Chapter 14
Cuma mau bilang, cerita ini nggak sesimple cerita My Boss's Baby ya, jadi ya gitu deh😂😏
-- BATAS MUMET --
👔 Selamat Membaca 👔
Izzy duduk bangku––tepatnya di taman belakang––menemani Aira seperti permintaan wanita itu. Sedangkan Zery bermain basket bersama ayah tirinya. Selama Zery bersama Rio, dia berharap pria itu tidak mengatakan apa-apa tentang dirinya dan Aydin di masa lalu.
Dari pandangan lurusnya, Izzy ikut melihat apa yang Aira pandangi––mawar yang bermekaran. Taman belakang Aira dipenuhi bunga-bunga seperti mawar beraneka warna.
"Di antara semua orang yang bilang terluka, sebenarnya Zery yang paling terluka. Kamu tau kenapa?"
Izzy tersentak kaget. Dengan cepat dia merespons, "Nggak. Emangnya kenapa, Tante?"
"Soal kedatangan Gladissa, Ocha, dan Freya. Kamu pasti pusing kalo denger cerita tentang keluarga Hadijaya," jawab Aira. "Keluarga penuh drama. Tama selalu berkuasa penuh atas aturan yang dia ciptain sendiri di keluarga Hadijaya. Manusia paling egois dan ngeselin," lanjutnya.
"Uhm... aku masih nggak ngerti silsilah keluarga Hadijaya, Tante. Apalagi silsilah keluarga Zery dan Belagio," ucap Izzy jujur. Dia sengaja supaya Aira dapat menjelaskan silsilah rumit yang masih perlu dia selami.
"Dulu Tama pacaran sama banyak perempuan sampai akhirnya dia pedekate sama Ocha, ibu tirinya Zery. Waktu Tama ngajak Ocha ke rumah, ternyata Ocha tertarik sama Verel, adiknya Tama. Singkat cerita Tama ngebiarin Verel pacaran sama Ocha. Terus Tama nikah sama Tante dan Zery lahir. Hidup kami bahagia sampai ketika Ocha dateng bawa Gladissa. Saat itu Gladissa umurnya dua tahun. Ternyata setelah Ocha putus sama Verel, dia nggak bilang kalau dia hamil. Tapi Verel udah nikah sama Mariana, ibunya Belagio. Tante tau kalo Tama masih nyimpen rasa untuk Ocha makanya Tante cerai sama dia," cerita Aira.
"Jadi Tante ngalah dan ngebiarin Om Tama nikah sama Tante Ocha?"
"Iya. Buat apa kita bertahan dengan orang yang masih menyimpan rasa untuk masa lalunya? Akan lebih menyakitkan kalau pura-pura nggak tau. Lagian Tama secinta itu sama Ocha makanya rela nutupin fakta ini supaya nggak bikin rumah tangga Verel hancur. Kakak yang baik, sekaligus bodoh," jawab Aira.
Izzy mencoba mencerna kembali penjelasan Aira mengenai cerita singkat mengenai silsilah awal Tama, Verel, dan kehadiran Gladissa. Setelah berulang kali akhirnya dia paham.
"Kedatangan Gladissa dan Ocha yang tiba-tiba nyita perhatian Tama untuk Zery. Dengan sikap seenak hatinya Tama, dia minta Zery jadi adik yang baik untuk Gladissa. Belum lagi ternyata Belagio mengukir sejarah yang sama kayak ayahnya. Jadi Zery yang paling terluka tapi dia diem-diem aja seolah luka itu nggak sebesar yang terlihat," ucap Aira lirih. Matanya berkaca-kaca, dan hatinya sedih setiap mengingat kejadian dulu. Bukan karena dia masih mencintai Tama, tetapi karena dia memikirkan perasaan putranya.
Izzy meneleng ke samping kanan––tepat di mana lapangan basket berada. Dia memandangi Zery yang tengah bertanding gesit dengan sang ayah tiri. Beberapa saat Izzy mengamati raut wajah serius yang selalu Zery tunjukkan. Dirinya kaget merasakan genggaman erat dari tangan Aira. Hal ini memaksa Izzy berpaling menatap Aira.
"Tolong jangan sakitin Zery ya, Izzy. He deserves so much love. Dia udah sakit hati banget waktu tau Freya hamil anak Belagio. Pada saat itu, Tante lihat hidupnya Zery runtuh dalam sekejap. Zery yang rajin senyum berubah jadi dingin," ucap Aira lirih. Air matanya jatuh membasahi punggung tangan Izzy.
Izzy melarikan kembali matanya menuju tempat sebelumnya, dan mengamati pergerakan Zery. Ah, jadi si datar itu rajin senyum dulunya? Ini berarti cintanya pada Freya begitu besar sampai senyum itu pudar.
Lalu Izzy kembali melihat Aira. "Aku pasti jagain Zery, Tante. Jangan khawatir."
Kepalanya sudah tidak dipenuhi pertanyaan seputar keluarga Zery. Karena dia sudah mengerti. Namun pikirannya dipenuhi pertanyaan lain; sudahkah Zery benar-benar melepas dan melupakan Freya?
👔 👔 👔
Langit bertabur bintang tidak pernah membohongi keindahannya. Udara malam terasa sejuk menusuk kulit yang tipis. Izzy duduk di kursi berjemur––menjauhi diri dari perdebatan yang sedang berlangsung di dalam rumah––tepatnya rumah Oma-nya Zery. Dia diajak ke sini karena Zery ada perlu dengan keluarganya yang ingin membahas perihal fakta yang dibeberkan.
Izzy memilih duduk sendirian. Dia hanya ingin menemani Zery bukan ikut campur dalam urusan rumit keluarganya. Satu jam telah terlewati tapi sepertinya pembicaraan keluarga Hadijaya masih belum selesai.
"Baru dari keluarga bokapnya udah serumit ini, gimana keluarga ibunya? Gue bisa botak mendadak kalo tau drama-drama keluarga kayak gini," gumam Izzy bermonolog sendiri.
"Bukannya setiap keluarga punya rahasia?"
Izzy terlonjak kaget mengusap dadanya. "Ya ampun... hampir aja nyeburin diri kalo setan yang nyapa!" sungutnya kesal.
"Maaf ya kalo saya ngagetin kamu." Belagio sebagai si pemilik suara menyunggingkan senyum. "Kenapa nggak nunggu di dalam? Nggak takut digigit nyamuk?" tanyanya.
"Nyamuk bisa mati gigit saya. Soalnya darah saya beracun," kekeh Izzy. "Eh iya, obrolannya udah selesai? Kenapa kamu di sini?"
Belagio duduk di samping Izzy yang memberi ruang sedikit untuknya. Dengan pandangan lurus ke depan, Belagio menjawab, "Belum tapi saya nggak sanggup dengerinnya. Saya pilih keluar daripada di dalam. Terlalu panas."
"Karena panas kamu jadi ke sini supaya adem?"
Belagio tertawa. Dia pikir Izzy mengerti maksud 'panas' yang dia ucapkan, ternyata Izzy memikirkan panas dalam artian lain.
"Bukan panas karena gerah, tapi situasinya lagi memanas," jelas Belagio.
"Oh... saya pikir panas karena gerah."
Belagio tertawa lagi. "Kamu polos banget, Izzy."
Izzy tidak salah dengar kan? Belagio bilang dia polos? Serius??? Oh, My God! Untuk pertama kalinya akhirnya ada yang mengakui dirinya polos! Belum tau aja kalau di depan Zery polosnya dalam artian lain.
"Ah, bisa aja." Izzy menahan senyum, dan menahan bibirnya agar tidak mengatakan kalimat yang tidak perlu.
Beberapa menit mereka terdiam sambil memandangi langit di atas sana. Tidak ada yang buka suara sebelum akhirnya Belagio memulai pembicaraan baru.
"Saya nggak nyangka kalo silsilah keluarga saya akan lebih rumit dari rumus fisika, atau kimia."
Izzy meneleng ke samping, menatap Belagio yang terdengar sedih. Ketika lelaki itu menoleh, ada tatapan nanar yang tersirat dari matanya.
"Saya sedih keluarga saya nyembunyiin fakta yang seharusnya saya tau sejak lama," ucapnya lirih.
"Mungkin mereka punya alasan kenapa sembunyiin fakta itu. Ada yang nggak ingin orang lain terluka, dan ada yang ingin kasih tau di saat yang tepat," ujar Izzy. Di saat seperti ini dia bisa mendadak bijak.
"Menurut saya mereka nggak keduanya. Saya sedih baru tau belakangan. Entahlah..."
Belagio menunduk, sedangkan Izzy spontan menepuk-nepuk punggung Belagio. Menurut Izzy ini seperti sesi curhat dadakan ala Mama Izzy. Untung saja Belagio laki-laki, kalau perempuan mungkin dia akan berkata; "Wahai ibu-ibu, dengarkan..."
"Kalo menurut saya yang pertama. Mungkin mereka nggak ingin kamu terluka. Jangan sedih lagi. Setidaknya kamu udah tau sekarang," ucap Izzy mencoba menghibur.
Belagio tidak membalas. Pelan-pelan tanpa disangka kepala Belagio bersandar tepat di pundak Izzy. Tindakan Belagio membuat Izzy tidak bisa berbuat banyak. Ingin menyingkirkan namun Belagio sedang sedih jadi dia tidak tega.
Aduh... si Bambang nyender-nyender aja. Udah kayak berat banget beban hidupnya. Kalo Zery lihat, bisa muncul pertikaian lagi nih. Bisa diambekin lagi. batin Izzy panik.
Dari jauh, Zery menyaksikan pemandangan yang kembali memicu rasa cemburu, dan marah. Dia sudah memperhatikan sejak Belagio duduk, mengajak Izzy ngobrol, sampai tahap bersandar santai di pundak pacarnya. Tangannya sudah mengepal dan siap meninju wajah Belagio seperti tempo hari.
"Kalo lo nggak ikat Izzy dalam ikatan yang lebih dari ini, gue yakin dia bisa kepincut sama Belagio," ucap Edibel. Kebetulan dia menemani Zery untuk menemui Izzy, tapi ternyata langkahnya harus terhenti ketika melihat pemandangan yang menguji kesabaran sepupunya.
"Belagio udah punya Freya."
"Berarti lo belum tau kalo Belagio udah ngajuin surat cerai," beber Edibel.
"Maksud lo?"
"Freya cerita sama gue kalo Belagio beneran mau cerai dari dia," cerita Edibel sembari menepuk pundak Zery. "Jadi kemungkinan masa lalu terulang itu bisa aja terjadi. Entah perasaan gue aja atau emang gimana, tapi Belagio nggak pernah mau kalah dari lo. Nggak tau apa masalahnya."
Zery tidak dapat menebak jalan pikiran Belagio. Kepalanya mempertanyakan apa yang ingin sepupunya lakukan dengan mencoba mendekati Izzy seperti ini. Dia tidak bisa tinggal diam lebih lama. Dengan langkah cepat, dia segera menghampiri keduanya.
"Eh, Zer––tunggu! Jangan sampai mukul, Zer!" teriak Edibel ikut mengejar dari belakang.
👔 👔 👔
Jangan lupa vote dan komen😘😘😘🤗
Follow IG: anothermissjo
Ini silsilah simple yang belum di detail kayak kemarin wkwkwk 😂😂😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top