My Boss 8- plan 1 (a)
Puk
Mataku menatap pergerakan air di danau kompleks rumah. tanganku kembali melempar batu kearah danau.
Aku masih nggak habis pikir dengan apa yang terjadi tadi siang. di mana mama dengan mudahnya menerima lamaran seseorang, terlebih lagi dia sama sekali gak tanya ke aku, apakah aku mau apa gak. biasanya para orang tua akan menanyakan keinginan anaknya, tapi ini? huh! abaikan kalau aku bukan anak kandungnya, dan abaikan juga kalau tante Ningsih itu temen lama mama.
"Aku kira kamu kemana, ternyata di sini."
Gak menyahuti perkataan Zain, aku lebih memilih kembali melempar batu ke danau. ingin hati membunuh si boss rese yang menyebabkan terjadinya bencana new ton di hidupku, tapi apa mau di kata? dia langsung kabur ke negeri paman sam setelah lamarannya di terima oleh mama, tanpa perlu repot-repot menunggu acara gila mamanya selesai.
"Aku udah denger dari mamah semuanya," katanya ikut duduk lesehan di atas batu di pinggiran pantai.
Aku diam gak menyahuti perkataan Zain. emang apa yang mau aku sahuti? toh nggak ada pertanyaan yang mengharuskan aku menjawab bukan?
"Apa bener?" tanyanya tanpa menatapku, tangannya ikut melempar batu ke danau, membuat pergerakan air di daerah lemparan Zain. aku masih diam dan terus melempar batu ke sungai tanpa minat, bukan karena aku gak tau arah apa yang di maksud Zain. aku tau, maksud dia pasti tentang apa benar aku sedang di kamar sama boss rese.
"Apa kakak cinta sama dia?"
Tanganku yang terangkat ingin melempar batu berhenti sesaat dan kembali melempar ke arah danau. aku masih diam membiarkan Zain bermonolog sendiri. aku masih keki atas apa yang baru saja terjadi.
"Kak?"
Aku masih diam dan terus melempar batu kearah Danau. aku tau kalau Zain sedang menatapku, menungguku untuk menjawab pertanyaanya.
"Kalau kakak nggak cinta sama dia, aku bisa bawa kabur kakak dari sini."
Kepalaku menoleh kearah Zain dan tertawa kencang, menertawakan perkataan bodohnya. apa dia bilang? kabur? sama dia? itu bukan menyelesaikan masalah tapi menambah masalah. kalian tau maksudku?.
Kening Zain mengkerut mendengar tawaanku, aku yakin dia pasti bingung atas apa yang aku tertawakan.
Kuhela nafas dan mendengus mendengar usul Zain "Zain dengar! kalau gua pergi sama loe itu bukan nyelesaiin masalah, tapi malah nambah masalah,"
Zain semakin mengerutkan keningnya mendengar perkataanku.
"Kalau gua kabur sama loe, apa loe yakin mereka nggak akan nemuin kita? terlebih ada loe. loe anak kesayangan mama dan papa, mama sama papa pasti akan makin benci gua kalau gua melakukan hal itu, mereka pasti berfikiran kalau gua yang ngehasut loe supaya loe mau pergi sama gua. dan endingnya? akan sama aja!! lagian loe kira gua hidup di dunia novel? kalau gua pergi sama loe dan kita akan bahagia selama-lamanya, berdua." kataku mendengus, Zain terdiam merasapi apa yang aku katakan.
Kataku benar bukan? aku bukan pemeran utama di novel-novel, aku hidup dengan duniaku yang nyata, dunia yang mengajarkan arti tentang kehidupan, arti tentang kebahagiaan, hanya orang pengecut yang akan kabur seperti itu, tapi sayangnya. aku bukan salah satu di antara mereka. mungkin aku membenci lelaki itu, tapi aku masih punya akal untuk membatalkannya dengan caraku, bukan dengan cara kabur, kabur itu opsi terakhir dalam hidupku untuk menyelesaikan malasah. itulah yang selalu di ajari papa untukku.
Lagian kabur itu bukan nyelesaiian masalah, tapi menunda masalah, dan kalian tau apa yang terjadi jika kita menunda sesuatu? sesuatu itu akan membesar tanpa terdeteksi dan kita nggak tau seberapa besar masalah itu, karena apa? karena kita bersembunyi, dan karena kita bersembunyi kita tidak tau bahaya apa yang akan terjadi di depan, belakang, kanan atau kiri kita.
Zain terdiam, dia kembali melemparkan kerikil kecil ke air danau, begitu juga denganku, aku larut dalam duniaku sendiri, mencari cara bagaimana aku bisa membatalkan pernikahan konyol ini.
Sejak kecil aku selalu bermimpi, kalau aku akan menikah dengan orang yang aku cintai, dengan orang yang juga mencintaiku tulus. bukan seperti ini keinginanku, menikah dengan orang yang sama sekali gak aku cintai, dan lebih parah, aku sama dia selalu bertengkar, di manapun dan kapanpun, kata damai terasa jauh dari hidupku jika ada dia di dekatku.
Bagaimana nasib pernikahanku jika aku gak berhasil menggagalkan rencana mama maupun tante Ningsih? seberapa lama aku bisa bertahan? akankah pernikahanku sama seperti selebriti? hanya seumur jagung? oh demi apapun! usiaku masih 24, aku belum siap menjadi janda di usia segitu, dan bicara soal janda. aku sama sekali nggak mau menjadi janda.
Nah, kalau aku nggak mau menjadi janda, itu artinya aku harus menggagalkan rencana mereka, balik lagi ke topik awal. bagaimana caranya??
Pertanyaan yang mudah sekali untuk keluar dari pikiranku, tapi jawaban yang sulit sekali untuk keluar dari otak kecilku.
"Kenapa hidup itu nggak adil?"
Lamunanku buyar saat mendengar pertanyaan Zain.
Kepalanya menunduk, tangannya menggambar entah menulis sesuatu di pasir.
"Maksud loe apa Zain?"
Kepalanya miring ke kiri, menatapku dengan pandangan yang sama sekali aku gak ngerti.
Bibirnya tertarik keatas, jenis senyuman pahit yang dia perlihatkan kearahku, kepalanya kembali menunduk dan melanjutkan aksinya tadi. dia sama sekali gak ada niatan untuk menjelaskan sesuatu atas perkataanya.
Kenapa hidup itu nggak adil? apanya yang nggak adil? seharusnya kata-kata itu terlontar di bibirku, bukan bibirnya, lihat dia! dia sangat di sayangi sama mama dan papa, dia mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang itu, dia selalu mendapatkan apa yang dia mau. sedangkan aku?
Sudahlah! aku lagi nggak mood untuk di kasiani atau mengasiani, sekarang yang harus aku fikirkan, bagaimana caranya untuk melepaskan diri dari permasalahan menyebalkan ini?
Aku tau! apa yang harus aku lakukan agar masalah ini bisa lepas dari hidupku.
Pertama-tama. aku harus mencari laki-laki yang pura-pura mencintaiku, dan aku pun sama. kalian tau apa yang ada otak pintarku saat ini?
Jika ada yang berfikiran aku akan pura-pura pacaran sama cowok lain itu jawabannya betul!.
Cara pertama yang cukup jenius bukan? jika aku punya sosok yang bisa aku kenalkan ke kedua orang tuaku, mereka pasti akan membatalkan pertunangan konyol yang akan di selenggarakan seminggu lagi.
Yes! akhirnya aku berhasilkan menemukan cara yang cukup jitu.
Tapi permasalahannya! siapa cowok itu? Zain? aku nggak mau ngambil resiko di depak dari keluarga, Andre? oh no! orang itu mana mau melakukan ini, lagian mama sama papa tau kalau Andre itu adik Bagas, sudah pasti mereka nggak akan percaya. Bayu? oh aku nggak mau ngambil resiko di jambak sama Intan. siapa ya??
"Sory? kamu Safa bukan?"
Mendengar suara seseorang di sebelah kiriku membuyarkan rencana-rencana di fikiranku. kepalaku mendongak keatas untuk melihat sosok itu.
Keningku mengkerut melihat orang yang nggak asing di mataku. siapa dia? apa aku kenal? wajah yang bisa di bilang sangat tampan tanpa bulu halus di kumis, atau rahang, kemeja kotak-kotak bercorak merah dan hitam, celana jeans yang pas di lekukan kakinya, sepatu converse menempel di kaki pria ini. aku tau aku nggak sopan, melihat laki-laki secara detail begini, tapi... aku lupa siapa dia.
Dia tersenyum maklum melihat wajahku yang kebingungan, perlahan ia menundukan tubuhnya dan berjongkok di sebelahku, matanya menatapku tepat di manik mata. Safa? semua temen SD sampai kuliah memang memanggilku Safa, kecuali orang-orang terdekat yang memanggil May.
"Aku Joy. dosen UI"
Keningku semakin mengkerut mendengar perkataanya. Joey. dosen UI. J-O-E-Y, jo ey Do Sen U--apa? siapa? Joey? dosen UI? dosen yang aku kagumi selama aku kuliah?
"Dosen Joey? kapan balik? kok disini? sedang apa?" tanyaku beruntun yang membuatnya tertawa renyah.
"Iya ini aku. kemaren. mencari kamu ada hal yang ingin aku bicarakan."
Mulutku sudah terbuka untuk bertanya hal apa yang ingin ia bicarakan sampai sebuah deheman terdengar di telingaku dan membuatku sadar, kalau di sini nggak cuman aku dan pak dosen, tapi juga Zain yang menatap kami dengan kening mengkerut, tapi matanya penuh kecurigaan.
"Dia siapa kak?"
"Dia dosen gua Zain. gua boleh bicara dulu sama dia?" tanyaku menunjuk pak dosen. Zain semakin menyipitkan matanya tapi gak lama kepalanya mengangguk.
Aku tersenyum dan berdiri yang di ikuti pak dosen. kita berjalan serempak menjauhi Zain yang masih menatap punggungku. apa dia saja? kan aku lumayan deket sama pak Dosen. lagian dia juga jomblo, plus... dia nggak naksir sama aku.
"Aku mau minta bantuan sama kamu Fa,"
Kepalaku menoleh kearah pak dosen. menatap pak dosen dengan bingung. bantuan? bantuan apa?.
"Aku ingin bikin seseorang cemburu. kamu mau bantuin aku?" tanyanya penuh harap.
"Emang apa pak?"
"Panggil kak Fa. aku nggak setua itu."
Aku terkekeh mendengar keprotesannya "baiklah kak. apa itu?"
Langkahnya terhenti yang membuatku ikut berhenti, menatapnya dengan pandangan bingung. kedua tangannya meraih kedua pundakku, menatapku dengan serius.
"Aku ingin kamu pura-pura jadi pacarku. bagaimana?"
Dan senyumku mengembang mendengar perkataanya. wah-wah-wah ternyata aku sama pak dosen selalu sepemikiran ya? dari dulu sampai sekarang.
Kepalaku mengangguk antusias. dia menatapku gak percaya, mulutnya sudah terbuka tapi terhalang dengan jari telunjukku yang berada di depan bibirnya.
"Aku mau. asal kakak juga mau menjadi partnerku. bagaimana? deal?"tanyaku mengulurkan tangan.
Dia menatapku bingung "Partner? partner apa?"
Kontan tanganku menepuk jidad keras. terkadang pak dosen favorit ini menjadi orang yang sangat lola atau lemot, entah ini dia yang sedang lola atau perkataanku yang nggak bisa dia fahami?
"Aku di lamar sama seseorang kak, tapi aku nggak cinta sama dia, aku kepikiran untuk mencari orang yang bisa aku ajak kerja sama, nah berhubung kakak juga mengatakan apa yang ingin aku katakan, bagaimana kalau kita menjadi partner? setuju?"
Senyuman di bibirnya merekah mendengar penjelasanku.
"Setuju deh sama kamu."
Dan aku kembali tertawa mendengar intonasi pak dosen yang sama seperti iklan di tv.
Aku yakin. rencana gilaku ini pati akan berhasil. yeah aku yakin itu. senyuman misterius tercetak jelas di bibirku, begitu juga pak dosen, dia tersenyum penuh kelegaan.
bagaimana dengan part ini? gaje kah? maaf ya lama update, aku akhir-akhir ini lagi males cari ide, dan ide juga lagi males nemplok di kepala kecilku. maaf ya kalau part ini agak membuat kalian ilfeel atau nggak puas. ini udah aku usahain semaksimal mungkin.
06 - 07 - 15. 11 : 30 AM
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top