My Boss 16- Ramalan Reon
Buuup buupp buupp suara intercom terdengar yang langsung kuangkat sembari menatap layar komputer.
"Mbak May, mbak Tanti ada di Lobby."seketika tubuhku menegang, mataku melirik kearah jam dan mendesah pasrah.
"Makasih infonya."kataku cepat dan meletakkan gagang telpon ketempatnya semula, setelah merapikan meja dan mematikan komputer dengan terburu-buru aku langsung masuk keruangan Bagas membuat sang empu menoleh kearahku.
"Kita harus jemput Ita"kataku cepat membuat kerutan di keningnya timbul. ck, harus lola ya di saat-saat kayak gini?.
Dengan tak sabaran aku langsung menarik lengan Bagas menyuruh Bagas berdiri berjalan keluar ruangan dan berbelok kearah tangga darurat. bisa gawat kalau pakai lift, sedangkan aku nggak tau tuh cewek gila pakai lift yang mana. iya kalau cewek itu pakai lift yang tadi pagi nah kalau yang satunya? alias lift khusus para karyawan dan aku sama Bagas juga sedang di sana, gimana? jadi jalan yang paling aman adalah tangga darurat.
"Loh loh loh kenapa pake tangga? kenapa nggak pake lift?"tanyanya bingung menghentikan pergerakan tanganku yang ingin membuka pintu tangga darurat.
Aku memutar otak untuk menjawab pertanyaan Bagas dan tersenyum cerah setelah menemukan jawaban yang sangat pas dan nggak mencurigakan "Aduh Gas, kamu kan nggak pernah olahraga, jadi sekalian olahraga, udah ayok ah!!"kataku menarik lengannya yang ku amit dan masuk kedalam membuat mulut Bagas yang tadi terbuka kini kembali tertutup. nah gini dong, yang manis, penurut jadi orang.
"Emang siapa yang bilang aku nggak pernah olahraga?"
Langkahku berhenti total mendengar perkataan Bagas. apa tadi dia baru aja bilang aku? aku? seriusan? Bagas tadi bilang aku? bukan gua? gila, kiamat sudah dekat man!!
"Kenapa?"tanyanya berhenti melangkah dan menolehkan kepalanya kearahku yang berjarak beberapa undakan di belakangnya dengan bingung.
Aku tersenyum manis dan menggelengkan kepala "Nggak papa"jawabku dan kembali berjalan mensejajarkan undakan tangga yang Bagas pijak.
Bagas menaikkan alisnya sesaat dan mengangkat bahu acuh lalu kembali berjalan, aku tersenyum dan ikut berjalan di sebelahnya.
"Masak iya sering olahraga? kalo sering olahraga kok ada lemaknya?!"kataku jail.
Di mendelik nggak suka sedangkan aku tersenyum innocent "Mana ada lemak di tubuh aku? ngaco!!"
"Siapa yang ngaco? aku seriusan tau, ini lemak bukan?"tanyaku mencubit pinggangnya keras membuat Bagas menjerit tertahan sedangkan aku mengulum senyum.
"Ish. sakit Tau May main nyubit-nyubit gitu?!. ini tuh nggak lemak, orang sixpack gini di bilang lemak."
Aku mendecih mendengar perkataanya "Sixpack apanya? kayak gini di bilang sixpack? jangan bercanda."
"Lah beneran kali."jawabnya sewot, aku menyebikkan bibir meremehkan, sedangkan dia terus berkoar kalau dia itu sixpack, nggak ada sejarahnya lemak nempel di badannya. sok iye.
Bagas terus nggak terima kalau aku menjawab sekenannya membuatku mau tak mau tertawa. sumpah demi apa? seorang Bagas Aditya Putra, ngotot bilang kalau perutnya sixpack? ckckckck, yah meski aku tau kalau dia itu emang sixpack, perutnya Bagus, Andre mah kalah total, tapi masak iya aku ngaku kalau perutnya lebih bagus dari pemain film the raid yang entah siapa namanya aku lupa dan nggak penting juga.
Tak terasa kita sudah berada di lobby, kali ini yang keluar dari bibir Bagas bukan soal perutnya yang sixpack tapi soal pertama kali dia ketemu Tanti.
Singkat cerita yang aku tangkap dari Bagas itu, Tanti bukan pacarnya iya dia bukan pacarnya, aku di ketawain ngakak masak waktu tanya mereka udah pacaran berapa lama?, dia tuh bilang Tanti hanya di anggap adek dan sahabat sama dia, dia juga sayang sama Tanti walau sebatas sahabat dan adek. nah pas dia bilang 'aku hanya nganggap adek nggak lebih' terus mulutku tiba-tiba berceletuk dengan ketusnya 'masak Adek di ajak olahraga Ranjang, adek macam apaan itu?' dan kalian tau dia jawab apa? jawaban yang bikin aku dongkol setengah mati sama Bagas 'cemburu?' gila nggak? mati aja sana!!
Mataku melirik kearah meja resepsionist dan mengacungkan jempol yang di balas acungan jempol sama mereka, eehhh wait, ada yang ketinggalan.
"Bentar ya Gas, kamu tunggu di mobil aja!"kataku menepuk pundaknya dua kali dan berjalan cepat kearah mbak-mbaknya membiarkan ekspresi apa yang kini nampak di wajah Bagas.
"Mbak nanti kalau Tanti udah pulang telephone saya ya, ini nomor saya."kataku dan menyodorkan kertas yang tadi sempet aku coret-coret kearah mbak Mela.
"Siiip."jawab mereka serempak. mendengar jawaban mereka aku langsung berjalan menjauh tak lupa senyuman manis kuberikan pada mereka, mataku melirik lobby yang lumayan renggang masih terus berjalan kearah parkiran ah lebih tepatnya ke mobil Bagas yang sudah nangkring di depan kantor.
Kutarik pintu mobil Bagas dan duduk di sebelah kemudi, memasang seatbelt membiarkan Bagas menyetir mobilnya keluar kantor.
Kalau di fikir-fikir Bagas enak juga di ajak ngoborl? baru kali ini dia nggak tarik urat saat aku ngerendahin dia dengan seenak udelku.
"Kita mau kemana?"tanyanya memecahkan kesunyian.
"Jemput Ita lah, kan aku udah bilang tadi, gimana sih? katanya masih muda tapi udah pikun."
Dia melirikku sebal dari kaca spionnya yang aku balas tatapan paling polos yang aku bisa.
"Kamu tuh ya dari tadi ngerendahin mulu."
Aku tersenyum manis menanggapi perkataanya "Siapa yang ngerendahin sih Gas? kan aku bicara kenyataan."kataku polos.
Bagas menyebikkan bibirnya sebal "Ita udah ada yang jemput."
"Apa?"tanyaku bingung dan shok.
Dia tersenyum misterius membuatku ingin mencekek lehernya "Ita udah di jemput kak Lala."
"Kenapa nggak bilang?"tanyaku heboh.
Dia melirikku malas dan kembali menatap jalanan di depannya "Gimana aku bilang, orang kamu aja langsung narik aku tanpa mau dengerin perkataanku, dan gegara kamu juga handphoneku ketinggalan, kalau kayak gini aku nggak bisa hubungi Tanti, gimana kalo dia dateng terus aku nggak ada? kan kasian."
Aku mendungus mendengar perkataan Bagas "Katanya Adek,"sindirku dengan nada sinis yang tak bisa tertutupi "kalo hanya sebatas adek itu nggak akan ngaruh apa-apa, beda soal kalau pacar, itu akan sangat amat berpengaruh."sambungku menekan kata adek dengan geram.
"Ya emang hanya sebatas adek."jawabnya kalem, beda sama aku yang ingin membunuhnya, ada gitu ya mahluk spesies dia? ya tuhan!! dia mahluk apa sih sebenernya? pengen nabok deh jadinya.
"Terserahlah!!"jawabku ogah dan melirik kearah kiri melihat gedung-gedung menjulang yang nggak keliatan di mana atapnya.
"Minjem hp kamu dong?!"
Kepalaku menoleh kearah Bagas heran yang masih menatap jalanan"buat?"
"Buat hubunginTanti."
MATI AJA SONO LOE GAS!!!!
"Sudi!!"jawabku ketus mengundang wajahnya untuk menatapku yang sedang memasang wajah datar sedatar-datarnya.
"Kenapa?"
"Penting amat buat di jawab?"kataku semakin ketus. gila aja kali aku ngasih handphoneku ke dia, bisa-bisa aku pulang dari kerja langsung tinggal nama. Gas kalo bego' mbok yo di bagi-bagi jangan di embat sendiri, kasian yang lain!!
"Kenapa?"
Mataku melirik sinis kearah Bagas yang menatapku bingung, sumpah dia Bagas? Bagas yang selama ini jadi boss aku? kenapa sekarang aku malah lihat bocah baru lahir? oonnya setengah mampus!!
"Loe masih tanya kenapa Gas? loe sendiri tau gua benci sama adek loe itu, dan loe mau minjem hp gua buat hubungi dia? gila tau nggak?!"
"Suruh siapa benci? dianya kan nggak benci sama kamu May, kamu aja yang benci sama dia kayak kamu benci sama aku."
Sukses mulutku menganga lebar, dia... ya tuhan!!! aku lebih suka Bagas bossku yang galak tapi cerdas, dari pada Bagas yang sekarang. baik katanya? baik dari hongkong? matanya buta atau apa sih? aku nggak kuat lagi, nggak kuat harus debat sama Bagas yang sekarang. please balikin bossku yang dulu, yang dingin, yang galak, yang sok perfect, please!!
"Terserah loe Gas, terserah!! terserah loe mau ngomong apa, nggak perduli gua."kataku pasrah meringsut di jok mobil.
"Makanya minjem handphone kamu!!"
"OGAH BAGAAAAASSSSSSS!!!"
.
.
Dengan sepenuh jiwa dan raga yang 'ku punya kugebrak meja kerja Bayu yang langsung membuat mereka kicep.
"Kalian tuh ya-- huh!! gua udah bilang kalau gua itu nggak cinta sama Bagas, dan gua nggak cemburuuuuuuuu!!!"kataku geram bukan main menatap mereka sengit.
Andre menyeringai di ikuti sama yang lain, ah bodo'ah, aku nggak perduli sama mereka, mereka semuanya nyebelin, iihhh!!! dasar sahabat gila.
"Ya udah sih woles aja, kalem dong May kalau loe emang nggak cinta sama dia."kata Prita woles tanpa merasa bersalah sedikit pun. mataku melirik Prita sadis yang di anggap angin lalu sama gadis itu.
"Iya May, woles dong, kalo loe marah loe malah bikin kita yakin kalau loe itu cemburu."sambung Intan membuka kacang tanpa menatapku.
"Gimana gua nggak marah? orang kalian ketawa kenceng banget, padahal gua cerita nggak ada yang lucu!!"jawabku geram. duh punya sahabat kok pada dableng sih, nyesel aku nyesel punya sahabat kek mereka.
"Ya habis loe lucu May, loe ceritanya gebu-gebu kayak orang yang lagi cemburu, emang salah kalau kita nganggep loe cemburu?"tanya Dewi mengiris pudding di hadapannya yang di angguki sama mereka semua yang ada di sini. bisa nggak sih kalo bicara sama orang itu natap orangnya bukan natap pudingnya?!.
"Cemburu? gua nggak cemburu Dedew, gua kesel, gua sebel dan gua benci sama tuh orang."
"Kenapa harus kesel? kenapa harus sebel? kenapa harus benci? kan abang gua hanya minjem hp loe buat hubungi Tanti, salah? bukannya kita juga saling minjemin kalau salah satu di antara kita ada yang butuh?"
"Andreeee?!! loe ini gimana sih!! ini Tanti loh Ndre Tanti, cewek yang hampir bikin loe mati!!"
"Iya kita tau dia Tanti si cewek psycopat, terus kenapa? kalo gua jadi loe gua udah kasih hp gua."
"Apa?!"tanyaku nggak percaya mendengar perkataan Prita.
"Gini ya May,"kata Bayu yang sejak tadi hanya kebagian pendengar "gua juga benci sama Tanti May, tapi kalo ada orang yang minjem hp gua untuk hubungi dia gua fine-fine aja, ini hanya nomor May, emang dia bisa apa sama nomor loe? mau neror loe? bukannya dulu loe juga sering di teror sama mantan-mantan loe yang nggak terima loe putusin? terus sekarang kenapa loe nolak mentah-mentah permintaan Bagas? ini nggak masuk akal May, iya kan?"tanya Bayu lembut.
Aku terdiam mendengar perkataan Bayu, ia dia benar, kenapa aku nolak mentah-mentah permintaan Bagas? ah ya iyalah nolak, kan aku sedang dalam rencana ngejauhin dia sama Tanti, ia pasti karena itu.
"Ya karena gua sedang dalam misi buat jauhin Bagas sama Tanti."jawabku kalem beda sama orang yang di ruangan ini, hampir semuanya terbatuk-batuk kecuali Bayu dan aku, Prita terbatuk karena keselek minuman bersodanya, Intan terbatuk kemungkinan kacang yang di kunyah langsung anjlok tanpa tendeng aling, Dewi terbatuk karena puding yang di makan dan Andre terbatuk entah karena apa dia, yang aku liat dia sama sekali nggak nyentuh makanan di meja.
"Apa loe bilang tadi May?"tanya Bayu menatapku heran.
"Ya gua di suruh sama mamanya Andre buat jauhin mereka berdua, beliau bilang Tanti bawa dampak buruk buat Bagas"jawabku sekenanya. jawaban yang nggak di dapat dari perkataan mama Ningsih sebelumnya, jawaban yang membuat mereka mengangkat satu alisnya, jawaban yang menurutku benar adanya.
"Ooooooh gitu."jawab mereka serempak dan menganggukkan kepala menatapku aneh. keningku berkerutan melihat tatapan dari mereka semua.
"Btw sebentar lagi loe akan jadi mamanya Ita yang sah ya May?!"kata Bayu ambigu. mataku menatap Bayu aneh. sebentar lagi? bukannya masih du--- ahtaga!!! ia. sebentar lagi, alias 6 hari lagi, ya robi, kok cepet banget sih? kenapa nggak di lama-lamain?. "udah siap buat bagi ranjang sama Bagas?"sambungnya menaik turunkan alis.
Aku berdecak kesal mendengar perkataan Bayu, tanganku menggapai tootbag yang kuletakkan di meja bayu "Sarap"kataku sadis dan melenggang pergi dari hadapan mereka.
Bayu dan yang lain tertawa mendengar perkataan sadisku, dan hal itu membuatku semakin sebal. sahabat durhaka, awas aja loe Bay, gua sumpahin cinta sama sekertaris loe. eh?? sekertaris ya.
Tubuhku berbalik yang sudah melangkah jauh dari meja sekertaris Bayu dan berdiri dimeja wanita itu yang menatapku datar namun sopan.
"Ada apa? ada yang bisa saya bantu?"tanyanya berdiri dari kursi. gila!! sopan banget, patut di contoh nih.
"Dapat salam dari Bayu, katanya mbak cantik."kataku pas saat pintu terbuka menampilkan wajah Bayu yang menahan kekesalan.
Kujulurkan lidahku dan berjalan kearah lift tak menghiraukan makian sumpah serapah yang di keluarkan Bayu dan tawa menggelegar dari Andre, Intan, Prita dan Dedew. bodo amat. peduli setan sama Bayu mah, suruh siapa bikin aku gedeg.
"Gua sumpahin loe cinta sama tuh duda satu!!"teriaknya membuatku berhenti dan berbalik kearah Bayu memasang wajah sesombong mungkin.
"Bukan gua yang cinta sama dia tapi dia yang bakal cinta sama gua."kataku sombong dan menyibakkan rambut kebelakang.
Mereka semua terdiam bahkan Dedew yang tadi tertawa ngakak kini menatapku ngeri, keningku mengkerut melihat dagu Dedew yang bergerak menyuruhku menoleh kebelakang, dengan penasaran aku menoleh kebelakang dan... bum. dunia seakan rontok saat ini juga. eh buset sejak kapan dia di sini sama si dedek?.
.
.
.
Hari berganti dengan hari begitu cepat, jika dulu sehari terasa sangat lama kini aku merasa satu hari seakan satu menit, nggak kerasa kalau hari ini sudah menjadi hari yang nggak aku impikan, hari di mana aku berdiri di tengah-tengah para tamu yang banyak nggak aku kenal, hari di mana masa hidup lajangku bertanda akan berakhir sebentar lagi, hari yang membuatku harus menghela nafas sebal karena ulah Tanti yang kian lama kian menyebalkan, meski dia nggak pernah memakai kekerasan tapi matanya dan tingkahnya yang pongah membuatku ingin memutilasinya saat itu juga.
"Selamat ya May, gua nggak sabar liat loe kalah sama perjanjian kita."kata Dedew dengan tersenyum mengejek. aku mendengus dan menjitak kepala Dedew. perjanjian konon??!!, perjanjian apanya?, taruhan ia, kosa kata yang sangat bagus Dew.
"Duh sakit pala gua tau di jitak kek gitu. beib masak aku di jitak anak musang kek dia kamu diem aja sih?!"
Pletak. sukses, jitakan kedua sukses mendarat dengan mulus di kepala Dedew, astajim Dew, makin hari makin jijik tau gak sih tingkahmu.
"Beib masak aku di jitak lagi, kalau aku terus-terusan di jitak tapi kamu malah senyum-senyum kek gitu aku gak kasih jatah malam in--"
Pletak.
"Maaaayyy!!"teriaknya bengis. mataku mengerjap beberapa kali mendengar teriakan Dedew yang... astaghfirullah bikin orang malu.
"Apa sih?"tanyaku malas.
"Apa loe bilang? sakit nih pala gua loe jitakin, kalo gagar otak gimana? mo tanggung jawab loe?!"
Mataku memutar malas mendengar perkataan Dedew yang sumpah demi apa lebay banget, nih satu orang apa nggak tau sakitnya kek gimana kakiku saat ini?.
"Dew please deh, kaki gua rasanya mau encok dari tadi berdiri terus, dan sekarang tinggal loe aja Dew, tinggal loe, tapi loe malah bikin emosi gua ke ubun-ubun."kataku sengit.
Dedew tersenyum nggak berdosa mendengar perkataanku dan menepuk-nepuk kepalaku beberapa kali. dia kira gua anjing apa?.
"Sabar ya buk, nanti malam masih ada yang lebih melelahkan."katanya santai. boleh gigit urat nadi di lehernya nggak sih? kok nyebelinnya kebangetan, sedangkan orang-orang yang ada di panggung tertawa mendengar perkataan Dedew.
"Dari tadi gua belum makan nih Dew dan kebetulan di sana gua liat piso, mau coba?"tanyaku datar.
Dedew tersenyum manis "Loe mau makan? minta laki loe dong, bentar lagi juga di kasih"
Tuhaaaannn!!! tolong kasih peringatan Dedew untuk diem, kata-katanya bener-bener minta ditabok.
Mataku mendelik sinis kearah Dedew yang di jawab senyuman manis tak berdosa ala Putri Dewi kosasih.
"Sudah-sudah yang, sahabatmu inikan lagi dapet, mana mungkin dia ngasih jatah buat suaminya."
"Reon Dewantoroooo!!"teriakku sebal dan menerjang tubuhnya dengan pukulan-pukulanku yang tak seberapa, ingatkan kalau aku lagi capek, so tenagaku nggak akan seperti biasanya.
Reon terkekeh menerima pukulanku yang membabi buta sampai akhirnya aku menyerah, namun sebelum benar-benar menyerah ku jambak rambut Reon dan lagi, bukannya meringis malah terkekeh, benar-benar!!! ah... aku bisa gila kalau terus bergaul sama mereka semua.
Reon mendekapku membisikan kata-kata yang membuatku membeku di tempat, bahkan sampai akhir acarapun aku masih mengingatnya dengan jelas, dengan amat sangat jelas.
"Hati-hati, nyawa dan cintamu sedang berada di ujung tanduk, kamu harus bisa menguasai permainannya, kalau nggak, kamu akan kehilangannya selama-lamanya"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top