My Boss 5- About Andre
So guys. kalian yang labi baca ini pasti aneh karena partnya meloncat. aku mau minta maaf ya, kenapa partnya tetiba loncat? itu karena part sebelumnya hilang. sedih aku tuh. aku gak bisa diginiin. okay.. lebay #bhaks. terpaksa aku lompat, kenapa? karena cerita itu cerita lamaaaaa, cerita jaman jahiliyah. dan aku lupa plot serta alurnya. hue.... gimana dong? otomatis aku harus menggali ingatan lama tentang cerita ini dong, tapi itu gak mudah guys. beneran. ini tuh kayak, kita di suruh ingetin mantan yang sudah dengan susah kita lupain. okay aku lebay lagi. tapi seriusan. membuat cerita baru dengan plot dan jalan yang sama itu lebih susah, dan itu butuh waktu. makanya, aku skip dulu part yang sebelum ini, aku mau gali lobang dulu buat dapetin emas. :V semoga kalian tetep suka dan enjoy ya.
ini part andre. -temen May, adik bagas. hehehehe gomen kalian bingung.
.....................
Apasih yang membuat kalian ingin memakan manusia??.
Diganggu saat tidur?! Iya
Diganggu saat melakukan aktifitas / hobi?! Pasti
Diganggu Disaat kita ingin sendiri?! Betul.
Tapi permasalahanya bukan itu semua, yang aku rasain sekarang lebih dari itu. Apa??
Melihat mantan bermesraan sama pacarnya. Kurang nyakitin apa coba??.
Sepupuku Rizal bilang gini 'kalau kita ingin cepet move on, ingat kejelekannya yang membuat kita benci sama dia'. Tapi bukan itu permasalahannyaaa!! Permasalahanya itu dia nggak pernah buat aku sebel -kecuali pas nyelingkuhin-, nggak pernah buat aku kecewa -kecuali pas dia nyelingkuhin -, nggak pernah buat aku nangis -ini beneran, bahkan pas saat kita putus gara-gara dia selingkuh. Ya kalian tau lah kenapa Itu? ya karena boss rese di sebelah. tapi ada untungnya juga sih -
Nah waktu inget-inget masalalu aku malah ke inget keburukanku gimana dong? Bukannya benci malah jadi merasa bersalah.
Contohnya ;
Aku sering banget ngaret saat janjian.
Sering jalan sama cowok tanpa perduliin perasaanya.
Sering marah karena nggak di turuti.
Selalu bikin dia sebel karena ulahku, tapi aku cuwek bebek.
Sooo?!
Buruk banget sifatku, mungkin karena itu kali ya dia selingkuh? Tsk, sifat playgirlku ternyata sudah mendarah daging.
"Nggak usah liatin orang kayak gitu,"
kupalingkan kepala kearah suara yang berasal dari boss resenya amit-amit.
"Suka-suka, nggak usah ikut campur."
"Tsk, dasar bocah."
"Emang!"
dia hanya mendengus mendengar jawaban sewotku. matanya menyipit menatapku gak suka yang aku balas tatapan tak kalah sengit.
"Heh, kalian ngapain bisik-bisik?" tanya sebuah suara mengintrupsi kegiatan kami yang berasal dari mulut Intan.
"Tau, gosipin apaansih?" tanya Dewi
"Apa aja boleh," jawabku sekenanya. meminum milk shikku tanpa perduliin mereka yang mencibir akan jawabanku.
Yatuhaaan boleh gak aku meminta? aku ingin membunuh Rond dan pacarnya, tapi dosanya jangan di catat. pliiisss.
drrtt drrrtt drrtt
kulirik boss rese yang berdiri, berjalan menjauh, hanya untuk mengangkat telpon. huh dasar!!.
"Udah berapa lama loe jadi sekertaris abang gua?" tanya Andre menatapku intimidasi.
"Baru kok. kenapa emang?"
"Nggak, gua cuman penasaran aja"
Aku hanya mengangguk ria dan menatap Ita yang asik sendiri memainkan jari-jari Andre tapi Andre sepertinya nggak keganggu dan sesekali gantian dia yang memainkan jari-jari Ita.
Sejak dulu sampai sekarang sifat Andre nggak pernah berubah, sifat kebapa'an dan easy going yang membuat siapapun betah berlama-lama di sebelahnya. beda sekali sama kakaknya yang nyebellinnya amit-amit.
"Loe ngapain liatin gua kayak gitu? naksir loe? mendingan jangan deh nanti patah hati lagi,"
Aku mencibir mendengar perkataan Andre yang super duper PD.
"Dunia kebalik kalau gua jatuh cinta sama loe."
"Masak?" katanya menaik turunkan alis. sok imut banget dah.
"Yakin. seratus persen."
"Nggak percaya gua mah,"
"Serah loe dah."
Mendengar jawaban sewotku malah menjadi bahan bullian semua orang, kecuali Rond yang diam saja, menundukan kepala, nggak berani menatapku. dalam hati aku mencibir perbuatannya yang menurutku sangat gentle -pengecut-, mana ada cowok kayak dia, pacarnya aja biasa aja, bahkan rasa bersalah pun nggak keliatan di wajah imutnya, bener-bener pasangan serasi seratus delapan puluh derajat.
"May kita harus balik kekantor, ada masalah di sana."
"Masalah apa?"
"Nggak usah banyak tanya, cepetan. Ita sayang kamu pulang bareng Om Andre ya, papa Pergi dulu." pamitnya mengelus rambut Ita sayang dan lembut. aku mencibir perkataannya, nanya sekali aja di bilang banyak, apalagi nanya sepuluh?!.
"Yaudah deh semua, gua pamit ya, bye guys," pamitku melambaikan tangan berjalan mengikuti boss rese yang sudah berjalan duluan, bahkan dia nggak pamit sama Andre. kakak macam apa dia? pantes saja istrinya kabur, orang sifat dia aja nyebellin nggak ketulungan kok.
.
Hari demi hari berlalu tanpa terasa sudah satu minggu aku bekerja tanpa ada kehadiran boss rese yang menyuruhku ini itu. karena setelah keluar dari Cafe dia di beri tau kalau salah satu cabangnya di Luar Negeri mengalami masalah yang membuatnya harus terbang saat itu juga di temani wakil Directur, yang semestinya menemani dia kan aku, bukan?! tapi kenapa dia milih wakil direct? terus aku kenapa musingin ini? nggak penting tau! dasar May begok.
"Jadi ini kerjaan kamu kalau saya nggak ada? melamun di saat jam kerja?"
Kuangkat kepalaku dan tersenyum kikuk, sejak kapan dia pulang? kok aku nggak tau?!.
"Maaf pak, saya lagi bingung sama data-data ini, jadi berfikir untuk memecahkannya," dustaku sembari menunjuk data di komputer yang di jawab decihan dan berlalu begitu saja memasuki ruangannya.
Kepalaku menggeleng tak percaya, ternyata segampang itu dia ketipu? kembali melanjutkan aktifitasku yang tadi sempat terhenti, mengetik data-data di komputer.
.
Kulirik jam weaker di mejaku yang sudah menunjuk angka 12, itu artinya sudah jam istirahat, ku save fileku dan mematikan komputer. setelah membereskan meja kerjaku kuambil tas dan berjalan kearah lift yang masih tertutup.
ting.
pintu lift terbuka dengan segera aku masuk ke lift diikuti boss rese yang sedang berbicara dengan telfon menggunakan bahasa thailand tanpa melirikku sama sekali. aku jadi ingat perkataan Andre kemaren saat aku ke apartement kakaknya menemani Ita.
"Loe tau kenapa gua jadi playboy?" tanyanya tiba-tiba saat aku baru saja menyeruput cafein yang masih mengepul.
Kuletakkan gelas berisi cafein, menatap Andre yang sedang menatap luar jendela, di mana beribu-ribu Trilliun air hujan berjatuhan.
Kepalaku menggelang sebagai jawabannya. emang selama ini kami nggak pernah menceritakan atau bertanya kenapa mereka menjadi palyboy atau play girl kecuali aku, karena disini statusnya aku ikut-ikutan aja.
"Dulu gua jatuh cinta sama seorang gadis, dia cantik, baik dan lembut, sampai gua nembak dia, dan dia nerima gua, gua bahagia banget, tapi nggak lama gua denger kabar kalau dia juga di tembak orang lain, dia juga nerima orang itu dan campakin gua gitu aja, gua cari tau alasannya kenapa waktu itu dia nerima gua, dan ternyata dia nerima gua hanya karena dia ingin membuat seseorang itu cemburu, loe tau rasanya di manfaatin?"
Kepalaku menggeleng sebagai jawaban.
"Sakit, sakiit banget, bahkan sampai detik ini gua masih benci sama orang yang tega merebut dia dari gua, dan gua juga juga masih membenci sama orang yang dulunya gua cintai,"
Aku hanya diam dan menatap Andre prihatin, nggak kebayang kalau aku yang berada di posisi dia.
"Loe tau siapa orang yang sudah bikin gua patah hati?"
Gelengan kepala yang aku lihatkan kedia.
"Dia... Bagas, Bagas Aditya Putra."
"Ap--Apa? Bagas? kakak Loe?" mataku sukses membelo mendengar perkataan Andre, bagaimana mungkin? apa dia sudah gila?.
Kepalanya mengangguk sebagai jawaban Iya.
"Loe tau kenapa Ita manggil loe Mama?"
Kepalaku menggeleng untuk yang kesekian kali.
"Karena wajah loe mirip Gladys, almh. mama Ita, atau orang sukses bikin gua patah hati terlalu dalam"
"Loe... becanda?"
"Mana mungkin gua bercanda sama loe di saat keadaan kayak gini? gak penting May, awalnya gua deketin loe karena loe mirip sama dia, gua kasih perhatian lebih ke loe karena gua nganggep loe itu dia, tapi seiring berjalannya waktu, gua sadar, loe ya eloe bukan dia. disitu gua mulai sadar, kalau gua sangat mencintai dia, kalau gua tergila-gila sama Dia, karena gua terlalu cinta, karena gua terlalu tergila-gila sama dia sampai tanpa gua sadari, kalau rasa cinta itu berubah menjadi benci gua ke dia dan ke kakak gua," setitik air mata turun membasahi pipinya meski dengan cepat dia menghapus air mata itu di ganti senyuman kepedihan.
Aku berdiri dari kursi berjalan kearah Andre, memeluknya dari samping, hanya ini yang bisa aku lakukan sebagai teman dan adik buat dia, aku nggak pernah tau kenapa dia membenci kakaknya, karena aku pikir hal itu wajar, karena aku juga membenci Zein, meski aku membenci Zein ada alasanya.
"Mau keluar apa masih di dalam?"
Kupalingkan kepalaku menatap orang yang berhasil memecahkan lamunanku tentang pembicaraanku dan Andre, melihat Boss rese dengan kening mengkerut. gak gerti akan ucapannya yang dingin.
Dia menghela nafas lelah dan berjalan keluar lift. eh? keluar lift?.
Ketekan tombol merah dan berjalan keluar dari lift di temani tatapan gak percaya dari karyawan lain atas ulahku yang benar-benar aneh. mungkin dalam pikiran mereka 'kenapa bisa orang kayak dia bekerja di sini? menjadi sekertaris lagi. patut di curigai'.
>>>>>>
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top