My Boss 22- Garis Dua

Angin yang berhembus kencang serta deburan ombak menemani kesunyian di sekitar wanita itu. helaan nafas berat keluar dari bibirnya, setitik air mata kembali jatuh.

Tak jauh dari tempat May duduk ada seorang peria paruh baya sedang menghela nafas berat, kepalanya menunduk menatap pasir di bawahnya hampa, mereka tadi gak sengaja bertemu saat May baru tiba di makam mama kandungnya, sedangkan peria paruh baya tadi baru saja ingin beranjak meninggalkan tempat terakhir sang kekasih.

"Ceritain semuanya pa,"kata May lirih masih menatap air di depannya hampa.

Pria yang di panggil pa tadi menghela nafas dan mendongak, menatap air di hadapannya. deburan ombak kembali terdengar.

"Apa yang sudah kamu dengar?"tanya peria tadi tak kalah lirih.

May bungkam beberapa detik sebelum menjawab "Semuanya,"katanya terluka, dan lagi-lagi air matanya kembali jatuh di pipi yang tak di gubris wanita itu.

Pria tadi menghela nafas gusar "Lalu?"

"Apa yang papa rasain sama mama May? sama kedua mama May?"

Pria tadi kembali menghela nafas kasar, mungkin sudah saatnya anak kandungnya tau kebenaran tentang apa yang terjadi, selain karena May sudah tau semuanya wanita itu juga sudah dewasa, dia yakin anaknya akan bersikap dewasa menangani masalah ini.

"Papa masih mencintai mendiang mama kandung kamu,"Kata pria itu lirih, seakan memberi tau kalau dia sangat kehilangan "cinta yang papa rasakan sudah terpatri di hati maupun fikiran, nggak akan ada yang bisa mengubahnya meski itu istri papa sendiri,"

May terdiam mendengar perkataan papanya, segitu dalam kah perasaan papanya terhadap mama kandungnya? mama yang melahirkannya? mama yang mencintainya? dan mama yang meninggalkannya meski itu bukan keinganan mamanya. apa yang harus dia katakan sekarang? dia bingung harus bagaimana.

"Papa tau sifat papa kekanakan May, papa tau kalau selama ini kamu kecewa dengan perlakuan papa, dan papa juga tau kalau kamu membenci papa sama mama karena sikap kita yang membedakan kamu sama Zein,"

"Lalu?"Tanya wanita itu sinis tanpa menatap papanya. "papa kira aku nggak 'kan ngebenci papa karena hal itu? dan di tambah karena ini, papa kira aku akan mudah memaafkan? nggak pa. seharusnya papa nggak jaga jarak sama May, seharusnya papa nggak bedain May sama Zein, mungkin kalau papa melakukan hal itu May nggak akan benci sama papa, tapi apa yang papa lakuin itu pengecut tau nggak?!"sambung wanita itu penuh emosi meski nada suaranya rendah tapi siapapun pasti tau kalau wanita itu sedang mati-matian menahan emosi.

"Papa minta maaf."

Wanita itu mendengus mendengar perkataan papanya "Kalau hanya dengan minta maaf masalah selesai maka di dunia ini nggak akan pernah ada algojo, pengacara, polisi dan hakim. nggak akan ada mereka di dunia ini kalau semua masalah bisa di selesaikan hanya dengan maaf."

Pria itu menunduk, air matanya jatuh begitu saja, meski dia sudah tau kalau anaknya akan membencinya karena hal ini tapi rasanya masih saja sakit.

"Apa alasan papa mau mengakui aku kalau aku anak papa?"Tanya May membuat papanya menoleh kearahnya nggak percaya. "bisa saja papa nggak ngakui aku kan? secara mama udah pergi, nggak akan ada yang tau kebenarannya."

"May?!"Seru laki-laki paruh baya itu menatap anaknya kecewa, sedangkan May hanya tersenyum miris "kamu anak papa, kamu anak dari rahim orang yang papa cintai, nggak mungkin papa nggak ngakui kamu!"

Wanita itu lagi-lagi tersenyum sinis mendengar perkataan papanya "Kalau papa aja bisa ngakui aku jadi anak papa, tapi kenapa papa nggak bisa ngakui mama sebagai pacar papa? kalau aja papa ngakui mama sebagai pacar papa, semua ini nggak bakal terjadi!"

Pria paruh baya di samping May terdiam, dia nggak tau harus menjawab apa, nyatanya apa yang di katakan anaknya benar adanya, coba saja dulu dia lebih berani menantang kedua orang tuanya, lebih berani bicara kalau dia sudah punya orang yang di cintai semua ini nggak mungkin terjadi.

"Karena kamu kesalahan papa, papa nggak mungkin membiarkan kamu hidup luntang-luntung di jalanan,"

May tertawa sinis. kesalahan ya? jadi dia hanya sebuah kesalahan? lagi-lagi air matanya kembali turun "Kesalahan? luntang-luntung? sekarang aku cukup tau apa arti aku di mata papa."kata wanita itu sinis tanpa menatap papanya yang bungkam.

Pria paruh baya itu terdiam mendengar perkataan anaknya, dia salah bicara dan anaknya salah menangkap apa yang di maksud, dengan cepat dia kembali bicara saat anaknya ingin melanjutkan ucapannya.

"Bukan begitu,"Sergah laki-laki itu cepat, kepalanya menoleh kearah May menatap anaknya dari samping yang masih enggan menatap wajahnya. "kamu salah faham apa maksud papa tadi,"ada sedikit jeda sebelum pria itu kembali berbicara "kamu sangat berarti di hidup papa May, cukup papa kehilangan mama kamu, papa nggak mungkin ingin kehilangan kamu juga. papa tau selama ini papa kurang menyayangi kamu, membiarkan kamu hidup bebas, tapi papa ngelakuin itu hanya karena rasa bersalah papa yang terlampau besar terhadap mama kamu, papa selalu merasa bersalah saat melihat mata kamu, lihat senyuman kamu dan semua sifat ceroboh kamu, semua itu mengingatkan papa sama mama kandung kamu, papa tau papa terlalu pengecut, maafin papa,"sambung pria itu penuh dengan rasa bersalah.

May menghela nafas dan menunduk, sebenernya dia sama sekali nggak membenci papa atau mamanya, dia hanya kecewa, dia kecewa kenapa mereka menyembunyikan hal sepenting ini? dia kecewa ternyata papa kandungnya adalah orang yang selama ini ia panggil papa.

Wanita itu mendongak menatap gumpalan awan di atasnya dan beralih menatap sang papa yang sedang menunduk, dengan pelan May memeluk tubuh rapuh di sampingnya.

Pria paruh baya itu menegang untuk sejenak merasakan pelukan hangat dari anaknya, ragu-ragu dia membalas pelukan anaknya dan mengelus punggung anaknya sayang. dia gak menyangka dengan hal ini, dia fikir May akan membencinya setelah apa yang dia lakukan, tapi nyatanya anaknya memeluknya dengan lembut.

"May udah maafin papa kok sebelum papa minta maaf."kata wanita itu purau mengeratkan pelukannya.

Pria paruh baya itu mencium puncak kepala anaknya sayang, bibirnya tersungging mendengar perkataan anaknya, dia bahagia, dia sangat bahagia setelah bertahun-tahun lamanya dia sama sekali tidak bisa merasakan bahagia, setelah pernikahannya dengan sang istri yang merenggut semua kebahagiaanya kini ia kembali merasa bahagia, bahagia karena anaknya, orang yang selalu membuat ia bertahan di sisi sang istri meski orang itu tak menyadari seberapa besar arti keberadaanya untuk orang lain.

Kedua tangan peria itu menangkup pipi tirus May membuat May mendongak untuk menatap wajah sang papa "Kamu sudah dewasa ya sayang? sudah punya suami, sudah melayani suami sendiri sampe nggak malu sama bercak merah di leher,"goda pria itu membuat May cepat-cepat melepaskan pelukannya menata rambutnya di leher, menyusupkan rambut panjangnya ke baju yang di jawab kekehan sama sang papa. batin wanita itu menjerit geram akan perbuatan Bagas.

"Papa apaan sih."sungut May lengkap dengan rona merah di kedua pipinya, dan karena hal itu pria tadi semakin terkekeh, beda sama May yang ingin membunuh sang suami.

.

.

Matahari telah menyising ke belahan bumi lainnya di gantikan bulan yang menerangi bumi di bagian timur, lebih tepatnya di bagian Indonesia kota Jakarta, meski begitu suara klakson di jalanan masih saja berbunyi menemani kesunyian seorang yang wanita yang sedang duduk di balkon apartement menatap jalanan dari jarak setinggi itu.

Wanita itu kembali menghela nafas dan mencoba fokus sama apa yang di perintahkan sang bunda tadi siang.

Coba kamu tanyakan pada diri kamu sendiri, dan jangan pernah kamu menyangkalnya, kamu harus mendengarkan baik-baik yang di inginin hati kamu

Suara bundanya kembali terdengar saat otaknya menyangkal semua apa yang di katakan sang hati, kalau dia nggak menyangkalnya maka jawabannya adalah cinta, tapi pertanyaanya, sejak kapan dia cinta sama Bagas? bukankah selama ini setau dia, dia itu benci sama Bagas?.

Setau dia yah? setau dia kan belum tentu itu yang terjadi sebenernya. jadi?? apa dia cinta sama Bagas?? tapi apa yang membuat dia cinta sama Bagas? nggak ada yang spesial di Bagas yang membuat dia cinta sama tuh orang.

Cinta bukan karena ada hal yang spesial di diri orang lain, sejatinya cinta yang tulus tidak memandang hal apapun.

May tecengang mendengar perkataan batinnya, cinta yang tulus tidak memandang apapun, apa itu yang namanya cinta?.

Cinta hadir di hati bukan di fikiran bukan pula di mata, kalau cinta hadir di fikiran itu bukan cinta tapi obsesi, kalau cinta hadir di mata itu hanya sebuah kekaguman, karena cinta yang tulus tumbuh di hati, berkembang biak di hati tanpa di sadari oleh orangnya sendiri sejak kapan dia mulai jatuh cinta.

May kembali tercengang, kali ini logikanya nggak bisa membantah apa yang di katakan oleh hatinya, hati yang paling dalam.

Tangannya menggapai ponsel yang ia letakkan di pangkuan dan mulai menyusuri google, mengetikkan beberapa tulisan di mesin pencari 'bagaimana rasanya jatuh cinta' gokil memang, tapi apa boleh buat, dia hanya ingin memastikan sesuatu, karena hal ini adalah hal yang pertama baginya, meski dia seorang 'playgirl' tapi dia sama sekali belum pernah merasakan apa itu cinta.

Tangannya mengklik salah satu blok teratas dan mulai membacanya dengan serius.

-Jika sobat masih ragu dengan apa yang sobat rasakan coba pejamkan mata sobat dengan perasaan damai maka dengan sendirinya orang itu akan hadir di benak sobat-

May menghela nafas panjang mencoba merileksasikan fikiran dan hatinya supaya tenang lalau memejamkan mata, untuk beberapa saat yang hadir hanya kegelapan namun lama kelamaan saat fikiran dan hatinya benar-benar damai wajah cowok terpampang jelas di matanya.

Mata May terbuka lebar dan kembali membaca tulisan di handphonenya.

-Jika hal di atas tidak berhasil maka sobat silahkan menjawab apa yang Admin tulis. JAWABLAH DENGAN JUJUR-

-Apa yang sobat rasakan saat dia menyentuh tubuh sobat? misal tangan?-

"Deg-degan,"jawab May tanpa sadar belum mengetahui kalau ada orang yang menahan tawa di sebelah kepalanya, laki-laki itu mengulum senyum melihat artikel yang di baca istrinya.

-Apa yang sobat rasakan saat kalian hanya berdua?-

"Nerveus,"jawabnya kembali masih nggak sadar ada orang di sebelahnya, orang yang sedang mebungkuk menatap May dengan geli.

-Apa yang sobat rasakan saat dia tersenyum sama sobat? seyuman yang tampan atau cantik?-

Untuk beberapa saat May terdiam, keningnya berkerutan membaca tulisan itu "Deg-degan, mupeng?"Jawab wanita itu ragu "entahlah."sambungnya yang membuat orang di sampingnya mati-matian menahan tawa, masih membungkuk mensejajarkan kepalanya dengan kepala sang istri.

-Apa yang sobat rasakan saat dia berdekatan sama wanita lain?-

"Sebel, pengen bunuh si cabe."jawaban nyeleneh May membuat Bagas berdiri dan mendengus geli. May masih nggak sadar akan kehadiran cowok itu.

-Apa yang sobat rasakan saat dia memanggil nama sobat dengan sebutan lain, misal, sayang, bee, honey dan yang lainnya?-

May menggigit bibir bawahnya malu, dengan lirih dia menjawab "Seneng."

Bagas menaikkan alisnya mendengar jawaban sang istri, laki-laki itu kembali membungkukkan badanya mensejajarkan kepalanya dengan kepala May membaca artikel yang sama apa yang di baca istrinya, bibirnya tertarik keatas menatap May geli.

-Nah ini point penting nih buat sobat semua. apa sobat benci sama orang itu saat dia membuat sobat marah? saat dia membuat kecewa, saat dia melakukan hal apapun yang menurut sobat nggak perlu? apa sobat benar-benar benci sama dia saat sobat liat dia ajalan sama orang lain? jika jawabannya tidak maka positive sobat merasakan hal yang di sebut CINTA. ok sekian dulu informasinya ya sobat, sampai di informasi lainnya, happy nice day friends-

May terdiam untuk beberapa saat, sedangkan Bagas mewanti-wanti apa yang akan di ucapkan wanitanya.

"Masak gua cinta sama Bagas?"tanya gadis itu lirih lebih tepatnya gumaman untuk dirinya sendiri.

Mendengar perkataan istrinya senyuman di bibir laki-laki itu semakin berkembang dan mencium pipi May membuat wanita terlonjak kaget menoleh kearah Bagas.

"Ba--- Bagas? sejak kapan? ngapain? oh shit!"kata wanita nggak jelas dan cepat-cepat mematikan handphonenya, ia takut Bagas membaca apa yang dia baca meski itu sia-sia karena Bagas sudah membaca apa yang dia baca.

Bagas menegakkan tubuhnya dan berjalan mengitari May berdiri menjulang di hadapan wanita itu dan kembali membungkuk mensejajarkan kepalanya dengan kepala May, menatap mata wanitanya penuh sayang, bibirnya masih tersungging dan hal itu membuat hati May dangdutan nggak jelas.

Tangan Bagas bergerak menyentuh dada May, lebih tepatnya dada di mana letak jantungnya berada dan merasakan debaran jantung yang menggila.

"Deg-degan?"tanya Bagas sensual lengkap dengan senyuman smirk-nya.

Susah payah May menelan ludahnya menatap Bagas cemas. jadi laki-laki itu sudah membaca apa yang tadi dia baca? terus sekarang apa yang harus dia lakukan? oh my god, kenapa dia nggak sadar kalau Bagas sudah pulang?.

"Kamu pengen tau apa yang kamu rasain itu cinta apa bukan?"Tanya Bagas merubah senyumannya, kalau tadi senyuman smirk kini senyuman nakal terpampang jelas di wajah laki-laki itu "aku akan kasih tau caranya."

Tanpa membiarkan May berfikir tentang apa yang baru saja dia ucapkan laki-laki itu sudah melumat bibir wanitanya lembut, namun tak lama dia menyudahi ciumannya, kedua tangannya merangkup wajah sang istri  "Apa kamu deg-degan sayang?"

May terdiam dan menunduk malu yang langsung kembali di balas ciuman Bagas, ciuman yang lebih menuntut, May membuka mulutnya membalas ciuman suaminya merasakan bibir manis sang suami, bibir yang membuatnya kecanduan.

Bagas menarik tubuh istrinya untuk berdiri dan kembali menariknya membuat tubuh May jatuh tepat dalam pelukan laki-laki itu, kini posisi mereka Bagas sedang memangku sang istri dengan bibir yang saling bertautan.

"Engh."erangan tertahan keluar dari bibir begitu saja saat Bagas meremas lembut gundukannya.

"Tell me, do you love me?"Tanya Bagas tanpa melepaskan cumbuannya, dia malah semakin memperdalam cumbuannya, tangannya semakin nekat untuk masuk kedalam baju yang di kenakan istrinya. "honey?"

May mengerang frustasi, gimana bisa di menjawab pertanyaan Bagas kalau laki-laki terus melumat bibirnya? di tambah tangannya semakin aktif.

"Engh,"dia kembali mengerang merasakan tangan Bagas semakin bergerilya di balik baju yang ia kenakan, mengelus punggung wanitanya sensual dan beralih meremas gundukan May yang sialnya gak memakai Bra, sepertinya laki-laki itu tau saat-saat yang pas membuat istrinya mengerang frustasi. dua minggu full mereka melakukan itu membuat Bagas tau di mana letak sensitive istrinya.

"Tell me honey."kata Bagas semakin memeperdalam cumbuannya.

Dengan frutasi dia melepaskan diri dari cumbuan Bagas menarik kedua tangan Bagas yang sudah masuk kedalam baju yang ia kenakan dan menggenggamnya erat.

"Kamu harus jawab dulu pertanyaanku Bagas, baru aku jawab pertanyaanmu tadi."

Bagas tersenyum manis dan kembali mencium bibir wanitanya, hanya menempel nggak lebih karena May langsung membuang muka kearah lain.

"Ok,ok, what do you want ask me?"

May tersenyum manis mendengar perkataan suaminya, ini saatnya dia bertanya tentang apa yang membuatnya penasaran.

"Kamu harus jawab jujur ya? jangan ada yang kamu sembunyiin? janji?"

Bagas mengangguk "Promise."

May menghela nafas dan menatap Bagas serius, kening Bagas mengkerut melihat wajah istrinya yang begitu serius memandang wajahnya.

"Apa yang terjadi sama masa lalu kamu Bagas? lebih tepatnya kenapa kamu cerai sama istri kamu dulu?"

Bagas menatap sitrinya shok, namun itu hanya beberapa detik, dia langsung kembali merubah wajahnya menjadi datar "Karena nggak nyaman,"jawabnya dingin.

May memincingkan matanya menatap Bagas kecewa, apa susahnya hanya tinggal memberitahu apa yang terjadi? lagian dia istrinya, dia berhak tau apa yang di alami suaminya.

May mendesah dan merangkup kedua pipi Bagas, membawa wajah Bagas kearahnya "Bagas. kamu bilang waktu itu kalau kamu cinta sama aku kan? dan kamu juga tadi udah janji kalau kamu akan ngejawab apapun yang aku tanyakan tanpa ada yang di tutupi. so. tell me, what happen in the your past? aku hanya ingin tau, kalau kamu nganggap aku istri yang kamu cintai, seharusnya kamu nggak perlu menutupi hal ini Bagas."

Bagas melengos kearah lain mendengar perkataan istrinya "Itu nggak penting May,"

"Nggak penting? come on Bagas, itu sangat penting untuk kelangsungan pernikahan kita,"Kata May sebal, Bagas menolehkan kepalanya kearah May menatap wanitanya bingung. "Bagas. kalau kamu nggak mau cerita sama aku, buat apa aku jadi istri kamu? buat apa Bagas? buat teman tidur? kalau hanya sebatas itu kamu nggak perlu menikah, cukup kamu datang ke club dan kamu bisa menikmati tubuh seksi di sana. tugas seorang istri itu menemani suaminya saat dia sedih, saat dia suka atau pun saat dia duka, tugas seorang istri menenangkan suaminya, menghibur suaminya, dan menjadi sandaran suaminya, kalau kamu nggak mau berbagi cerita masalalu kamu apalagi masalah yang kamu hadapi? kita nggak akan bersama kalau masih ada rahasia yang tersembunyi Bagas!"

Bagas menundukkan wajahnya mendengar perkataan May yang benar adanya, tapi dia seorang laki-laki, dia nggak mungkin memberatkan orang yang dia cintai, dia menikah sama wanita yang dia pangku itu dengan janji kalau dia nggak akan memberatkan fikiran istrinya, dalam artian dia nggak mau membuat sitrinya pusing, cukup dia yang pusing dan setress jangan istrinya, jangan anaknya, jangan orang yang di cintainya.

"Bagas.... trust me. kamu hanya perlu percaya sama aku dan semuanya akan mudah selesai,"Kata May meletakkan kedua tangannya di pipi Bagas dan mengelusnya lembut "trust me honey."

Bagas mendesah mendengar perkataan sang istri, dan lebih lagi wanitanya memanggilnya dengan sebutan 'honey' sebutan yang nggak biasa keluar dari bibir wanitanya, May masih mengelus pipi Bagas lembut "Trust me."bisiknya lembut

Mata peria itu terpejam mencoba berfikir lebih realistis, dan kembali mendongak menatap wajah istrinya sayu, Bagas menarik nafas dalam mencoba lebih rileks.

"Dulu aku cerai sama dia karena dia selingkuh sama mantannya,"Kata Bagas memberi jeda sedikit panjang, May hanya diam seolah dia sudah menebak hal itu "dulu aku nggak sekaya sekarang May, dulu aku hanya orang biasa, namun setelah aku cerai sama dia aku berusaha keras untuk mendirikan usaha sendiri."

"Kenapa?"tanya May masih mengelus pipi Bagas lembut.

Bagas tersenyum kecut mendengar perkataan istirnya, matanya menatap depan menerawang, mengingat masalalu "Dulu dia ninggalin aku karena selingkuhannya jauh lebih kaya,"Kata Bagas memberi jeda, laki-laki itu menghela nafas panjang "aku kerja mati-matian agar nanti, kalau aku punya istri dia nggak akan ninggalin aku demi laki-laki lain yang lebih kaya."sambungnya menatap May tepat di manik mata, menatap wanitanya sendu.

May terhenyak mendengar perkataan Bagas "Tapi Bagas... nggak semua cewek kayak dia, kalau dia ninggalin kamu karena ada cowok yang lebih kaya itu karena dia nggak cinta sama kamu, yang dia cintai hanya harta kamu, meskipun dulu dia nggak kenal sama cowok yang lebih kaya kalian pasti berpisah, karena dia hanya mencintai harta kamu, mencintai barang yang nggak abadi,"Kata May selembut mungkin berusaha nggak menyinggung ego laki-laki suaminya "jadi ini alasannya kamu selalu memforsir tubuh kamu buat bekerja?"sambungnya menatap Bagas lembut. Bagas hanya diam dan menghela nafas "kamu nggak perlu ngelakuin itu lagi, karena aku, aku akan selalu ada di sini sama kamu, meski nanti kamu bangkrut sekalipun aku akan selalu ada di sisi kamu."

Bagas tersenyum mendengar perkataan Istrinya dan memeluk tubuh istrinya lembut, menghantarkan rasa nyaman, hangat dan bahagia secara bersamaan. dia nggak habis fikir ternyata di balik sifat kekanakan istrinya dia dewasa dengan caranya sendiri, dia juga nggak habis fikir kalau istrinya sangat cerdas, bahkan dia kalah cerdasnya.

"Jadi kamu baru aja bilang kalau kamu cinta sama aku?"

May hanya diam mendengar perkataan Bagas, wanita itu nggak tau harus menjawab apa tapi pipinya yang merona di tambah pelukannya semakin erat membuat Bagas yakin kalau tadi istrinya baru saja mengatakan itu meski dia nggak bicara secara langsung.

.

.

.

Hari berganti sangat cepat nggak terasa sudah dua minggu mereka -May dan Bagas- berbaikan, nggak ada yang aneh dengan hal itu hanya May yang akhir-akhir berubah aneh, wanita itu sekarang sangat manja dan malas melakukan apapun, di tambah wanita itu yang sering muntah setiap kali mencium bau yang menurutnya nggak enak, sama seperti hari ini.

Bagas dan Ita menggaruk tengkuk masing-masing melihat sikap May yang sekarang, wanita itu sedang di kamar mandi dapur menumpahkan semua isi dalam perutnya, padahal Bagas berani bertaruh kalau istrinya sama sekali belum memakan apapun sejak kemaren, tapi entah kenapa May terus menerus mengeluarkan cairan bening dari mulutnya.

"Kamu udah nelfon omakan sayang?"tanya Bagas menatap putrinya yang di jawab anggukan dari Ita meski raut cemas masih terpampang jelas di wajah imutnya.

"Kenapa nggak manggil dokter pah?"tanya Ita menatap papanya bingung, dia nggak habis fikir kenapa dia di suruh manggil omanya? kenapa nggak dokter?.

Bagas menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan putrinya "Mamamu bisa ngamuk kalau papa panggil dokter."kata peria itu sedikit frustasi dengan tingkah istrinya yang ini, jangankan manggil dokter untuk dating, orang nelfon aja istrinya sudah marah-marah nggak jelas.

"Hmmm.... kenapa mama aneh?"pertanyaan polos Ita yang gak bisa di jawab oleh peria itu. dia sendiri juga bingung, bukannya dia nggak berusaha mencari tau apa yang terjadi sama istrinya tapi ya kenyataan istrinya yang sering ngambek setiap kali dia tanya 'kamu kenapa?'.

"May kenapa Bagas? kamu udah manggil dokter? dia di mana sekarang?"tanya mamanya Bagas beruntun.

Bagas menghela nafas sebal mendengar pertanyaan beruntun dari sang mama, sedangkan Andre yang berdiri di belakang mamanya hanya mendengus geli, bahkan laki-laki itu masih membawa jas kebangsaanya. dokter.

"Satu-satu mah, Bagas bingung jawabnya,"Kata laki-laki itu gemes. "Bagas nggak tau May kenapa, dia nggak mau di panggilin dokter, dan dia ada di dalam kamar mandi sekarang,"Sambung Bagas.

Tepat setelah Bagas berbicara pintu kamar mandi terbuka menampilkan wajah kuyu May yang sedang mengusap bibirnya.

"Say--"

"Aku mau mangga muda"kata May lirih memotong perkataan Bagas yang ingin menanyakan keadaan wanitanya.

"Mangga muda?"Tanya Bagas heran dan melirik jam tangannya lalu kembali menatap wanitanya yang sedang memanyunkan bibir "ini udah malam sayang, udah jam 8, siapa yang jual mangga muda di jam segini? dan ini belum musimnya, di super market belum jual,"

May semakin memajukan bibirnya dan menghentakkan kaki "Nggak mau, aku maunya mangga muda, pokoknya mangga muda, nggak ada mangga muda kamu nggak boleh tidur di ranjang."kata wanita itu yang membuat orang di sana menatap May aneh. pasalnya sejak kapan May berubah menjadi pemaksa dan manja kayak gitu?.

Bagas menghela nafas lelah, entah kenapa akhir-akhir ini istrinya suka minta yang aneh-aneh. kemaren rambutan, kedondong dan sekarang? mangga muda? besok apa lagi?.

"May?!"panggilan Andre membuat May menolehkan kepalanya kearah Andre, seketika senyumnya mereka dan berlari kearah sahabatnya, memeluk erat tubuh Andre yang di balas kekehan sama Andre, beda sama Bagas yang mencebikkan bibirnya. apa-apaan istirnya ini? dia saja nggak pernah di peluk kalau nggak minta.

"Andre bilangin dong sama abang loe, gua ingin mangga muda."katanya merajuk menarik-narik jas dokter yang di kenakan sahabatnya.

Andre menaikkan alisnya melihat sifat sahabatnya yang berubah drastis. sejak kapan dia suka merajuk kayak gini? matanya beralih menatap Bagas yang sedang mendengus, laki-laki itu terkekeh dan melepaskan pelukan May membuat wanita itu menatapnya bingung.

"Jangan peluk kelamaan nanti ada yang marah."kata Andre menyentil hidung sahabatnya gemes, May menolehkan kepalanya kearah Bagas yang sedang membuang muka dan kembali menoleh kearah Andre tak memperduliin mertuanya yang sedang menahan galak tawa.

"Biarin. gua mau mangga muda, kalau nggak ada mangga muda, gua ikut loe aja."katanya nyeleneh.

Bagas menghela nafas dan mendengus sebal. "Yaudah aku cariin mangga muda."katanya jutek dan berjalan keluar dapur gak memeperduliin May yang melonjak kegirangan, seperti anak kecil yang mendapatkan barang kesukaanya.

Andre, mamanya -Tante Ningsih- dan Ita bahkan sampai bingung melihat sikap May yang tiba-tiba childish. gak memperdulikan orang yang ada di sana May berjalan riang kearah kamar menyusul suaminya yang sedang terbakar api cemburu.

Andre mendekati mamanya namun matanya masih menatap pergerakan May "Ma, apa May hamil?"tanya Andre tanpa melirik sang mama.

Tante Ningsih menatap Andre dengan kening mengkerut namun tak lama dia bersorak kencang membuat Ita dan Andre telonjak kaget.

"Kamu bener Ndre, jangan-jangan dia hamil. ahhhh pintar juga kamu."kata tante Ningsih mencubit pipi anaknya gemes. sedangkan Andre pasrah saja mendapati perlakuan abnormal dari mamanya, sedangkan Ita malah kebingungan mendengar kata 'hamil' keluar dari mulut neneknya.

"Hamil itu apa?"tanyanya polos.

Tante Ningsih melepaskan cubitannya dan beralih menatap Ita yang masih berdiri di depan pintu WC, wanita paruh baya itu tersenyum senang menjawab pertanyaan cucunya.

"Kamu akan dapat adek sayang"ujarnya girang.

Ita mengerutkan keningnya berfikir apa maksud omanya namun tak lama dia ikut berseru senang. Andre sebagai orang waras di sana hanya mendengus dan duduk di kursi menatap kedua orang di depannya geli.

Berbeda ruangan berbeda suasana. Bagas sedang duduk di tepi ranjang, bayangan istrinya yang sedang memeluk Andre erat kembali terputar, dengan kasar pria itu meraup wajahnya.

"Sayang,"sapa May ikut duduk di sebelah suaminya dan memeluk erat lengan suaminya gak memperdulikan lirikan sinis Bagas. "beliinnya yang banyak yah? 10 kilo kalo perlu, dan kalo bisa mangganya yang masih seger, yang baru di petik, ok sayang?"pintu May beruntun.

Bagas mendesah dan mengangguk, mau nggak mau di tersenyum tipis melihat sifat istrinya yang antusias.

"Ok."jawabnya dengan senyuman manis.

May ikut tersenyum dan mencium bibir bagas, Bagas mendengus geli melihat sifat agresif istrinya yang baru muncul 3 harian ini, lebih tepatnya saat istrinya mulai bersikap aneh.

"Yaudah aku cariin dulu ya, kamu di sini temenin Mama ya sayang?"kata Bagas mengelus puncak kepala istrinya yang di jawab anggukan faham.

Bagas berdiri dari duduknya mengambil kunci mobil yang ia letakkan di nakas dan keluar dari kamar serta May yang mengglendot manja di lengan suaminya sampai pintu apartement.

"Dadah, hati-hati ya."kata May pada suaminya sebelum membuka pintu apartement.

Bagas mengangguk dan mencium kening May sayang, semua gerak-gerik mereka tak luput dari pengamatan 3 orang di dapur.

Andre tersenyum lega, akhirnya sahabatnya itu tau juga kalau dia udah cinta sama kakaknya.

Tante Ningsih langsung berjalan kearah May setelah wanita itu menutup pintu apartement dan menarik lengan wanita itu membawanya ke wc dapur, tak menggubris wajah kebingungan dari mantunya.

"Sayang, kamu pipis dulu di wadah ini terus kalo udah ini di masuk in ke wadah tunggu 5 menit, mama tunggu di luar."kata tante Ningsih menyodorkan wadah plastik serta testpack kearah May.

"loh ma ini ap---"perkataan wanita itu terpotong saat pintu kamar WC tertutup. wanita itu mendengus dan mau tak mau ia melakukan hal itu.

Tante Ningsih keluar dari kamar mandi dengan wajah berseri-seri, Andre menggeleng melihat sifat mamanya, padahal hasilnya belum tentu positive tapi mamanya sudah sebahagia itu, apalagi kalau benar-benar positive? buat tumpeng tujuh hari tujuh malam mungkin.

Pria itu membuka grup wechat sahabatnya dan mengetikkan beberapa pesan sebelum ia mengiriminya.

'MAY HAMIL COY!!'

Dia memang keliatan waras di luar, tapi nggak ada yang tau kalau dia sedikit gila di dalam. memang benar apa kata May 'gila itu menular'

Tak lama balasan dari semua sahabat-sahabatnya muncul.

'Serius?'-Dewi k.

'Sumpah demi apa loe Ndre?'-Intan P.

'Mie apa?'-Prita W.

'Gila!! tok cer juga tuh Bagas'-Bayu H.

Dan berbagai balasan ngawur di ketikkan Andre untuk menambah suasana seru di grup mereka.

"Mah kok garisnya dua? ini apa?"tanya May polos menghentikan aksi Andre yang ingin membalas chattingan para sahabatnya.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top