Chapter 16
Yuhuuu update lagi ^^
Kalau nggak ada halangan, bulan ini Marco tamat >_< siapa yang senang? ehehe
Yok, bisa yok, vote dulu terus komen yang banyak :3
•
•
Lulove baru saja keluar dari kamarnya. Marco sudah menunggu di venue. Sebenarnya dia tidak ingin menghadiri acara resepsi pernikahan supaya bisa membaca buku atau tidur di kamar. Akan tetapi bosnya sudah memperingatinya agar datang dan bergabung.
Dia berjalan lurus. Belum terlalu jauh dari kamarnya, dia ditabrak seorang perempuan yang memegang gelas berisi wine. Hal itu menyebabkan wine-nya tumpah membasahi dress miliknya yang berwarna putih.
"Ya ampun... maaf, Mbak," ucap perempuan itu panik.
"Nggak apa-apa. Santai aja," balas Lulove.
"Aduh... maaf ya. Sekali lagi maaf."
"Iya. Santai aja."
Setelah perempuan itu pergi, Lulove menghela napas. Dia mengamati dress miliknya yang kotor. Dia tidak membawa dress lagi. Tidak mungkin dia memakai dress bekas kemarin. Sungguh, sial sekali hari ini. Jika dia hanya berdiam diri dan mencari dress yang memang tidak ada lagi, lebih baik dia datang dengan dress kotor ini. Terserah apa kata orang. Dia tidak peduli.
"Kak Lulove?" Panggilan itu berhasil menghentikan langkah Lulove dan menoleh ke belakang.
"Hai, Antari," balasnya sambil tersenyum.
"Kak Lulove baru mau ke venue?" tanya Antari.
Lulove mengangguk. "Kamu juga?"
"Iya. Ayo, kita--" Antari mengamati dress yang di pakai Lulove. "Lho, kenapa dress-nya kotor gini? Kak Lulove nggak mau ganti dress dulu?"
"Tadi ada orang nabrak sambil nenteng wine. Aku nggak punya dress jadinya nggak bisa ganti. Begini aja nggak apa-apa," jawab Lulove pasrah.
"Gimana kalau--"
"Hai, Girls!" Izzy yang kebetulan hendak menuju venue dan melihat ada dua orang yang dikenalnya langsung berteriak heboh. Dengan sifatnya yang ceria dan easy going, dia merangkul pundak Antari. "Kalian kok masih di sini? Kenapa nggak--oh, shit! Kenapa dress-nya, Kak Lulop?"
"Ketumpahan wine. Kak Izzy ada dress lagi nggak? Soalnya nggak mungkin kan Kak Lulove pergi pakai dress kotor begini?" Antari menjawab sembari bertanya balik.
Izzy menjentikkan jarinya. "Ada. Tapi agak... hm... terbuka. Makanya sama Zery nggak boleh dipakai." Sebelum disela, dia melanjutkan, "Ah, tapi nggak apa-apa. Kak Lulop bakal kelihatan cantik pakai itu. Ayo, ganti baju, Kak!"
"Nggak usah. Saya begini a--"
"Kalau nolak, kita musuhin nih, Kak!" Izzy menggamit tangan Lulove. "Sekalian deh dandanin mukanya Kak Lulop. Masa mukanya sekusam ini sih. Nggak ada glowing-nya. Kamu bisa dandanin orang kan, Antari? Soalnya aku agak bobrok soal make up. Bisa-bisa kecantikan Kak Lulop pudar kalau aku yang dandanin."
"Bisa. Ayo, kita make over Kak Lulove!" Antari berseru semangat seraya menggamit tangan Lulove yang lain.
Dengan penuh semangat Izzy dan Antari menarik Lulove pergi ke kamar Izzy. Di sana mereka melakukan make over besar-besaran terhadap Lulove. Mereka mengubah gaya berdandan Lulove menjadi lebih cerah. Setelah itu, mereka membantu merapikan rambut Lulove yang awut-awutan. Selama hampir tiga puluh menit mereka sibuk membantu Lulove sampai akhirnya selesai.
Izzy memutar tubuh Lulove, mengamati keseluruhan tampilannya. "Wow! You look so beautiful, Kak Lulop," puji Izzy.
"Kelihatan nakal juga," sambung Antari.
Bagaimana tidak terlihat nakal, karena tampilan Lulove yang awalnya kuno seperti ketinggalan zaman, kini berubah menjadi lebih mempesona. Rambut bagian bawahnya digulung sampai tercipta rambut bergelombang yang indah. Warna lipstick-nya diubah dari nude menjadi warna merah darah. Dress bertali tipis berwarna merah yang dipakai Lulove tampak memperlihatkan punggung indahnya. Sebab, pada bagian belakang dress-nya tidak ada bahan yang menutupi punggung. Selain itu, dress berbahan lace itu pada bagian dadanya agak turun sehingga dada Lulove agak menonjol sedikit. Tak cukup sampai situ karena bagian sebelah kanan dress-nya cukup terbuka karena menunjukkan paha mulusnya. Sepatu berhak tinggi yang dipakai Lulove tidak terlalu tinggi karena tubuhnya sudah tinggi dan warnanya senada dengan dress dan warna bibirnya.
"Uhm... apa nggak terlalu terbuka ya?" Lulove kurang nyaman dengan dress yang dipakai. Dia tidak pernah pakai dress seterbuka ini. Apalagi bagian dadanya yang agak... well, dia bingung bagaimana menyebutnya.
"Menurut aku cocok. Jangan malu, Kak. Kita harus rajin menunjukkan lekuk tubuh di depan laki-laki, Kak. Seenggaknya membanggakan apa yang kita punya itu wajib. Dada sama kaki jenjangnya Kak Lulop canti baknget jadi sayang kalau nggak dipamerin," balas Izzy enteng.
Antari tergelak. "Enak banget ngomongnya. Pantes Pak Zery nggak izinin kamu pakai dress ini. Terbuka banget."
"Katanya boleh pakai tapi di depan dia aja kalau lagi di kamar," ucap Izzy tanpa malu.
Lulove memaksakan senyum. Ternyata dua anak ini sama saja. Dia tidak bisa menolak karena kedua perempuan cantik itu sudah membantunya merias diri. Mau tidak mau dia menerimanya. Well, sekali seumur hidup memakai dress seperti ini tidak masalah, bukan?
"Aku baru tahu Kak Lulop punya tato segede itu di punggung," ucap Izzy setelah menyadari tato yang terukir indah di punggung Lulove dari pantulan cermin besar.
Lulove menarik senyum. Tato bergambar setangkai bunga mawar berukuran cukup besar tampak indah di tengah punggungnya. Tato yang dimilikinya dibuat untuk Ariza, yang mana kala itu dia masih mencintai laki-laki itu sebesar dunia. Dengan membuat setangkai bunga mawar, itu seperti pengungkapan yang tidak bisa dia katakan--menyatakan bahwa Ariza menjadi satu-satunya sosok yang paling dia cinta. Kini, kata-kata itu tak berarti lagi. Dia ingin menghapus tatonya tapi tidak pernah sempat.
"Iya, ini bikinnya nggak sengaja,"
"Keren, Kak!" Izzy mengacungkan ibu jarinya. "Ayo, lebih baik kita pergi ke venue sekarang. Kita buat heboh satu venue dengan kehadiran Kak Lulop!"
Lulove terkekeh. Dia paling tua di antara Izzy dan Antari, tapi dia malah diurus kedua perempuan itu. Antari yang lebih muda sangat pintar merias wajahnya sampai secantik ini. Sementara Izzy, perempuan itu pintar memadukan dan memadankan warna dress dan sebagainya supaya tampak serasi. Dia sangat berterima kasih.
"Ayo, pergi!" sahut Antari tak kalah semangat.
👠👠👠
Marco meneguk wine miliknya. Ini sudah gelas kedua. Di sampingnya terdapat Dimas dan Zery yang hanya meneguk mocktail. Kedua temannya tidak minum minuman beralkohol.
"Antari sama Izzy ke mana? Selingkuh ya? Lama amat belum muncul," goda Marco, bermaksud membuat kedua temannya cemburu.
"Antari bilang harus urus sesuatu," jawab Dimas santai.
Berbeda dengan jawaban santai dari Dimas, jawaban Zery terdengar lebih sewot. "Enak aja lo, Mar. Mana mungkin Izzy selingkuh."
"Ye... who knows? Izzy pasti ngerasa lebih cocok sama laki-laki yang seumuran sama dia. Gue contohnya," goda Marco. Rupanya Zery masih seperti dulu, mudah terpancing soal hal-hal seperti ini. "Lo nggak tau kan, kemarin gue bahas apa sama Izzy? Gue bahas lo. Katanya lo--"
"Mar, jangan godain Zery. Dia mah gampang kehasut. Itu saking takutnya kehilangan Izzy," sela Dimas.
Marco tertawa puas. "Haha... santai kali, Zer. Gue bercanda. Gue sama Izzy udah kayak anak kembar. Sifat kita sama. Izzy udah kayak kakak gue. Dia lebih tua setahun dari gue."
Baru akan Zery membalas, dia menyenggol bahu Marco begitu menyadari tiga perempuan masuk ke dalam venue. Dia memang melihat Izzy yang memukau, tapi tidak menyangka asisten pribadi Marco akan memakai dress milik Izzy.
"Mar, lo lihat tuh aspri lo," ucap Zery memberitahu.
Marco berbalik badan demi melihat Lulove. Untuk sesaat Marco tertegun memandangi kecantikan asisten pribadinya. Ini pertama kalinya dia melihat Lulove secantik itu. Juga, terlihat lebih seksi dari biasanya.
"Wow," gumam Marco pelan.
Zery dan Dimas saling melempar pandang mendengar gumaman Marco. Mereka menarik senyum bersiap menggoda Marco.
"Ehem! Gue rasa setelah ini banyak laki-laki yang ngajak Lulove dansa. Dia datang di saat yang tepat," mulai Dimas.
"Pastilah. Dengan riasan secantik dan seseksi itu, pasti--eh, mau ke mana, Mar?" teriak Zery. Sebenarnya dia tahu ke mana Marco pergi. Tentu saja menghampiri asisten pribadinya. "Here we go again. Marco pasti nggak mau asprinya diambil orang," lanjut Zery.
"Gue rasa gitu," balas Dimas.
Marco yang segera menghampiri Lulove langsung geleng-geleng kepala. "Lulopiiiiii! Kenapa dandanannya seksi banget? Kamu mau bikin laki-laki di sini demo sama saya ya?"
Izzy dan Antari menyingkir, mereka tidak mau bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Mereka memilih kabur menghampiri pasangan masing-masing.
"Itu soalnya--" Lulove menahan bibirnya setelah menyadari Izzy dan Antari menghilang dari pandangan. Dia menghela napas. "Saya nggak punya dress lagi, Pak. Dress saya ketumpahan wine," lanjutnya.
Marco mengamati kembali penampilan Lulove. Kalau dibilang tidak terbuka sama sekali, pastilah bohong. Matanya saja selalu kembali ke area yang sangat jelas terekspos. Iya, dadanya Lulove. Belum lagi pahanya yang mulus itu. Dengan cepat Marco melepas jas miliknya, meletakkan di atas pundak dan mengancingi jasnya sampai bagian dada Lulove tertutupi jasnya.
"Jangan dilepas atau dibuka. Saya nggak mau diincar laki-laki yang mau minta kenalan sama kamu," ucap Marco.
"Iya, Pak. Lagi pula Bapak kan tahu, saya nggak tertarik sama laki-laki," balas Lulove. Padahal baru pamer beberapa menit, eh bosnya sudah merusak momen terbaik dalam hidupnya.
"Tetep aja, Lulopi. Banyak bandit di ruangan ini. Kamu bisa aja diperkosa. Saya nggak mau kamu diapa-apain."
"Jadi Bapak mulai perhatian sama saya nih?" goda Lulove.
"Nggak," elak Marco.
Lulove menyunggingkan senyum. "Makasih, Pak."
"Jangan geer. Saya nggak mau disambit Kara kalau kamu digodain laki-laki di sini."
"Iya, Pak." Lulove tetap mempertahankan senyumnya. "Omong-omong, Bapak nggak--"
"Kamu mau dansa sama saya nggak, Lulopi?" potong Marco lebih cepat. Dia menyadari ada gelagat laki-laki yang ingin mendekati Lulove jadinya mengajak lebih cepat.
"Eh? Saya nggak bisa dansa, Pak. Saya--"
"Saya ajarin nanti. Pokoknya ikut dulu," potong Marco lagi.
Dengan cepat Marco menggamit tangan Lulove dan mengajaknya ke lantai dansa. Dia menggenggam satu tangan Lulove, sementara tangan lainnya memeluk pinggang ramping perempuan itu. Setelah Lulove sudah meletakkan tangan di pundaknya, barulah dia bergerak ke samping mengikuti alunan lagu.
"Saya baru tau kamu bisa secantik ini, Lop," puji Marco.
Lulove mengangkat sebelah alisnya. "Bapak muji atau menghina? Kedengerannya kayak kaget gitu saya bisa keliatan cantik."
"Ya, soalnya dandanan kamu beda banget. Biasanya kamu dandan kayak emak-emak," ceplos Marco jujur.
Lulove tidak bisa menyangkal hal itu. Dia buruk soal merias diri. Kalau tidak ada Izzy dan Antari, mungkin dia tidak akan terlihat secantik ini. "Ya, ini berkat bantuan Izzy dan Antari, Pak."
"Pantes beda, Lop. Cantik."
Lulove menarik senyum lebih lebar. "Makasih lagi, Pak. Kalau Pak Marco udah nggak perlu saya puji ya, Bapak kelihatan bagus dengan apa pun itu."
"Saya tahu."
Lulove terkekeh pelan. Obrolan mereka terhenti begitu saja. Beberapa kali Lulove menginjak kaki Marco karena tidak bisa menyamakan irama kakinya. Kesal karena diinjak tanpa henti, Marco menghentikan dansa mereka. Marco berjongkok di depan Lulove dan melepas sepatu heels yang dipakai Lulove. Setelah itu, Marco menggeser posisi sepatu heels Lulove menjauhi mereka, dan mengangkat tubuh Lulove sampai kedua kakinya menginjak bagian atas sepatunya.
Seerat mungkin Marco memegang Lulove supaya perempuan itu tetap menginjak kakinya.
"Pak, apa kakinya nggak apa-apa saya injak begini?" tanya Lulove.
"Nggak masalah. Saya lebih sebel kalau kamu injak pas pakai heels. Sakit tau," jawab Marco.
"Maaf ya, Pak. Saya udah bilang, saya terrible dancer. Dansa seperti ini bukan keahlian saya."
"Tapi kalau kayak gini kamu bisa nyamain kaki saya."
"Iya sih."
Obrolan mereka berhenti lagi. Beberapa menit mereka hanya saling memandang dan melempar senyum. Sampai akhirnya Marco kembali bersuara.
"Makasih kemarin udah jagain saya, Lulove," ucap Marco.
"Iya, Pak."
"Makasih juga kamu nggak marah saya ajak ke sini tanpa bilang dulu."
"Santai aja, Pak. Saya udah mulai terbiasa dengan hal-hal spontan yang Bapak lakukan."
Marco terkekeh. "Kamu belum lihat saya yang lebih spontan lagi."
"Saya menunggu...." Lulove tidak melanjutkan kalimatnya setelah mata menyadari sosok yang tidak ingin dia lihat. Pupil matanya melebar dan tenggorokkan seperti dijerat tali. Dia tidak menyangka akan melihat Ariza di pesta ini. Kemarin dia tidak melihatnya sama sekali.
Panik melihat mantan suaminya, Lulove spontan turun dari atas kaki Marco dan mundur. Namun, dia hampir jatuh kalau Marco tidak menahan lengannya. Dengan cepat dia mengambil sepatu heels-nya dan berlari pergi. Lulove ingin mengunci diri di kamar supaya tidak bertemu Ariza. Dia takut.
Baru saja dia keluar dari venue, ujung sikunya tertahan. Sontak dia melihat ke belakang, mendapati mantan suaminya memasang senyum menakutkan seperti biasa.
"Kamu mau kabur? Aku udah lihat kamu dari kemarin lho! Makanya aku telepon kamu pagi ini," tanya Ariza.
"Kamu mau ngapain sih?!" Lulove mencoba melepaskan cengkraman Ariza tapi gagal.
"Ngapain? Kamu yang ngapain! Kenapa nggak bilang udah pindah kantor?" Ariza memindahkan tangannya pada rambut Lulove dan menjambaknya kuat. Tanpa aba-aba, dia menarik Lulove dengan tangan yang menjambak kuat.
"Ariza, sakit. Tolong lepasin!" Lulove memukul berulang kali tangan Ariza, tapi laki-laki itu tidak melepaskannya.
Bukannya dilepaskan baik-baik, Ariza melepasnya dengan kasar sampai Lulove jatuh tersungkur. Ariza menarik senyum miring dan menendang kakinya.
"Dandanan kamu mirip pelacur banget ya. Kamu sengaja ya biar ada laki-laki kaya raya nolongin kamu dan pergi dari hidup aku?"
Ariza maju selangkah, sementara Lulove mundur dan merapikan bagian rok dress-nya.
"Iya! Kamu gila! Berhenti gangguin aku," balas Lulove dengan nada meninggi.
"Siapa sih yang mau menikahi kamu? Apa dia siap hadapin aku?"
Lulove berhasil berdiri. Dia sudah melepas sepatu heels-nya dan memegangnya kuat. "Kamu jangan macam-macam kalau nggak mau aku pukul."
Ariza tertawa keras. "Ha-ha... tenaga kamu nggak seberapa. Dasar, Jalang!"
Lulove memejamkan mata saat Ariza melayangkan tangannya. Namun, dia tidak merasakan tamparan mantan suaminya. Pelan-pelan dia membuka mata dan mendapati Marco menahan tangan Ariza.
"Lo laki-laki apa bukan? Beraninya mukul perempuan," tegur Marco dengan menunjukkan tatapan tidak suka.
👠👠👠
Jangan lupa vote dan komen kalian<3<3<3
Ini contoh dress yang dipakai Lulove kayak gini bentuknya ehehe tapi ini kan agak krem, nah kalo Lulove pakai warna merah >_<
Ini bentuk tato yang Lulove punya di punggungnya<3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top