My Boss 7- Sidang

Author pov.

Jari jemarinya saling bertautan di atas paha, kepalanya menunduk dalam tanpa berani mengangkatnya hanya untuk menjawab pertanyaan yang di tujukan untuknya, tanpa berani menyangkal apapun perkataan dua wanita di depannya dan tanpa berani membela diri.

Bagas menatap jengah kedua wanita di hadapannya yang masih mengoceh menanyakan 'Istri macam apa kamu? ninggalin anak dan suami, nggak ada wanita seperti kamu, wanita nggak punya hati, tega-teganya kamu ninggalin Ita saat masih kecil' dan masih banyak lagi, dia juga jengah sama asistent di sebelah yang terus-terusan menunduk.

'Kenapa dia jadi tikus seperti ini? dimana keberanian yang dia gunain untuk melawan dan membantahku selama ini?'

"Jangan nunduk aja, kamu masih bisa bicara kan? Vika saya lagi bicara sama kamu!!"

"Dia bukan Vika mah." kata Bagas menatap mamanya sebal, bedahal sama dua wanita di depan, mereka natap Bagas gak suka.

"Masih saja kamu belain dia Gas, dia itu udah ninggalin kamu, campakin kamu cuman demi ngejar cita-citanya, apa kam...."

"Kakak Bener ma, dia bukan Vika, dia Maydha, temen Andre." kata Andre memotong perkataan mamanya, tubuhnya bersender di dinding matanya menatap May yang menunduk, bibirnya tersenyum ke atas, kepalanya menggeleng geli. sahabatnya sama sekali nggak berubah.

"May.... gua anterin pulang, jam segini rawan untuk anak gadis." sambung Andre menarik tangan May menyuruh gadis itu berdiri, tangan Andre berubah menjadi memeluk pinggang gadis di sebelahnya, matanya melirik Bagas lewat ekor mata dan bibirnya tertarik ke atas, jenis senyuman sinis setelah liat apa yang ingin dia liat.

"Tunggu Andre!" cegah suara mengintrupsi langkah Andre, kepalanya melengok kebelekang menatap kakak pertamanya bingung.

"Urusan kakak sama Vik... ah, maksudku sama May belum selesai,"

Alis Andre terangkat meminta kakaknya lebih menjelaskan secara sepesifik.

"Tadi kakak lihat mereka di kamar sedang..." kata wanita itu menggantung, jari telunjuk dan jari tengah bergerak kebawah keatas.

Kening Andre mengkerut mencoba memahami maksud dari kata kakaknya dan seketika matanya membelo, matanya beralih menatap May gak percaya.

Kepala May menggeleng memberi isyarat kalau mereka salah paham. Andre kembali menatap kedua kakak serta ibunya bergantian, menimbang siapa yang akan dia percayai yang sebetulnya nggak perlu, dia yakin kalau keluarganya salah paham tapi.... untuk melihat sedikit pertunjukan sepertinya gak masalah.

Andre memutar tubuhnya berjalan kearah sofa sedangkan May menghela nafas berat 'apa Andre nggak percaya lagi sama gua?' gumam hati gadis di pelukan Andre.

Andre mendudukan dirinya di samping Bagas dan May di sebelahnya, tangannya masih setia di pinggang gadis itu.

Bagas memejamkan mata dan menarik nafas dalam, sudah tiga kali ia merasakan hal seperti ini hari ini.

'Perasaan apa ini?' gumam Bagas. nafasnya naik turun, hanya melihat Andre dan asistent yang selama ini dia benci kenapa dadanya berdetak berkali-kali lipat, seperti ada sesuatu di dalam sana yang membuat dadanya berdetak kencang, bukan jenis detakan seperti orang jatuh cinta pada umumnya tapi jenis detakan yang...? dia sendiri bingung dengan apa yang ada di dalam hatinya saat ini.

"May kamu ngapain di kamar anak tante?" tanya wanita paruh baya di depan May berubah menjadi lembut, beda 180 derajat sama yang tadi.

Perlahan kepala May mendongak, menatap wanita paruh baya di depannya, tatapan lembut dari wanita itu membuat May sedikit rilex, mereka tak semenyeramkan apa yang ada di fikiran gadis remaja ini.

"Aku di tarik sama Bagas tant," jawab May polos, keenam mata yang ada di sana melotot mendengar perkataan May. di tarik? dan berubah menatap Bagas berang, beda sama Andre yang menatap kakaknya geli.

Bagas memutar kedua bola matanya melihat tatapan membunuh dari kedua wanita yang berarti dalam hidupnya.

"Apa?" tanya Bagas yang sama sekali gak berniat untuk menjelaskan apa yang di maksud sama May.

Kepala kedua wanita itu menggeleng gak percaya, tapi kedua sudut bibir mereka tertarik keatas, menampilkan senyuman misterius.

"Kalian akan menikah bulan depan,"

Mata May membulat gak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. menikah? bulan depan? sama bagas? big no!

"Tapi tante kita belum ngapa-ngapain," kata May mencoba meluruskan masalah yang sudah terlanjur keriting karena perkataan ambigunya tadi.

"Belum kan? berarti akan," goda kakaknya Andre.

Mata May untuk kesekian kali membulat, dan Andre tertawa melihat wajah pucat May di tambah mata bulatnya.

Mata May melirik Andre sinis "Nggak ada yang lucu Ndre." sentak May sinis, Andre menganguk dan mencoba menahan tawanya. mata May kembali menatap kedua wanita di depannya "kita nggak ngapa-ngapain tant, kak, tanya aja sama Bagasnya. iya kan Gas? iyakan?" sambung May menatap Bagas harap-harap cemas.

Bagas menatap malas May, dia sama sekali nggak menjawab pertanyaan gadis di sebelah Andre, Andre tersenyum melihat mata kakaknya yang sering menatap tangan Andre dan menghembuskan nafas kasar.

"Bagas!!"

"Apa?"

"Jawab."

"Jawab apa?"

"Ya jawab apa kek"

"La apa?"

"Bagas, please deh!!"

"Apaan?"

Andre tertawa di sebelah May, dan menyandarkan kepalanya di pundak May, kedua tangan memeluk pinggang May menatap kakaknya geli. sepertinya bukan sedikit hiburan tapi banyak hiburan untuknya kali ini, ya untuknya, karena sang mama dan kakak pertamanya gak mengetahui apa yang ada di dalam kepala Andre saat ini.

Clara dan Ningsih tersenyum geli melihat perdebatan aneh di depannya.

"Bagas rese ya loe?! jawab apaan kek gitu." Seru May dongkol.

Bagas memutar matanya malas, matanya melirik Andre yang tertawa bahagia, tangannya melingkar di pinggang May, kepalanya menyender di pundak gadis itu, dan May sendiri gak protes akan kelakuan adiknya, seolah apa yang di lakukan Andre sudah biasa.

Bagas menghela nafas dalam Iia Ma, Mama bener."

"BAGAS!" teriak May membahana.

Andre menjauhkan tubuhnya dari May dan menutup kedua telinga yang berdenging, begitu juga sama yang lain.

"Nggak usah teriak May, Ita lagi tidur,"

Kedua bola mata gadis itu mendelik sebal kearah Bagas, hatinya ketar-ketir, takut mamanya Bagas akan berfikiran yang engak-enggak, ini semua karena Bagas sialan.

"Tau'ah, gua mau pulang," kata May bangkit berdiri menghentakkan kaki sebal, dia sebal dengan Bagas, apa-apaan dia bicara seperti itu? oh ya ampuuun!! ingatkan May untuk memutilasi Bagas besok jika ketemu lagi.

May Pov

Pagi ini adalah pagi terburuk sepanjang hidupku, kalian ingin tau kenapa? ini semua karena Bagas, iya Bagas boss resek sekaligus musuh bebuyutanku selama ini. coba aja aku nggak tanya sama pria menyebalkan di depanku semalam, mungkin kejadiannya nggak akan seperti ini.

"Apa jeng? anakku di kamar anakmu?" seru Mama menatap tante Ningsih -mamanya Bagas-yang aku tahu dari ucapan mama tadi saat membuka pintu, ternyata mereka sudah kenal lama, bisa di bilang sahabat sejak SMA, tapi mereka lost contack setelah menikah.

Mama menatapku gak percaya, oh kenapa semua orang di dunia ini nggak percaya sama aku? pertama Andre kedua mama dan ketiga papa, apa Bunda juga ikutan nggak percaya?.

"Bukan gitu mah kejadiannya," kataku sebal, mengembungkan pipi. ingin sekali aku menangis saat ini, tapi gak. aku gak akan nangis di depan boss resek seperti dia.

Mama kembali menatap sahabatnya "Terus jeng kesini, karena jeng ingin ngelamar putri nakal aku?"

Dan untuk pertama kalinya aku ingin tenggelam di pasir hisap mendengar perkataan mama. putri nakal? oh ya tuhan!.

"Tapi May nggak mungkin seperti itu,"

Kepalaku menoleh menatap Bunda yang sedang menatap para tamu gak percaya. oh syukurlah masih ada yang percaya sama aku.

"Tapi itulah kenyataannya, aku melihat sendiri kok tant," kata kaka Clara menatap Bunda ramah.

Aku cemberut mendengar perkataan kak Clara. ok akui kalau apa yang di katakan kak Clara sama tante Ningsih emang benar, tapi... apa yang ada di dalam kepala mereka itu salah!!.

"Kan semalem aku bilang kalau aku di tarik sama Bagas kak," kataku lirih, tenagaku sudah habis hanya untuk memikirkan nasibku kedepan. aku sama sekali nggak bisa bayangin apa yang akan terjadi di hidupku besok?, berfikirlah posifitive May, be positive.

"Mangkanya itu tante kesini sayang, tante ingin ngelamar kamu biar perut kamu nggak gede duluan sebelum nikah,"

Kontan mataku melotot mendengar perkataan tante Ningsih. apa-apaan itu? emang dikira aku apa? ya allah tabahkanlah hatiku!.

"Aku setuju jeng sama kamu." kata mama terlihat gembira.

Mataku melirik Bunda minta bantuan, mukaku sudah kubuat semelas mungkin, tapi Bunda menggeleng yang artinya dia nggak bisa apa-apa. duuh!!! kalau gini aku jadi pusing pala berbie.

"Mas juga setujukan?" tanya mama menatap sang suami penuh harap, matanya binar penuh kebahagiaan. aku menghela nafas lelah.

"Setuju." jawab papa ikut tersenyum, aku semakin beringsut di sofa, bibirku manyun, mataku melirik Andre yang cekikikan dan Bagas yang tersenyum culas. uh oh sepertinya lelaki itu sengaja berbicara seperti tadi malam.

Andai aja tadi Zain belum berangkat sekolah, dia pasti nantang lamaran konyol ini, mengingat apa yang pernah dia katakan dulu waktu di mobil saat aku pertama kali bertemu Ita.

'Zain pulanglah'

Do'aku yang aku yakini gak di kabulkan sama yang maha kuasa, tapi aku tetap berdo'a siapa tau di kabulin? meski kemungkinannya sedikit.

"Jadi lamarannya di terima?" tanya tante Ningsih menatap kedua orang tuaku bahagia.

Mataku melirik kearah papa dan mama, kepala mereka mengangguk dan senyuman manis tersungging di bibir mereka. tamat sudah riwayatku

Awas saja kamu Gas! aku bunuh kamu!.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top