My Boss 21- mama's the secret

"Ba--- Ba--- Bagas??"

"Apa yang mau loe lakuin sama istri gua Tan?"tanya Bagas dingin.

Mataku mengerjap beberapa kali untuk meyakinkan diriku sendiri kalau orang yang sedang membungkuk menahan tangan Tanti itu Bagas, orang yang seharusnya ada di kantor.

JEDUK

Rasa pening langsung menyergap kepalaku saat Tanti melepaskan jambakannya di rambutku membuat kepalaku langsung membentur lantai apartement.

"May"pekikan seseorang terdengar sebelum warna hitam mengmbil alih retinaku.

AUTHOR POV.

Pekikan Bagas keluar begitu saja saat matanya melihat kepala sang Istri menghantam lantai apartement, tak memperdulikan genggaman tangannya yang mengendur dan hal itu membuat Tanti melarikan diri.

Bagas tak memperindah dengan kelakuan Tanti yang melarikan diri, yang ada di fikiranya saat ini menyalamatkan gadis itu, menyalamatkan istrinya.

Dengan cepat Bagas membopong tubuh May membawa tubuh gadis itu kedalam kamar mereka dan menelfone dokter pribadi yang selalu menangani keluarganya saat sakit.

"Halo dokter Firman, bisa anda datang ke apartement saya saat ini juga?"tanya Bagas begitu sambungan telfonennya tersambung tanpa membiarkan orang yang di telfone mengucapkan salam atau halo terlebih dahulu.

"Bisa, saya akan kesana"jawab orang yang di panggil dokter Firman singkat dan mematikan sambungannya.

Bagas mendesah lega, seenggak Dokter kebangaan keluarganya bisa datang saat ini juga meski harus menunggu berpuluh-puluh menit.

Laki-laki itu berjalan kearah meja rias istrinya mengambil minyak telon lalu kembali berjalan kearah May mengusap-ngusapkan minyak telon di hidung berharap gadis itu segera sadar dari pinsannya.

Entah sudah berapa kali Bagas menghela nafas berat, ingatanya berputar saat laki-laki itu kembali pulang karena handphonenya ketinggalan, entah apa yang terjadi saat ini kalau dia tidak pulang, bisa jadi dia kehilangan istrinya yang baru sah kemaren.

Kepalanya menggeleng mencoba mengenyahkan fikiran buruk tadi, kalau kalian tanya dia shok apa tidak, jawabannya tentu peria itu shok, bagaimana tidak? orang yang di percayai tega melakukan hal ini kepada orang yang dia cintai, dan lebih yang membuatnya shok semua perkataan Tanti. dia nggak percaya dan nggak menyangka kalau Tanti bisa berbicara seperti itu, wanita itu jauh beda dari apa yang dia ketahui selama ini, entah dia yang nggak peka sama sekeliling atau Tanti yang terlalu sempurna memerankan perannya sebagai wanita manis dan baik? entah, nggak ada yang tau akan hal itu.

Neng nong  neng nong.

Suara bel menyadarkan Bagas dari lamunannya, peria itu dengan cepat berdiri dari duduknya di tepi ranjang  berjalan keluar kearah pintu apartement dan membukanya, memperlihatkan dokter sebaya almh. papanya sedang tersenyum kebapak-an.

"Silahkan masuk dok"kata Bagas sopan.

Peria paruh baya itu masuk kedalam apartement yang langsung di bimbing Bagas menuju kamarnya di mana May sedang tertidur pulas, entah tidur entah pinsan.

Dengan cekatakan laki-laki paruh baya itu memeriksa May, memastikan keadaan istri anak dari sahabatnya telaten, setelah semua yang dia rasa cukup laki-laki paruh baya itu menyudahi pemeriksaannya lalu menoleh kearah Bagas, menatap wajah peria itu dengan senyuman lembut.

"Nggak ada yang serius sama istri kamu Gas, dia baik-baik saja, hanya saja dia merasa shok"kata dokter Itu yang mempu membuat Bagas menghela nafas setelah tadi ia sempet menahan nafasnya saat dokter Firman mengcek keadaan istrinya.

"Makasih dok"kata Bagas yang di jawab anggukan singkat oleh dokter Firman.

"Kalau begitu saya pergi dulu Gas, jaga istri kamu dengan baik"kata dokter Firman yang di jawab anggukan mantab sama Bagas. yah dia akan menjaga istrinya dengan baik, dia nggak perduli sama Tanti atau kekasih istrinya, yang terpenting, gadis itu sudah sah menjadi istrinya, dan dia nggak akan ngelepasin gadis itu dengan mudah, meski gadis itu sendiri yang meminta.

Setelah mengantar doter Firman sampai pintu apartement Bagas kembali duduk di tepi ranjang, di sebelah May, menggenggam jari gadis itu yang terasa pas di di sela jari-jarinya.

Tasa bersalah menggrayaki hatinya, coba saja dia percaya dengan semua perkataan Andre kemaren waktu di kantor setelah perkelahian hebat mereka, coba saja dia lebih membuka mata tentang apa yang terjadi, coba saja dia ngak gampang di pengaruhi dengan perkataan si ular Tanti, coba saja, coba saja dan coba saja, tapi sayangnya sekarang dia nggak bisa berbuat apa-apa, meski dia terus menyalahkan dirinya sendiri semua masalah nggak akan selesai.

Lagi dan lagi Bagas menghela nafas kasar. dilepaskannya genggaman tangan May dan meraup wajahnya kasar. orang bilang dia genius, orang bilang dia hebat, orang bilang dia keren, tapi apa? sekarang dia malah merasa sebaliknya. dia sekarang tak ubahnya dengan peria bodoh di dunia ini.

"Ba---- Bagas?"panggilan dengan suara yang lemah membuyarkan semua kemelut di benak laki-laki itu.

Spontan Bagas menatap May dengan perasaan haru, dia sangat lega melihat istrinya siuman, gadis itu nggak tau seberapa khawatirnya Bagas melihat dia jatuh pinsan.

Ingin sekali laki-laki ini memeluk tubuh gadis itu, namun dia sadar, apa yang terjadi pada May saat ini adalah kesalahannya, kesalahannya yang entah keberapa, bahkan laki-laki itu nggak bisa menghitung jumlah kesalahan dirinya sendiri untuk istrinya.

Di gapainya gelas di nakas berisi air putih yang tadi dia isi sebelum berangkat kerja dan meminumkannya dengan hati-hati.

Meski bingung gadis itu menuruti keinginan Bagas, meminum air itu hingga setengah.

"Maafin aku ya May"kata Bagas setelah menghela nafas berat, dia bukannya nggak suka untuk minta maaf, hanya saja dia takut, dia takut kalau gadis di hadapannya semakin membencinya, dia takut gadis di depannya semakin menjauh hingga tak terjangkau oleh tangannya.

May mengerutkan keningnya mendengar perkataan Bagas, dia mencoba menggali ingatannya apa yang membuat Bagas sampai meminta maaf, namun sejauh ia berfikir ia nggak menemukan perbuatan Bagas yang membuat laki-laki itu untuk meminta maaf. apa laki-laki itu minta maaf karena dia hampir saja di celakai orang gila itu? oh ayolah, semua orang juga tau kalau itu bukan kesalahan Bagas, walau bagaimana pun gadis itu tau Bagas hanya laki-laki dengan kepekaan di batas minimal, Bagas hanya korban.

"Nggak ada yang perlu di maafin"kata May lemas.

Bagas menghela nafas kecewa, yah dia tau kalau gadis itu nggak akan mudah memaafkannya, secara Tanti hampir merenggut nyawanya, tapi tetap saja hatinya sakit mendengar perkataan gadis itu.

"Ini kan bukan salah loe Gas, gua tau kok loe pasti kaget liat adek loe yang nggak seperti apa yang loe tau"sambung gadis itu menekan kata Adek dengan sinis.

Bagas menolehkan kepalanya menatap May dengan bingung, mencoba mencerna apa yang di maksud gadis itu tadi, dan tak lama senyuman manis nan lembut tersungging di bibirnya, senyuman yang sudah lama menghilang seiring dengan perceraiannya sama mantan istrinya dulu kini kembali hadir, hadir karena gadis ceroboh yang selalu membuatnya istighfar dalam hati, gadis yang selalu menggerutu setiap kali dia memberi perintah, gadis dengan semua sifat ajaibnya, gadis yang sudah berhasil menghambil hatinya meski dia sudah menutup pintu hatinya rapat-rapat, tapi gadis itu sanggup mendobrak dengan sifatnya yang sering kali membuat dia naik darah.

May menaikkan alisnya menatap Bagas bingung, bukannya tadi wajah Bagas murung tapi kenapa sekarang malah terlihat bahagia? perasaan tadi hanya kepalanya yang membentur lantai, terus kenapa Bagas----??

Kepala gadis itu menggeleng heran, dia heran dengan sifat Bagas yang menurutnya aneh.

"May"panggil Bagas serius.

May menaikkan alisnya, lagi-lagi dia kebingungan dengan mimik Bagas, kenapa mimik laki-laki itu bisa berubah setiap menitnya? apa dia bunglon?

Bagas menghela nafas mencoba menenangkan detak jantungnya yang menggila "aku cinta sama kamu"

Mata gadis itu membelo nggak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, apa Bagas baru saja menembaknya? apa dia nggak salah dengar?

Mulut gadis itu terkatup rapat menatap Bagas nggak percaya, tapi entah kenapa jantungnya berdetak cepat dan pipinya merona tanpa di ketahui sang empu tubuh.

Bagas memincingkan matanya melihat rona merah di kedua pipi gadis itu, laki-laki itu terkekeuh, kalau pipi gadis itu merona berarti dia punya perasaan yang sama, hanya saja gadis itu nggak mau mengakuinya, dan tugas Bagas sekarang harus membuat May mengakui dengan apa yang dia rasakan.

"l--- loe--- loe kenapa Gas? ada yang lucu?"tanya May gugup.

Bagas tersenyum mesum mendengar perkataan May, sedangkan gadis itu sendiri mulai waspada dengan apa yang ada di otak pria itu.

Tanpa babibu Bagas mencium bibir gadis itu membuat mata May kembali membelo, meski begitu dia nggak melawan, dia malah sibuk menenangkan hatinya yang berdentum kencang, dentuman yang tak membuatnya sesak, dentuman yang membuat pikirannya nge blank.

Bagas terus melumat bibir atas May menunggu sang empu membalas ciumannya dengan sabar. perlahan tapi pasti Bagas merasakan May membalas ciumannya, mereka terus berciuman di atas ranjang dengan posisi Bagas menindih gadis itu, dengan pelan Bagas menggigit bibir May membuat bibir itu membuka menyuruhnya untuk mengeksplor lidahnya masuk kedalam rongga, menyecap setiap rasa di sana.

Ciuman mereka terus berlanjut tanpa berhenti, meski keduanya merasa sesak, tapi tak membuat Bagas menghentikan aksinya, mau nggak mau May mengambil Nafas di sela ciuman mereka, yang awalnya hanya ciuman biasa kini berubah menjadi ciuman penuh nafsu, tangan Bagas sudah bermain di kedua gundukan May meremasnya pelan membuat May mengeluh tanpa sadar di sela-sela ciuman mereka.

Mendengar lenguhan seksi keluar dari bibir gadis itu apalagi May yang tak mendorong tubuhnya untuk menjauh seperti malam itu Bagas lebih berani dengan aksinya, bibir peria itu turun menyecap dagu May sekilas dan kembali turun menghirup parfum yang di kenakan gadis itu, parfume yang terasa sangat manis di indra penciuman Bagas, tak mau menyia-nyiakan waktu lebih lama Bagas bermain di sana, menyecap dan menggigit yang membuat gadis itu lagi-lagi mengeluh kenikmatan.

tanpa di ketahui May kedua tangan Bagas membuka kancing baju yang di kenakan gadis itu dan melepasnya lembut yang lagi-lagi tak di ketahui May kalau dia kini tak memaiaki baju, hanya hot pants dan bra yang melekat di tubuhnya saat ini.

Kedua tangan peria itu tak mau tinggal diam, kedua tangan nakal itu terus melepaskan apapun yang melekat di tubuh gadis itu sampai gadis itu benar-benar telanjang bulat, bahkan gadis itu baru menyadari kalau kini ia tak memakai sehelai benangpun saat kedua tangan Bagas bermain di tubuhnya, tentu gadis itu terpekik kaget sampai mendorong tubuh Bagas yang masih mengenakan pakaiannya lengkap.

Bagas menatap May harap-harap cemas, yah dia cemas kalau saja gadis di bawahnya ini nggak mau melanjutkan aksi mereka bisa di pastikan kalau laki-laki ini akan tersiksa.

"Please"pinta Bagas dengan suara purau.

May mengigit bibir bawahnyanya bimbang, dia bingung sekarang, satu sisi ingin menolak sedangkan satu sisi lain dia ingat sama apa yang di janjikan pada tuhan, kalau dia akan mengabulkan semua permintaan seseorang yang menyalamatkan nyawanya, dan orang itu adalah Bagas, suaminya, tapi... dia takut.

Matanya terpejam untuk berfikir jernih, jalan apa yang harus ia pilih, membiarkan Bagas menatapnya dengan frustasi, karena sang junior ingin di lepaskan dari kandang. mata gadis itu kembali terbuka dan mengangguk. yah dia memilih melanjutkannya, walau bagaimanapun dia sudah berjanji pada tuhan akan mengabulkan semua permintaan sang hero, tapi terlepas dari itu Bagas adalah suaminya, suami sahnya yang pasntas mendapatkan ini.

Bagas tersenyum lega dan berniat kembali melanjutkan aksinya tapi kedua tangan May menahan pundak Bagas membuat Bagas memincingkan mata nggak tau apa yang di maui gadis di bawahnya.

"Telfon orang kantor dulu, takutnya ada meeting atau apa"

Bagas menepuk jidadnya sedikit keras. hampir saja, hampir saja dia melepaskan proyek yang dia incar selama ini, proyek pembangunan di papua, peria itu menghela nafas kasar dan mengambil handphone di nakas tanpa merubah posisinya. May berdecak kesal dengan sifat otoriter Bagas.

"Halo Rick, gua libur dua minggu, dan selama itu pula loe yang gantiin gua. makasih"kata Bagas begitu saja setelah sambungan terhubung dan mematikannya tanpa menunggu keprotesan sang lawan telepon yang bisa di pastikan sedang mengabsen semua hewan di kebun binatang.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi Bagas langsung menyerbu bibir gadis itu penuh nafsu namun dengan ritme yang lembut, tak memperdulikan handphone barunya tergeletak di lantai, dan itu artinya peria itu harus kembali membeli handpone baru.

Desahan demi desahan keluar begitu saja dari bibir gadis di bawah Bagas, mereka terus bergemelut dengan rasa ingin memiliki yang begitu dalam.

Teriakan keras keluar dari bibir May saat Bagas memasukinya, meski laki-laki itu melakukannya dengan lembut tapi rasa sakit yang begitu besar tak bisa di kompromi lagi untuk tidak mengeluarkan jeritan.

Setelah memastikan May siap untuk dia ajak 'gulat' laki-laki itu kembali mencium bibir gadis ah salah, bukan gadis tapi wanita, wanitanya menghantarkan rasa nikmat sampai ke lantai 7.

.

.

.

Sudah seminggu sejak kejadian tak terduga itu dan sudah seminggu pula Bagas selalau berada di sisi wanitanya, kejadian yang menyatukan dua tubuh, kejadian yang melihatkan siapa Tanti sebenernya, dan kejadian yang membuat May menghela nafas banyak-banyak, karena Bagas selalu melakukan 'itu' saat mereka berdua, nggak perduli mereka sedang di mobil perjalanan pulang, nggak perduli mereka sedang ada di dapur, sofa atau bahkan kamar mandi, dan selama itu pula Tanti belum menampakan wujudnya, wanita itu seolah di telan bumi.

May terbangun dengan badan yang rasanya mau rontok, dengan hati-hati wanita itu menyingkirkan tangan Bagas di pinggangnya, melilitkan selimut di tubuhnya dan berjalan kearah kamar mandi, sebenernya dia ingin protes menyudahi permintaan Bagas namun ingatannya yang selalu mengingatkan dirinya tentang janji waktu itu membuat dia kembali bungkam.

Di lepaskannya selimut yang melilit tubuh dan menatap bayangan wanita di hadapannya, wanita yang penuh dengan tanda kemerahan di setiap lekuk di tubuhnya, May menggeram sebal dengan tingkah Bagas yang sekenannya, tapi untungnya hari ini Bagas sudah berangkat kerja, kalau laki-laki itu masih ada di rumah bisa di pastikan laki-laki itu akan memintanya lagi dan lagi sampai Ita pulang sekolah, bahkan rasanya dia hampir pinsan karena nafsu suaminya yang nggak bisa di bilang remeh.

Dengan malas wanita itu memutar gagang shower kearah air hangat dan berdiri di bawahnya menikmati setiap tetesan air shower mengenai kepalanya dan berakhir di lantai.

.

.

Dengan telaten May meletakkan roti bakar di meja makan tak lupa selai yang baru ia keluarkan dari kulkas dan menaruhnya di meja, nggak ada waktu buat masak kali ini, karena wanita terlampau capek, jadi mau nggak mau orang yang tinggal satu atap dengannya harus puas untuk makan dengan roti bakar.

Kepala wanita itu menoleh kearah jam dinding di dapur dan melangkahkan kakiknya kearah kamar Ita, memutar knop pintu 90 drajat dan melangkah masuk tanpa menutupnya, bibirnya tersungging keatas menatap anak kecil yang masih bergelut di bawah selimut.

"Ita sayang, ayo bangun, udah jam setengah tujuh"kata May lembut mengusap rambut anaknya sayang, Ita hanya bergumam tapi tak kunjung membuka mata "sayang, nanti kamu telat loh, ayo bangun, nggak mau di skors sama guru di sekolahkan?"sambung May mencubit pipi Ita yang lumayan tembem, anak itu hanya bergumam malas dan semakin merapatkan selimutnya.

Kepala May menggeleng heran, nggak ada cara lain untuk membangunkan anaknya selain cara terakhir, dengan sayang dia menggendong tubuh Ita membawa tubuh anak itu masuk kedalam kamar mandi, menyalakan shower di bathub dan kembali keluar, menata seragam yang akan di kenakan Ita menaruhnya di ranjang dan kembali kedalam kamar mandi serta membawa handuk ping bergambar princess kesukaan anaknya, menunggu sampai air yang keluar dari shower memenuhi bathub.

Setelah penuh wanita itu menuangkan wewangian rasa buble gum, di dudukannya Ita di pinggiran bathub melepaskan pakaian tidur anak itu yang masih menutup matanya tanpa merasa terganggu sama sekali dengan tindakan mamanya, setelah semua kain yang di pakai Ita terlepas dengan hati-hati May meletakkan Ita kedalam bathub membuat mata Ita mau nggak mau terbuka, karena air dingin di bathub.

May tersenyum melihat wajah ngantuk anaknya, di ciumnya kening Ita sayang dan melenggang pergi membiarkan Ita mandi dengan mata yang masih sedikit tertutup.

Matanya menoleh kearah kamar di depan kamar Ita yang masih tertutup rapat, alisnya naik satu dan mendengus sebal, tapi kakinya masih melangkah kearah kamar memutar knop pintu membukanya sedikit lebar dan mendesis.

Langkahnya berjalan kearah pria di balik selimut dan mencubit pipi peria itu sedikit keras, Bagas hanya mengeluh merasa terganggu dengan tindakan istrinya tapi tak kunjung membuka mata.

"Bagas bangun, kamu hari ini kerja"kata May mengguncang tubuh Bagas keras membuat Bagas mau nggak mau harus membuka matanya dan menatap sang istri dengan wajah mengantuk. "bangun. kerja. kalau hari ini kamu masih libur nanti kak Erick marah. ayo bangun. bapak CEO yang bodoh. wake up. come on Gas, wake up"sambungnya menyibakkan selimut yang menutupi tubuh polos suaminya. wajahnya merona dan dengan cepat mengalihkan kepalanya kearah lain. sial!! pagi-pagi sudah di suguhi hal yang senonoh.

Kepalanya kembali menatap Bagas yang masih menutup matanya tak memperdulikan perkataan beruntun dari sang istri, di tariknya tangan Bagas susah payah menyuruh Bagas untuk bangkit dari tidurnya dan mendorong tubuh Bagas kearah kamar mandi.

Entah kenapa dia bisa mendapatkan keluarga yang kayak gini, May mendesah lega, urusannya dengan dua manusia itu telah selesai, hanya tinggal menungu kedua orang tadi selesai mandi dan berpakaian rapi dengan pakaian yang sudah ia siapkan.

May menepuk jidadnya gemes dan kembali berjalan kearah kamar mengambil setelan kerja Bagas dan menaruhnya di ranjang lalu kembali keluar kamar, menyalakan TV datar sembari menunggu mereka.

.

.

Hari ini May akan datang berkunjung ke rumah orang tuanya dia kangen sang Bunda, dengan semangat yang begitu menggebu-gebu wanita itu keluar dari apartement, masuk ke Taxi yang sudah ia pesan sebelumnya.

Satu jam lebih ia duduk di taxi untuk sampai ke rumah orang taunya, jarak yang seharusnya di tempuh 30 menitan kini berubah karena mancet yang belum juga usai.

Wanita itu keluar dari Taxi setelah membayar argo dan masuk kedalam pekarangan rumah, matanya melihat kekanan dan kiri, nggak ada yang berubah, hanya saja bunga di yang di tanam bunda terlihat semakin banyak.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum"seru May dan kembali mengetuk pintu coklat di hadapannya yang kekunci dari dalam sampai seseorang membukakan pintunya.

"Kok loe? nggak bunda?"tanya May kebingungan melihat adiknya yang membuka pintu.

Zein menghela nafas sebal melihat kakaknya ah salah bukan kakaknya yang membuatnya sebal tapi tanda kemerahan di leher wanita itu yang membuatnya sebal.

"Gua tau loe baru nikah, tapi bisa kali tuh leher di tutup"kata Zein sinis tak memperdulikan perkataan kakaknya.

Dengan cepat May menutupi lehernya dengan rambutnya yang terurai. aih!! kenapa dia bisa lupa sama hal ini? pantas saja tadi pak supir menatap dia dengan senyuman geli, dasar ceroboh!!

"Dan untuk bunda, dia lagi sakit, emangnya loe nggak tau?"sambung Zein menatap May heran.

May mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepala "bunda sakit? dia di mana sekarang?"

"Di rumahnya lah, masak di sini"

May mendengus mendengar perkataan jutek Zein, tak mau mendengar perkataan jutek lainnya May membalikkan tubuhnya berniat menjauh sebelum suara Zein kembali terdengar mengintrupsi kakinya yang ingin melangkah.

"Loe nggak masuk dulu?"

May mengerutkan keningnya berfikir, apa dia harus masuk dulu? tapi emangnya mama sama papanya ada di rumah?.

"Di dalam ada siapa saja?"

"Cuman ada gua, Zien sama si Kembar"

Kepala May mengangguk "nggak deh, kapan-kapan aja, pergi dulu ya, salam juga buat mama sama papa"kata May dengan senyuman manis yang di jawab anggukan oleh Zein dan melenggang pergi membiarkan Zein menatap punggungnya dengan terluka dan mendesah. mungkin ini sudah waktunya buat dia move on, dan mungkin juga dia sama kakaknya itu nggak jodoh, dengan lamban dia menutup pintunya, sama seperti dia menutup pintu hatinya untuk kakaknya, cinta pertamanya.

May berjalan kearah rumah bundanya yang tak jauh dari rumah mama sama papanya, hanya berbeda gang, langkahnya berbelok kearah gang kecil dan menusuri gang itu yang sepi di tengah teriknya mentari, senyuman manis nampak di bibir wanita itu dan mengangguk saat dia bertemu dengan orang lain, mau yang dia kenal atau tidak.

Tak sampai 20 menit wanita itu sudah sampai di rumah orang yang dia rindukan, rumah bundanya, matanya menatap kesekeliling melihat bunga-bunga yang terawat di pekarangan rumah bundanya, bunga yang lebih lengkap dari rumah mamanya.

Tok tok tok

Tak selang lama pintu kayu di hadapannya terbuka, menampilkan wajah gadis imut sedang menatapnya dengan gembira.

"Mbak May? cari ibu ya? silahkan masuk mbak"kata gadis itu beruntun yang di sambut May anggukan dan masuk kedalam rumah membiarkan anak tadi kembali menutup pintunya.

"Ibu ada di kamarnya mbak, langsung aja kesana"sambung gadis itu.

May tak menjawab perkataan anak dari bundanya dia hanya tersenyum tipis dan melangkah kearah kamar bundanya, menyibakkan gorden sebagai pengganti pintu di kamar bundanya dan melangkah maju.

"May? kamu kok ke sini?"tanya Bundanya menatap May kaget.

"May tersenyum manis dan melangkah lebih maju duduk di tepi ranjang bundanya yang keras.

"Iya bunda, May kangen sama bunda, bunda sakit kok bilang sama May sih?"tanya wanita wanita itu sembari cemberut menatap bundanya sebal.

Bunda terkekeuh dan bangun dari tidurnya mencoba duduk meski kepalanya masih terasa pening.

"Mau bilang sama kamu gimana? 'May, bunda sakit, kamu kesini dong mijitin bunda' gitu?"tanya Bundanya dengan nada bercanda.

May semakin memberenggut mendengar perkataan bundanya, namun tak lama bibirnya terangkat keatas saat bundanya mengelus rambutnya sayang, hal yang selalu ia dapatkan saat bertemu dengan bundanya.

"May sudah dewasa yah? nggak kerasa, padahal baru kemaren kamu masuk SD, eh udah nikah aja"kata bundanya menatap May lembut.

May mencebikkan bibirnya sebal namun kembali tersenyum "nggak kerasa yah bunda? padahal baru kemaren May lihat bunda masih muda, eh udah punya anak aja"celetukan May yang di jawab galak tawa sama bunda.

"kamu kesini ada apa? nggak mungkinkan kalau kamu kangen sama bunda?"

May mendengus mendengar perkataan bundanya, meski perkataan bundanya tadi nggak semuanya salah.

May mendesah, dia pindah dari posisi duduknya dan menyenderkan kepalanya di pundak beliau "Bunda, kenapa ya hati aku sakit saat liat dia sama orang lain?"tanya May terdengar begitu frustasi.

Tanti memang belum menampakan dirinya setelah kejadian itu tapi melihat Bagas yang dekat dengan salah satu sepupunya membuat hatinya sakit, wanita itu memang selalu menyangkalnya kalau dia sakit melihat mereka, tapi lama kelamaan wanita itu juga tidak bisa terus menyangkal rasa sakit di hatinya, cuman satu yang dia bingungin, kenapa dia bisa merasakan rasa sakit itu? apa sebabnya? pertanyaan yang nggak akan pernah dia temukan kalau batinya terus menjawab dan menyangkal.

Bunda tersenyum mendengar curhatan anak sahabatnya, dengan lembut dia mengelus rambut May sayang, matanya beralih kearah dinding menatap foto dua gadis sedang tersenyum ceria.

"Sifat kamu mirip ibu kamu sayang"

May melepaskan pelukannya dan menatap bunda bingung, Ibu?

"Bunda kenal mama kandung May?"tanya May nggak percaya. antara ragu dan bingung.

Bunda tersenyum dan mengangguk lemah "iya, mama kamu sahabat bunda"

Mata wanita itu membelo mendengar perkataan bundanya, bibirnya terkatup rapat, dia bingung harus menjawab apa perkataan bundanya.

"Mama kamu hamil saat dia baru lulus SMA, dia hamil di luar nikah"mulut May terbuka nggak percaya, matanya menatap Bunda dengan pandangan shok"mama kamu adalah orang yang baik, dia nggak pernah memandang rendah siapapun, dulu dia juga sama kayak kamu, dia nggak tau apa yang dia rasain, sampai dia curhat ke bunda persis seperti apa yang kamu katakan tadi, bunda hanya menjawab 'coba kamu tanyakan pada diri kamu sendiri, dan jangan pernah kamu menyangkalnya, kamu harus mendengarkan baik-baik yang di inginin hati kamu' dan kamu juga harus melakukan itu sayang"kata bundanya menatap May dan beralih figura tadi dengan pandangan sedih, May ikut menoleh kearah figura itu, keningnya berkerutan melihat dua gadis manis sedang tersenyum bahagia.

"Mama kamu meninggal sehari setelah melahirkan kamu"kepala May kembali menoleh kearah bundanya, rasa sesak melingkupi hatinya "sebelum mama kamu meninggal dia menitipkan kamu ke bunda, tapi karena bunda nggak punya biaya untuk menghidupi kamu akhirnya bunda menyerahkan kamu ke kakaknya. awalnya kakak mama kamu nggak percaya kalau kamu anaknya. tapi perkataan papa kandung kamu akhirnya di percaya"sambung bunda memberi jeda, matanya menerawang mengingat masalalu, hatinya terkoyak saat mendengar penjelasan si pacar mamanya May.

"Siapa papa aku bun?"tanya May lirih. wanita itu terlalu shok dengan apa yang dia dengar barusan.

Mata bunda beralih menatap May prihatin, wanita itu menghela nafas menguatkan dirinya sendiri untuk memberi tau kebenarannya pada May, kebenaran yang seharunya sudah di ketahui gadis itu sejak dulu.

"Papa kamu, papa yang merawat kamu"jawab bundanya tak kalah lirih.

Air mata yang sedari tadi di tahan kini mengalir, papanya? orang yang selalu ia panggil papa itu ternyata papanya, papa kandungnya?. tapi..... tapi kenapa papa kandungnya membeda-bedakan dia sama Zain? dia juga anaknya kan? apa karena dia anak selingkuhannya jadi papanya nggak mau mengakui kalau dia anak kandungnya?.

"Bukannya papa kamu nggak sayang sama kamu, dia sayang, hanya saja... dia takut, dia takut kalau kamu tau siapa kamu sebenernya kamu akan membencinya"kata bunda menggenggam jari-jari May meremasnya lembut.

"Siapa kakak mama bun?"tanya wanita itu tak mengindahkan perkataan bundanya.

Lagi bunda menghela nafas berat, di remasnya genggaman tangannya untuk memberi kekuatan pada May "orang yang sering kamu panggil mama"

Dunia seakan runtuh mendengar perkataan bundanya. orang yang selalu kamu panggil mama? air matanya semakin deras menetes.

Jadi? jadi? jadi mamanya menjalani affair? yatuhan!! dia sama sekali nggak pernah menyangka dengan apa yang terjadi dalam hidupnya dan hidup mama kandungnya.

"Semuanya nggak seperti apa yang kamu fikirkan sayang"kata bundanya cepat-cepat, takut wanita di hadapannya salah faham dengan apa yang terjadi. May hanya menatap bundanya terluka membiarkan air matanya jatuh.

"Dulu yang terjadi itu mama kandung kamu dan papa kamu pacaran, mereka berdua saling mencintai sampai akhirnya papa kamu harus memutuskan hubungan mereka, semata-mata bukan karena dia nggak cinta lagi sama mama kandung kamu, tapi dia memutuskan hubungan mereka karena papa kamu di paksa nikah sama mama kamu sekarang, tentu papa kamu memberontak tapi melihat papanya yang masuk rumah sakit dia nggak bisa berulah lagi, dengan terpaksa di menikah dan memutuskan hubungan mereka, sedangkan mama kamu hanya diam, dia nggak bisa berbuat apa-apa, meski waktu itu dia sedang hamil kamu, tapi dia lebih memilih diam, membiarkan papa kamu menikah dengan orang lain meski dia harus sakit dan menanggung aib sendiri"

May semakin terisak mendengar kebenaran itu, dia nggak tau harus menyalahkan siapa atas apa yang di terima mamanya, dia nggak pernah menyangka kalau dia di lahirin dengan orang yang begitu baik, meski harus seperti itu keadaannya.

Bunda ikut meneteskan air mata dan memeluk tubuh May yang bergetar, wanita itu tau kalau May pasti akan sedih mendengar kebenaran ini, tapi dia sudah tidak bisa lagi menahannya, walau bagaimanapun May berhak tau atas apa yang di terjadi sama mamanya, May berhak tau jati dirinya.

"Kamu jangan benci sama papa kamu sayang, dia juga merasa kehilangan, karena dia masih mencintai mama kamu, dari dulu sampai sekarang papa kamu masih mencintai mama kandung kamu, bunda sering mendengarnya waktu melihat papa kamu ke makam mama kamu"

May melepaskan pelukannya dan menatap bunda dengan sayu "aku ingin liat makam mama"


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top