My Boss 24- Akhir dari segalanya (End).

Bagas terdiam dari duduknya, matanya menerawang, ingatanya berputar di beberapa jam yang lalu, saat dia kemakam Gladys, orang yang dia kira menyelingkuhinya hanya karena uang, orang yang dulu sangat dia benci, ternyata semuanya salah.

May berdiri di ambang pintu balkon menatap punggung suaminya yang terlihat rapuh, dia menghela nafas berat, kenapa semua jadi seperti ini? dari semua perkataan Mertuanya sama Bagas itu nggak ada yang benar, yang benar ternyata Andre, entah dari mana anak itu tau kalau Gladys meninggal padahal Bagas sama mertuanya nggak ada yang tau, mertuanya bilang Gladys pergi karena ngejar cita-cita, itu hoax, mertuanya salah menilai, sedangkan Bagas bilang kalau Gladys pergi karena ada pria lain, itu juga ternyara hoax, meski apa yang di katakan Bagas adalah hal kebenaran yang di ketahui laki-laki itu.

May mendesah dan berjalan menghampiri Bagas, memeluk tubuh Bagas dari belakang yang sempat menegang beberapa saat namun kembali rilex saat matanya melirik kearah May yang sedang tersenyum manis, senyuman menenangkan untuk pria itu.

"Maaf."kata Bagas lirih menyentuh lengan istrinya yang sedang melingkar di lehernya.

May masih tersenyum manis dan menggelengkan kepalanya "Buat apa?"

Bagas mendesah nafas berat dan semakin erat menggenggam lengan May, mencari pijakan yang dia rasa sedang bergoyang "Karena aku, hidup kamu jadi seperti ini. karena aku bikin kamu banyak fikiran, karena aku juga kamu hampir kehilangan nyawa. maaf, maaf dan maaf"

May menghela nafas lelah, di letakkan dagunya di pundak Bagas, dan menoleh menatap Bagas dari samping "Bukan karena kamu, tapi memang takdirnya begini Gas, kamu nggak usah nyalahin diri kamu sendiri."kata May mencoba menenangkan suaminya.

Bagas mendesah lelah. gimana dia nggak mau nyalahin dirinya sendiri? kenyataanya ini semua terjadi karenanya, karena kebodohannya, saking bodohnya dia percaya aja sama apa yang di katakan Gladys waktu mau meninggalkannya, di terlalu bodoh untuk ukuran manusia.

May mengeratkan pelukannya melihat wajah Bagas yang muram, matanya menerawang, apa dia memikirkan Gladys? "Dia pasti udah maafin kamu Bagas, dia pasti udah maafin kamu, lagian semua ini bukan salah kamu, ini juga salahnya karena udah bohong sama kamu,"

bukannya maksud dia menyalahkan orang yang sudah meninggal hanya saja itu cara satu-satunya suapaya suaminya bisa tenang.

Bagas menolehkan kepalanya kearah May mengecup kening istrinya singkat dan bangkit dari duduk sembari merangkul pundak istrinya berjalan kedalam apartement.

"Sudah resiko orang tampan di rebutin banyak pihak."kata Bagas yang dapat tatapan 'sok iye' dari istrinya.

"Ngaca dong Gas, udah punya istri masih aja PD-nya selangit."

Bagas tersenyum mendengar perkataan judes istrinya "Tapi nyatanya begitu sayang, bahkan sekertarisku saja tergoda."

May menghentikan jalannya menatap Bagas bengis "Oh... jadi sekertaris kamu cewek? gitu ya nggak mau nurutin perkataan istri?"kata May menatap Bagas sadis.

Bukannya takut Bagas malas tertawa dan mencubit kedua pipi istrinya gemes "Istri aku cemburu nih ya ceritanya? ohohoho."

May menyentakkan kedua tangan Bagas dari pipinya masih menatap laki-laki itu sadis "Awas ya kalo ketauan ganjen? aku potong dedek mu."

Bagas terbahak mendengar ancaman Istrinya,Pria itu semakin mengeratkan pelukannya, tentu saja May memberontak ingin di lepaskan tapi bukan Bagas kalau dia menuruti permintaan istrinya yang ini.

"Aku seneng deh liat kamu cemburu,"goda Bagas menggesekan hidungnya dengan hidung May.

May masih berusaha lepas dari pelukan Bagas sampai pelukan suaminya terlepas baru ia menjawab perkataan Bagas "Nggak ada yang cemburu."katanya sambil lalu

Bagas menaikkan alisnya menatap May jail "Nggak ada yang cemburu tapi pengen potong dedeknya yang bener aja sayang?!"

May mendesah mendengar perkataan suaminya, apalagi tangan suaminya yang kembali menempel di bahunya.

"Aku itu cintanya hanya sama kamu sayang. hanya kamu dan akan selalu kamu."kata Bagas semakin mengeratkan pelukannya dan mencium kepala istrinya sayang. kali ini May nggak memberontak minta lepas, dia malah membalas pelukan suaminya tak kalah erat.

"Janji?"Tanya May menatap suaminya penuh harap.

Bagas tersenyum evil mendengar perkataan istrinya "Cieee yang tadi cemburu tapi nggak mau ngaku."

"BAGAAAASSSS!!!"

.

"Gua udah nggak bisa kompromi lagi buat menjarain dia, dia udah keterlalu Man, gimanapun caranya kita harus jeblosin dia kepenjara"kata pria berbaju dokter dengan geram.

"Loe fikir kita nggak? kita juga pengen kali jeblosin dia di penjaraL"kata salah satu cewek di ruangan yang serba biru menatap orang di depannya dengan emosi yang terpendam.

"Apapun rencananya kita harus jeblosin dia kepenjara, gua udah gedeg banget liat dia, apalagi May sempet bilang ke gua kalau dia hampir aja mati karena ulah dia"kata cewek berbaju putih tak kalah emosinya.

"Loe gimana Yu? udah dapat info tentang di mana dia tinggal akhir-akhi ini?"tanya cewek yang satunya, cewek berbaju kuning tanpa lengan.

Orang yang merasa di panggil langsung meletakkan handphonenya di meja , dengan santai dia mengangguk menjawab perkataan sahabatnya "Yup. kata anak buah gua, dia masih di Indonesia, dia sedang berada di apartement deket apartement mereka. kalo menurut feeling gua sih dia bakal ngelakuin hal yang lebih ekstrim dari perbuatanya kemaren kalau dia melihat sang mangsa sedang sendirian."kata cowok tadi menyilangkan kakinya.

Mereka semua masih memandangi orang yang di panggil Yu, menyuruh orang itu untuk kembali melanjutkan perkataanya, mereka yakin kalau cowok itu punya rencana tersendiri, "Kalian tenang aja, gua akan pasang CCTV di apartement mereka, so kalau terjadi apa-apa sama dia kita bisa langsng ke TKP."lanjut cowok itu masih dengan nada santainya, seolah perkataanya adalah bukan hal yang penting.

"Gua nggak setuju sama ide lo Bray. kita nggak bias nunggu terus kayak gini, kalian semua masih ingatkan perkataan kita sama Joey waktu di bandung kemaren? cewek itu bahaya guys, dan yang lebih penting sahabat kita sedang mengandung, apa kita mau nunggu dia keguguran dulu baru kita bertindak? ingat! kita Intel rahasia, nggak bisa seorang Intel kayak kita terus menunggu nggak jelas kayak gini."kata cowok tadi yang membuka percakapan.

Semua orang di sana terdiam, mereka berfikir tentang perkataan sahabatnya.

"Lalu?"tanya cewek berbaju putih menatap cowok tadi bingung.

Orang yang di tanya terdiam, mencoba berfikir apa yang harus di lakukan sekarang, tapi menunggu adalah suatu hal yang sia-sia, mereka nggak tau kapan orang gila itu kembali melanjutkan aksinya, bisa saja orang gila itu melanjutkan aksinya saat mereka sedang sibuk dengan pekerjaan mereka yang di ketahui pihak keluarga, bisa juga orang gila itu melanjutkan aksinya saat mereka lengah, nggak ada yang tau akan hal itu.

"Kita nggak mungkin ngumpanin May untuk mancing dia kan Ndre?"tanya cewek di depan Andre menatap laki-laki itu ragu.

Andre dan semua temennya menjentikan jari dengan kompak, seolah perkataan salah satu sahabatnya tadi adalah pemecah masalah mereka saat ini.

"Loe bener Prita, kita harus gunain May sebagai umpan."sahut Andre sembari menerawang.

Prita menganga mendengar perkataan Andre "Are you sure? dia sedang hamil loh Ndre, nggak nggak gua nggak setuju, gila loe semua kalau ngejalanin ide kayak gini."kata Prita tak habis fikir sama jalan fikiran para sahabatnya. mereka gila. dia sedang ngandung!! kalau keguguran gimana?

cewek di sebelah Prita mengerutkan dahinya mendengar perkataan sahabatnya "Why not Prit? itu hal yang paling mujarab, kita nggak bisa gunain Bagas sebagai umpan karena bukan Bagas sasaran dia. come on lah sobat, she's strong, dia nggak mungkin kenapa-kenapa."kata cewek itu merangkul pundak Prita.

Prita mendengus dan melepaskan rangkulan sahabatnya.

"Kalau dia keguguran? oh Guys, gua nggak bisa bayangin kalau itu terjadi."kata Prita menggelengkan kepalanya. sekarang dia merasa bersalah karena udah bicara seperti itu.

"Come on Prita, dia nggak mungkin kenapa-kenapa, dia bukan cewek lemah baybe, kamu tau kan kalau May nggak mungkin ngebiarin dia di bunuh sama cewek gila itu?, apalagi dia sedang ngandung, kemungkinanya kecil kalau dia keguguran."kata cewek berbaju kuning berjalan kearah sahabatnya dan merangkul pundak Prita erat.

"Oh my god In, sekecil papun kemungkinannya tapi itu bisa aja terjadi. cari cara lain aja lah."kata Prita gemes. kenapa semua sahabatnya malah seakan ingin May kenapa-kenapa?

"Dewi sama Intan Bener Prit, lagian ada kita, kita akan ngawasi dia, kita nggak mungkin biarin dia kenapa-kenapa."kata Andre mencoba menyakinkan sahabatnya.

"Iya Prit masak loe nggak percaya sama kita-kita? kita pasti ngejaga dia kok. percaya deh, dia nggak akan kenapa-kenapa."kata Bayu malas melihat sifat Prita yang menurutnya sedikit lebay.

"Lagian kita udah berhasil gagalin perbuatan Tanti yang ingin ngehancurin pernikahan Bagas sama May, kita udah berhasil memancing dia untuk keluar dari Indonesia selama beberapa hari, loe percaya aja sama kita."kata Andre yang terus berusaha untuk menyakinkan sahabatnya.

Prita menghela nafasnya gusar "Tapi Bay, Ndre..."katanya yang tak sanggup lagi meneruskan perkataanya, cewek itu menghela nafas berat, di tatapnya keempat sahabat yang sedang menatapnya dengan senyuman menenangkan, kecuali Bayu yang kembali sibuk dengan gadgetnya. "baiklah."jawabnya sedikit ragu. dia harus percaya kalau May nggak akan kenapa-kenapa.

Andre tersenyum manis mendengar perkataan Prita, laki-aki itu mencodongkan tubuhnya dan mulai memberi intruksi apa yang akan mereka lakukan, yang nyatanya Andre lah ketua Intel mereka, mereka terbentuk sejak SMP, bisa di bilang mereka menjadi Playboy dan Playgirl itu karena status 'pekerjaan mereka yang ingin mengorek imformasi dari sang target', -kecuali Andre, dia menjadi playboy alasan utamanya karena cintanya dulu yang berakhir na'as- nggak ada yang tau kalau mereka seorang Intel, hanya segelentir pemilik perusahaan yang tau kalau mereka adalah Intel.

.

May merenggangkan kedua tangannya, matanya masih tertutup pertanda cewek itu masih mengantuk, namun suara seseorang yang sedang marah-marah mau nggak mau dia harus bangun dari tidur nyenyaknya.

Kedua kakinya turun dari ranjang dan berdiri, berjalan gontai keluar kamar untuk melihat siapa yang marah-marah nggak jelas sampai membuatnya terganggu.

Kedua tangannya mengucek-ngucek mata yang masih berat, kepalanya bersender di kusen pintu menatap punggung suaminya yang terlihat tegang.

"Are you crazy hah?!! kenapa bisa itu terjadi? seharusnya nggak ada masalah Erick!!"

"........."

Entah apa yang di katakan sang lawan bicara Bagas, Bagas hanya mendesah dan mematikan ponselnya, berjalan kesana kemari dengan fikiran tak tentu, May yang melihat itu hanya memiringkan kepalanya, dia mencoba mencerna apa yang terjadi, tapi sayang, otaknya yang sedang sedikit konslet saat hamil membuatnya tak bisa menemukan titik terang.

Tak mau berfikir lebih jauh lagi dia berjalan kearah Bagas, menghadang jalan peria itu yang ingin kembali mondar-mondir kayak setrikaan dan menghambur kepelukan suaminya, mencari tempat ternyaman yang ada.

Bagas mendesah dan membalas pelukan istrinya, dagunya bertumpu dengan kepala May, mencari rasa nyaman yang coba di berikan istrinya.

Sedangkan di tempat Lain Andre dan yang lainnya sedang menatap Erick, wakil CEO di perusahaan Bagas, menatap pria itu harap-harap cemas.

"Perfect."jawab Erick dengan senyuman bangganya tak lupa kedua alisnya yang naik turun.

"Wohoooo. misi pertama berhasil."teriak Intan toa, semua orang yang ada di sana tertawa dengan tindakan abnormal teman mereka.

"Ok guys. misi kedua. Dewi sedang ada di mana?"Tanya Andre kearah Bayu.

Bayu mengambil laptonya dan mencari tau ada dimana salah satu sahabatnya itu "dia sedang di lorong apartement keknya. bentar lagi dia sampe"kata Bayu yang langsung di kerubungi keempat orang itu.

Mereka semua mencoba melihat apa yang ada di layar laptop Bayu. di sana, melihatkan pintu apartement yang sedang terbuka, dan tak lama di susul suara orang geram.

"Ngapain le kemari?"tanya suara yang nggak asing bagi mereka, suara sangat mereka benci. entah apa yang kini di tampilkan Dewi, mungkin sebuah senyuman?

"Gua kesini ada pemberitahuan buat loe,"

"Pemberitahun? pemberitahun apa?"tanya Tanti dengan malas.

"Gua boleh masuk?"

"Buat apa gua ngijinin loe masuk? cepet ngomong elah, loe ganggu waktu gua."

"Wuis sok banget tuh bocah"komentar Erick geram. Andre dan Bayu hanya menyeringai mendengar komentarakan Erik.

"Ini info tentang Bagas sama May. so... loe mo ngijinin gua masuk apa nggak? gua fikir sih ini penting banget buat loe kalau mau bunuh May"

Hening beberapa saat, Tanti tak membalas perkataan Dewi, terkutuklah Bayu yang menaruh CCTV di dalam tas, mau nggak mau mereka harus puas mendengar pembicaraan mereka, karena nyatanya wajah sang target tak Nampak, yang keliatan hanya tubuh wanita itu.

"Loe mau bodohin gua? loe fikir gua akan percaya sama omongan loe? jangan harap"

"Gua nggak nyuruh loe percaya, gua hanya ingin ngasih tau aja, ya kalo loe nggak mau nggak ada ruginya buat gua"kata Dewi terdengar santai "padahal ini penting kalau loe mau bunuh May. yaudah ya gua pergi dulu, daaahhh"sambungnya bersiap untuk pergi namun terhalang dengan suara Tanti yang membuat semua orang di sana menyeringai, kecuali Erick.

"Apa yang bikin gua bisa percaya sama kata-kata loe? sedangkan loe sendiri sahabat May"

Perlahan tubuh Dewi kembali berbalik kearah Tanti "gua benci sama dia, asal loe tau aja selama ini gua pengen bunuh dia, yah tapi gitu, semua temennya sok heroit"

Lagi-lagi hening, Tanti tak langsung membalas perkataan Dewi, kemungkinan wanita itu sedang menilai harus percaya atau tidak, atau bisa juga dia sedang menatap Dewi mencari kejujuran di kedua bola mata Dewi.

"Ok. masuklah"kata Tanti membuka pintunya lebih lebar, Dewi berjalan masuk dan meletakkan tasnya di meja yang sedikit tinggi, hingga kini wajah Intan dan Dewi terlihat di laptop Bayu.

"So?? apa infonya?"Tanya Tanti menatap Dewi memincing.

Dewi menyibakkan rambutnya kebelakang angkuh dan merapikan poninya yang berantakan "gua suka sama orang yang langsung to tho point"kata Dewi membenar kan posisi duduknya "gini, gua denger dari Andre kalau Bagas akan kepapua-"

"Papua?"Tanya Tanti memotong perkataan Dewi.

Dengan satai Dewi mengangguk "yup!!"

"Kenapa?"Tanti kembali bertanya. sepertinya dia sangat kepo kalau mendengar nama Bagas.

Dewi menyeringai mendengar perkataan Tanti "gua nggak tau yang pasti sih, cuman Andre ngechat gua kalau kakaknya mau ke Papua nanti siang, karena Andre dan semuanya nggak bisa nungguin si sang ratu jadi gua yang harus nungguin dia, emang dia kira gua baby sitter apa? lagian nggak banget deh nemenin dia, mending ke mall, shopping atau ke salon, lebih bermanfaat buat gua"kata Dewi menekan sang Ratu malas, kalau boleh bicara Dewi sangat bagus untuk aktingnya kali ini.

"Berapa lama Bagas di papua?"Tanya Tanti semakin tertarik dengan perkataan Dewi.

Dewi lagi-lagi menyeringai "satu minggu kayaknya"

Tanti mengerutkan keningnya dan melirik Dewi yang sedang merapikan rambutnya, padahal rambut curlynya masih rapi, sepertinya dia melakukan itu agar aktingnya terlihat lebih natural.

"Gua masih ada urusan nih, loe mau ngambil kesempatan ini nggak? kalau nggak ya nggak masalah buat gua"kata Dewi menatap Tanti yang masih terlihat berfikir.

"Loe nggak lagi ngibulin gua kan?"

"Oh my god. buat apa gua ngibulin loe? gini aja deh, gua kasih liat sms Andre semalem"kata Dewi meraih tasnya dan mengambil handphone setelahnya kembali meletakkan tasnya di tempatnya tadi dan terlihat sedang mengsocrol smarthphonenya lalu mengarahkan kearah Tanti.

Tanti membaca sms Andre seksama dan menatap Dewi dengan seringai di kedua sudut bibirnya.

"So? kapan? kalau loe ngasih tau gua sekarang gua bisa bilang kemereka biar gua yang jaga?"

"Besok"

"Besok?"

"Yup. ada apa?"

"Nope, ok kalau gitu, biar gua sms Andre kalau besok gua yang jaga. BTW handphone gua balikin kali"perkataan Dewi yang di sambut galak tawa sama Andre, Bayu dan semua orang yang sedang melihat Laptop.

Tanti mendengus dan memutar kedua bola mata dan menyodorkan handphone Dewi "gua nggak bakal nilep handphone loe, gua bisa kali beli handphone kek gitu doang, selusin juga mampu"

Dewi tak mengindahkan perkataan Tanti, dengan cuek dia mengangkat bahu dan berdiri, di gapainya tas tangan yang jadi intaian mereka.

"Ok. see you tomorrow"kata Dewi malas dan berniat melangkah, namun belum ada selangkah dia kembali berbalik "gua harap kali ini loe bener-bener bisa bunuh dia, jangan sampai meleset"

"Loe tenang aja soal itu"kata Tanti lengkap dengan seringai mengerikan hadir di bibir wanita itu.

Andre menyeringai dan bertepuk tangan membuat semua mata di ruangan itu menoleh kearah Andre menatapnya bingung.

"Suruh Bagas ngajak May jalan-jalan"kata Andre tegas kearah Erik. Erick mendesah nafas pasrah dan mulai kembali menelfon Bagas.

"Ajak istri loe jalan-jalan sekarang juga"kata Erik tanpa tendeng aling dan langsung memutuskan sambungan tanpa repot-repot menunggu suara di sebrang untuk menjawab.

"Dan loe Inta, kasih tau Dewi jangan pergi dari gedung itu, kita akan kesana. untuk loe Prita, loe udah bawa CCTV yang gua minta kemaren?"

Intan langsung menelfon Dewi utuk tidak pergi dulu dari gedung apartement itu sedangkan Prita mengangguk lesu. dia masih belum rela sahabatnya di buat uampan.

"ok. guys come on, saatnya beraksi"seru Andre bersemangat dan bangkit dari duduk di ikuti semua temennya.

Mereka berjalan dengan PD, Andre berada di urutan paling depan, Bayu di sebelah Erik, Prita di sebelah Bayu dan Intan di sebelah Erik, semua mata karyawan tertuju kearah mereka dengan wajah terpesona, nyatanya wajah-wajah orang yang sedang berjalan bak dewi dan dewa yunani yang baru turun dari langit entah keberapa.

Mereka terus berjalan dengan senyuman menggoda, jiwa ke playgirl dan playboy mereka masih melekat erat, Andre berjalan kearah mobil sedan yang sudah terparkir rapi di depan lobby dan duduk di pengemudi di ikuti sama yang lain.

.

Andre turun dari mobil yang ia kendarai menyerahkan kunci mobil ke Valet dan berjalan masuk di ikuti Intan,Prita, Bayu serta Erick, lagi-lagi mereka membuat semua tatapan orang tertuju kearah mereka. Dewi menolehkan kepalanya kearah pintu lobby saat mendengar pekikan histeris cewek di sebelahnya yang sedang meggosip sama temennya tentang seberapa tampan para kaum adam yang ada di sana.

"Guys"seru Dewi dengan suara lantang.

Andre serta yang lainnya menoleh kearah Dewi dan berjalan ke cewek itu, bersalaman ala anak muda dan kembali berjalan kearah lift yang mengantarkan mereka sampai ke pintu apartement Bagas.

Semua orang sibuk dengan pekerjaanya sendiri-sendiri kecuali Erick yang hanya melihat mereka berlarian kesana kemari, bukannya dia nggak mau membantu atau apa cuman permasalahannya dia bingung, nggak tau harus bantuin apa, karena dia bukan termasuk intel seperti mereka.

Wajah mereka semuanya terlihat serius, meletakkan CCTV di tempat yang menurut mereka tersembunyi, Andre dan Bayu berada di lantai Atas, membersihkan gudang dan meletakkan meja untuk penyangga TV kecil, TV itu sebagai penghubung semua CCTV yang di letakkan Inta, Prita dan Dewi, dan di gudang itulah nanti mereka semua -termasuk Bagas- akan mengintai perbuatan Tanti, tak lupa Reon -suami Dewi yang merangkap menjadi ketua SWAT- akan ikut memantau.

Tak sampai 1 jam mereka semua sudah siap dengan pekerjaanya masing-masing. sekarang hanya tinggal eksekusi untuk besok.

.

.

Hari yang di nantipun tiba, Bagas, Andre dan yang lainnya sedang mengerubungi TV di depan mereka, TV yang melihatkan ruangan apartement Bagas.

Suara bel yang terdengar dan CCTV di luar apartement Bagas menampilkan wajah Tanti yang sedang memencet bell. hati mereka berdebar. mereka nggak sabar ingin menjebloskan orang gila itu ke penjara, kalau bias di kirim ke nusa kambangan, beda sama Bagas yang sedang ketar-ketir, dia takut kalau istrinya kenapa-kenapa, meski semua orang yang ada di ruangan ini sudah professional -dan dia juga baru tau akan hal itu kemaren sore waktu mereka mau nginap di apartement, tentu tanpa sepengetahuan May- tapi bias saja kan mereka terlambat, bukannya dia menyupahi hal itu hanya saja fikirannya yang sedang kalut akan khawatir membuatnya nggak bias berfikir jernih.

Terlihat dari CCTV yang lainnya May keluar dari kamar dengan baju santai, kepalanya menoleh kearah CCTV lebih tepatnya CCTV yang tersembunyi di balik jam dinidng dan terdengar mnggerutu.

Andre menggelengkan kepalanya. sahabatnya sama sekali nggak berubah, rasa malasnya masih saja sama seperti dulu, bahkan terlihat lebih pemalas. apakah itu juga termasuk sifat orang hamil?.

May membuka pintu apartement dan tubuhnya menegang untuk beberapa saat melihat seringai Tanti dan berniat kembali menutup pintu apartementnya namun terhalang dengan sesuatu.

May masih berusaha menutup pintu apartement sekuat tenaga tapi sepertinya tenaga Tanti jauh lebih kuat dari pada dia.

May terduduk di lantai apartement yang keras kasar membuat pintu apartement terbuka, dan semua orang yang ada di sana melihat hal itu memekik, Bagas berdiri ingin keluar dari tempat persembunyian tapi terhalang dengan Andre yang menarik lengannya kasar.

"Mau kemana loe? loe mau ngehancurin rencana kita semua?"Tanya Andre sinis.

Bagas mendesah dan balik menatap Andre menantang, mulutnya terbuka untuk membalas namun suara orang lain terdengar mengintrupsi apapun yang ingin Bagas katakan.

"Loe nggak bisa kebawah Gas, istri loe nggak akan kenapa-napa, tenang aja, lagian kita semua ini orang berpengalaman"kata Reon menepuk pundak Bagas beberapa kali berusaha menenangkan.

"Tapi istri gua lagi hamil"

"Gua tau. kita semua udah nyiapin segalanya dengan matang, tenang, percaya aja sama kita, kita nggak akan biarin May maupun anak loe di bunuh sama dia, ini juga demi kelangsungan rumah tangga loe Gas, kalau nggak sekarang mau sampai kapan kalian di hantui rasa nggak tenang? kalau nggak sekarang kita semakin sulit untuk menangkap Tanti, percayadeh"kata Dewi lembut menatap Bagas dengan pandangan menenangkan.

Bagas meraup wajahnya kasar dan kembali duduk di tempatnya semula. Andre dan Reon ikut duduk menatap layar monitor seksama.

Tanti tersenyum miring melihat sang mangsa sedang terduduk tak berdaya, matanya menyiratkan tatapan penuh ketakutan yang berusaha ia sembunyikan, tapi Tanti masih bisa melihat tatapan itu.

Tanti melangkah lebih dekat sedangkan May berusaha mundur dengan kondisi terduduk.

BLAM. pintu apartement tertutup. dan fikiran ketakutan semakin mengusai batinnya, May berusaha untuk berdiri di tengah rasa takutnya, bibirnya kering dan keringat dingin keluar dari pori-pori.

"Mau apa loe?"Tanya May sinis di tengah rasa takut yang mengusai Batin dan otaknya.

Lagi-lagi Tanti tersenyum culas mendengar pertanyaan May, perlahan kakinya melangkah maju yang membuat May melangkah mundur, melihat hal itu dia semakin tertawa sinis, kepalanya menggeleng "Mau main mono poli, ya main bunuh-bunuhan lah"jawabnya santai.

May semakin meradang mendengar perkataannya, kepalanya menoleh kenan dan kekiri mencari sesuatu buat melawan Tanti meski kakinya terus melangkah mundur untuk menjaga jarak.

"Bukannya gua udah bilang kalau gua nggak akan mati di tangan loe"

Tanti tertawa sinis dan mengambil pisau putih mengkilap dari saku celananya "oh ya? tapi kenapa gua liatnya loe ketakutan? kalau loe nyakin sama ucapan loe seharusnya loe nggak takut dong sama gua? tapi kok gua liatnya kebalikannya ya?"kata Tanti terus melangkah Maju.

Hati May berdebar-debar penuh dengan rasa takut, kakinya mentok di pinggiran sofa dan dia langsung menyingkir dari sana berjalan memutari sofa sembari berfikir apa yang harus ia lakukan sekarang? menelfon Bagas? itu nggak mungkin, karena handphonenya ada di kamar.

Kamar? oh ya kamar, kenapa dia nggak berfikir kalau dia ngumpet aja di kamar sembari menunggu Bagas? namun sebelum dia kekamar dia harus mengoceh dulu biar Tanti nggak langsung menangkapnya.

matanya melirik fas bunga di meja, dengan perlahan dia mengambil fas bunga itu tanpa sepengetahuan Tanti.

"Loe mau kemana? gua baik kok, gua mau ngajakin loe main, nggak usah takut gitu dong sama gua"kata Tanti lengkap dengan seringaianya.

secepat kilat May melemparkan fas bunga tadi ke kepala Tanti yang langsung mengenai sasaran, Tanti mengaduh kesakitan, kepalanya menunduk melihat fas bunga yang pecah di sekitar kakinya dan kembali mendongak, namun sayang saat dia ingin membalas dendamkan rasa sakitnya May sudah nggak ada di depannya, kepala menengok kekanan dan kekiri mencari keberadaan mangsanya.

"Nggak usah ngumpet loe bitch. ke sini dong, gua baik kok mau ngajakin main bunuh-bunuhan, ayo dong Bitch ke sini"teriakan Tanti terdengar sampai lantai tas.

Andre dan yang lainnya kelabakan karena May masuk kedalam kamar, yang sayangnya kamar nggak di tempelin CCTV.

"Itu kenapa May masuk kekamar? haduh gimana nih?"gumam Prita yang hanya dia saja bisa mendengarnya, karena dia nggak mau bikin Bagas semakin khawatir.

"Kamarnya ada CCTV?"Tanya Bagas menatap orang yang ada di sana satu persatu.

Andre mengusap wajahnya kasar, kepalanya menggeleng sebagai jawaban Pertanyaan Bagas.

"Sial. terus sekarang gimana? gua nggak bisa ada di sini, gua harus kebawah"sambung Bagas berdiri cepat dan berjalan kearah Pintu yang lagi-lagi di halangi Andre "apalagi? gua nggak tau keberadaanya sekarang kayak gimana Ndre, kalau terjadi apa-apa sama dia gimana? gua nggak mau kehilangan orang yang gua sayangi untuk kesekian kali"sambungnya frustasi.

"Iya, tapi tunggu sebentar dulu, Tanti masih ada di ruang tangah, dia nggak tau----"

"AAAAAAAAAA"pekikan histeris memotong perkataan Andre. orang-orang yang tadi menatap Andre dan Bagas kini beralih menatap layar monitor, wajah mereka pucat pasi.

"Tanti nggak ada di ruang tengah, pintu kamar May terbuka"

Mendengar perkataan Intan Bagas langsung mendorong tubuh Andre kasar dan berlari cepat kearah tangga, menuruni anak tangga satu persatu, Andre ikut berlari mengejar Bagas dan Reon yang sudah meninggalkan gudang terlebih dahulu dan berlari cepat, begitu juga dengan yang lainnya. perasaan mereka was-was. takut terjadi apa-apa sama sahabatnya.

"Angkat tangan"teriak Reon mengacungkan pistol kearah Tanti yang sedang menjambak rambut May dengan Tangan terangkat memegang pisau yang siap meluncur. posisi mereka -Tanti dan May- sama sperti waktu Bagas datang beberapa minggu yang lalu.

Bagas berjalan cepat kearah Tanti mengambil pisau dari tangan wanita itu yang membeku, kemungkinan shok kenapa bisa ada Bagas? dan terlebih lagi ada orang yang mengacungi dia pistol, apa ini semua sudah di siapkan? apa ini penjebakan?

PLAAK

Tamparan talak mendarat di pipi Tanti setelah Bagas melepaskan May dari cengkraman tangan wanita itu, menyembunyikan May dalam punggungnya, Andre dan Bayu dengan cepat memeganggi kedua tangan Tanti membawa kedua tangan itu kebalakang dan memborgolnya.

"Gua udah ngelepasin loe sekali, tapi loe malah nggak ngeindahin lepasan gua waktu itu, sekarang gua nggak akan ngelepasin loe lagi, gua yang bakal pastiin kalau loe bakal ngedekem selamanya di dalam penjara"kata Bagas penuh dengan emosi yang tertahan.

"Gas, aku mohon, lepasih aku, aku nggak bakal ngulangin hal itu lagi"kata Tanti berjalan mendekat.

Bagas memundurkan tubuhnya menjauh tapi matanya masih menatap Tanti tajam "bawa dia kepenjara, kasih bukti apapun yang bisa memberatkan dia di penjara, kalau bisa di hukum gantung"

Kepala Tanti menggeleng takut "nggak Gas, aku mohon jangan kayak gitu, lepasin aku Gas, aku janji nggak akan ngulangi itu lagi, aku janji"

"Bawa dia Reon"kata Bagas tegas tak mengindahkan permohonan Tanti.

Tanpa di suruh ketiga kali Reon langsung mengambil alih tubuh Tanti dari Andre dan Bayu lalu menggiringnya keluar dari kamar.

Tanti menatap sinis Dewi yang di jawab senyuman tak kalas sinis dan melambai mengantar kepergian Tanti.

Bagas membalikkan badannya menatap May yang pucat pasi, pipinya terasa dingin di kedua tangan Bagas.

"Maafin aku ya"katanya lirih mengusap pipi May lembut.

May mengangguk singkat dan menghambur dalam pelukan suaminya. Intan, Dewi dan Prita memilih pergi meninggalkan kedua orang yang sedang berpelukan dengan perasaan lega. untung saja Bagas dan Reon datang tepat pada waktunya. untung saja. mereka nggak tau apa yang bakal terjadi kalau Bagas dan Reon telat, meski hanya sedetik.

>>>>>>>>>

hay, ini udah end. tinggal prolog. tapi gua nggak bias janji kalau prolognya besok, gua lagi ada masalah sama bapak-bapak yang ngajakin nikah, #parah_banget_emang dan selain itu juga idenya nge stuck entah kenapa. padahal kurang dua part lagi. ckckckck. do'ain aja semoga aku bias kabur dari bapak-bapk itu dan nyadarin dia kalau aku masih muda -_- bukan akunya sih, cuman dianya yang udah tua, mending kali ya bapak-bapak itu cool,tampan gagah. nah ini?? astajim. mana lebih tua dari bokap gua lagi. masih mending cuman satu. nah ini dua. -ada apa sama muka gua??- kenapa yang kecantol malah bapak-bapak? nggak orang seusia gitu? ck. lha ini kenapa malah curhat??? gak papa lah, kalian kan nggak tau siapa aku. jadi aman. otomatis orang tua kagak tau kalau anaknya sedang di kejar sama bapk-bpk yang lebih tua dari dia, kalau tau bisa di kurung gua di kamar. wokeh. sampai jumpa kapan-kapan. AKU NGGAK MAU JANJI KAPAN AKU UPDATE PROLOG, EPILOG MAUPUN EXTRA PART.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top