulit. Namun, Izzy memilih sebaliknya. Dia pergi ke makam keluarganya yang sudah lama belum dia kunjungi.
Dengan kedua lutut menyentuh tanah, Izzy mengusap batu nisan ayah, ibu, dan kakaknya bergantian. Ketiga orang yang pergi dengan cara berbeda. Air mata yang tertahan di sudut mata langsung jatuh membasahi pipi yang kering.
"Mama, Papa, Kak Vivelle. Akhirnya Izzy dateng lagi ke sini. Maaf baru sempat berkunjung," ucap Izzy lirih.
Tangis yang awalnya hanya sebatas tangis biasa berubah menjadi isakan menyakitkan. Izzy teramat sedih ketika tiga orang penting dalam hidupnya pergi. Ada banyak cerita yang Izzy tumpahkan setiap kali berkunjung. Andai saja mereka bertiga masih hidup, mungkin mereka bisa menghukum atau memarahi orang yang jahat padanya.
"Izzy kangen kalian..."
Zery yang berada di samping Izzy mengusap kedua sisi pundaknya pelan. Hatinya ikut sedih melihat Izzy menangis. Si pelawak ceria itu ternyata menyimpan luka lebih besar dari yang dia dapatkan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana Izzy bisa hidup sebatang kara.
Tangis Izzy semakin keras. Dengan cara menangis, Izzy dapat menyalurkan kesedihan dan rasa kehilangan yang menyelimuti hatinya. Tangisnya mulai berhenti setelah lima belas menit berlalu.
"Ma, Pa, Kak Vivelle... kenalin ini pacarnya Izzy. Namanya Montazery. Unik kan?" Izzy mulai menarik senyum walau air matanya masih meninggalkan jejak di pipi. "Tapi tadi Zery baru aja ngelamar Izzy. Tadinya mau ditolak tuh, tapi sayang ngelepas laki-laki datar kayak gini," lanjutnya mulai terkekeh.
"Halo, Om, Tante, dan kakaknya Izzy. Saya calon suaminya Izzy. Salam kenal. Semoga kalian nggak kecewa lihat tampilan saya," ucap Zery seraya menyentuh makam ayahnya Izzy.
"Zery ini atasan Izzy di kantor. Dia datar banget loh! Dari ekspresi, cara bicara, suaranya, semua serba datar. Kayaknya sih dia keturunan robot," cerita Izzy sambil mengusap batu nisan ayahnya. Dia selalu melakukan ini setiap bercerita di makam keluarganya.
"Jangan gitu dong. Bagusin saya kek di depan mereka," bisik Zery.
"Tadi Pak Zery minta dibagus-bagusin di depan kalian." Izzy menjulurkan lidahnya saat melihat Zery. "Biarpun Pak Zery datar tapi dia baik. Pak Zery merawat, menjaga, dan menyayangi Izzy seperti yang kalian lakukan dulu. Dia bisa merangkap jadi siapa aja. Bahkan bisa jadi tukang bersih-bersih. Karena kalo selesai makan, Pak Zery suka cuci piring."
Zery tak mengalihkan pandangannya memperhatikan Izzy yang bersemangat menceritakan dirinya. Kemudian, "Izzy juga baik, Tante dan Om. Kalian pasti bangga punya putri seperti Izzy. Dia unik, suka bikin orang ketawa, jago ngelawak, dan dia pinter nyembunyiin kesedihannya. Doain saya ya Om dan Tante, supaya bisa jadi tumpuan kesedihannya Izzy biar dia nggak nyembunyiin rasa sedihnya lagi."
Izzy terharu. Kata-kata Zery menyentuh dasar hatinya. Apalagi ketika Zery mengatakan kalimat itu, tatap mata lelaki itu tertuju padanya. Ya, Tuhan... kenapa dia seberuntung ini mendapatkan Zery sebagai pendampingnya? Mungkinkah dalam mimpinya dia pernah menyelamatkan dunia api sehingga imbalannya adalah Zery?
"Saya tulus mencintai Izzy. Saya nggak akan bilang janji tapi saya akan bilang kalo saya akan berusaha membahagiakan Izzy. Tolong lihat perkembangan kami berdua dari atas sana," tambah Zery masih dengan menatap Izzy yang kembali meneteskan air matanya.
"Saya akan menjaga dan melindungi Izzy seperti yang kalian lakukan dulu. Dan terima kasih udah melahirkan Izzy ke dunia. Saya laki-laki paling beruntung yang bisa memiliki Izzy."
Pecah sudah tangis Izzy. Memang ya, Zery punya mulut semanis cokelat. Bagaimana dia tidak tersentuh kalau Zery terus menerbangkannya ke langit.
Zery menarik Izzy dalam pelukannya. Membiarkan Izzy menangis dalam rasa harunya. Beberapa saat kemudian Izzy menarik diri dan membelai wajahnya. Ada isyarat bibir tanpa suara yang menumbuhkan getar-getar bahagia di hatinya. "I love you."
Beberapa menit kemudian Izzy berdiri, lalu disusul Zery setelah mereka berpamitan.
"Kita ketemu lagi, Izzy." Suara itu memaksa Izzy mengalihkan pandangan pada sumbernya.
Izzy terkaget-kaget melihat sosok itu. Tangannya refleks meremas lengan Zery sangat keras sampai kulit Zery tergores kukunya.
"Kamu dateng sama pacar baru kamu?"
Izzy diam membisu. Tubuhnya gemetaran. "Pak... ki-ki-kita pergi. Sa-sa-saya..." Oksigen terasa habis disedot oleh keterkejutannya. Lehernya terasa tercekik.
Zery yang menyadari reaksi Izzy melihat sosok di depan mereka langsung bingung. "Kenapa, Izzy? Dia siapa?"
Air mata Izzy jatuh kembali membasahi pipi. Tangannya terus mencengkram lengan Zery. "Ki-ki-kita pulang, Pak. Saya mohon..."
Zery tidak mengerti ada apa di antara Izzy dengan orang itu, tapi melihat Izzy gemetaran membuat dia khawatir. Akhirnya dia memutuskan membawa Izzy pergi dari sana.
Setelah beberapa menit meninggalkan makam, Zery kembali memperhatikan Izzy yang sudah duduk di jok sampingnya. Tangan Izzy yang berada di atas paha tampak gemetaran. Mata perempuan itu menunjukkan syok yang luar biasa seperti habis bertemu penjahat. Melihat hal itu, Zery langsung menggenggam tangan Izzy.
"Izzy? Kamu kenapa? Ada apa?"
👔 👔 👔
Jangan lupa vote dan komen semuanya😘😘😘🤗❤
Siapakah orang itu? Tunggu di chapter selanjutnya ya hehe
Izzy sama Zery kalau lagi konyol begini😂😂😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top