MY BOSS 14- barbeque
May pov
Sudah seharian full aku habiskan tidur di kamar yang entah kamar siapa aku nggak tau, yang jelas kamar itu kamar waktu Bagas nganter aku saat tau tubuhku panas, meski sudah seharian aku beristirahat tapi entah kenapa nih badan masih saja panas dingin kek gini.
"May,"seru Joey dari depan yang sedang ngipasin jagung di atas pemangangan manual sedang tersenyum lebar, di sebelahnya ada Andre dan Prita yang sedang membolak-balikkan Daging.
"Apa?"tanyaku lirih berharap dia mendengar pertanyaanku yang serak-serak gimana gitu.
"Sini dong jangan duduk terus kayak gitu, nanti sakitnya tambah parah loh,"
Do'ain yah?
Aku hanya menatapnya malas dan semakin mengeratkan selimut di tubuhku, padahal di luar nggak hujan kenapa badanku malah semakin dingin? ah sial!!. kenapa harus sakit di saat-saat seperti ini? seharusnya sekarang aku sudah berlarian kesana kemari untuk memakan apapun seperti Intan yang dengan rakusnya memakan chiki di meja sana, tapi apa boleh buat? keadaan nggak mengijinkan.
Mataku beralih kearah Dewi yang sedang ayang-ayangan sama sang suami di ayunan entah sedang bicarain apa aku nggak tau dan beralih kearah Bagas yang ternyata juga sedang menatapku, dengan sombong kupalingkan wajahku darinya.
Rasa kesal yang kemaren sudah lumayan mereda kini tiba-tiba kembali menggunung apalagi tangan si cabe yang melingkar di lengan Bagas dengan indahnya.
"May,"
Yasalam!!! apaan lagi sih tuh bocah? dari tadi manggil tapi nggak jelas juntrungannya.
"Sekali lagi manggil nama gua nggak jelas kek gitu gua getok pala loe Joey."seruku sebal.
Joey terkikik puas di ikuti Andre, Intan dan Prita, kurang sebel apa coba aku? udah sakit nggak ada yang nemeni malah di goda, dasar sahabat durhaka.
"May,"
"Ya ampun Joey!! loe nggak punya kegiatan lain selain manggil nama gua?"teriakku bengis.
Mereka kembali terkikik bahagia. nggak bisakah mereka membiarkan aku biar tenang? nggak hati nggak fikiran semuanya gelisah. ini semua salah Bagas, awas aja kalo terjadi apa-apa sama aku yang pertama kalinya aku salahin adalah Bagas.
Ngomong-ngomong soal Bagas laki-laki satu itu nyebelinnya minta ampun, udah bikin pergelenganku biru bukan minta maaf ato apa malah cuek bebek seolah nggak habis terjadi apa-apa, boro-boro minta maaf bicara sepatah aja nggak, bisanya hanya ngeliatin terus dari jarak jauh kayak sekarang, ia sekarang, tuh laki satu lagi liatin aku yang sedang kedinginan masih memakai baju dan jaket yang ia berikan, sebenernya risih sih, apalagi nih baju udah sejak kemaren tapi mau bagaiamana lagi? aku lagi malas untuk berdiri, dan kenapa aku bisa tidur-tiduran di teras belakang villanya Andre ini semua ulah Bayu dengan alibi angin malam baik untuk kesehatan. heeyy!! dimana-dimana angin malam itu buruk buat kesehatan, sejak kapan berubah haluan seperti itu? ck! aku baru tau kalau Bayu itu oonya setengah mampus.
"Ehm"kepalaku reflexs menoleh keasal suara menaikkan alis nggak perduli dan melengos menatap Joey yang sedang bercanda sama Andre entah mereka bercandain apa.
"Masa libur loe hanya 3 hari, dan besok masa liburnya habis, gua nggak perduli mau loe udah sehat ataupun masih sakit loe wajib berangkat!!"
Brengs*k!!
"Tenang aja kok pak, saya pasti tanggung jawab sama pekerjaan saya, jadi anda nggak perlu khawatir mengenai hal itu, bisa anda kembali ke tempat semula? anda membuat nyawa saya berada di ujung tanduk."kataku sinis menatapnya bengis dan melirik kearah wanita yang kalo nggak salah namanya Tanti sedang bersidakap, aku nggak tau pasti arti tatapan itu, lagi pula aku nggak takut sama dia, ngapain takut sama orang gila? kurang kerjaan banget.
"Maksud loe apa bicara kayak gitu?"
Mataku kembali melirik kearah Bagas menatap laki-laki itu sengit dan bangkit dari tidurku berjalan kearah Andre, meski rasa pusing masih menggrayangi kepalaku tapi nggak separah kemaren jadi aku nggak perlu takut kalau nanti tiba-tiba muntah karena itu nggak mungkin terjadi, lagian males tau nggak liat muka dia yang sok ganteng.
"Ndre udah ada yang matang belum? gua mau nyoba dong."kataku menepuk pundak Andre membuat sang empu menolehkan kepalanya kearahku namun sedetik kemudian dia mengambil daging di panggangan menggunakan sumpit di tiupnya beberapa kali lalu menyodorkan kearahku yang dengan sigap ku lahap.
"Giamana?"
"Mayanlah dari pada bubur"jawabku dengan senyuman manis dan duduk di kursi sebelah Intan, kepalaku menoleh kearah Bagas yang sedang di tarik sama si Cabe. kalo di fikir-fikir kenapa Bagas nurut banget sama Cebe? segitu sayangnya ya sama dia? eh tapi tunggu--- kalo Bagas juga cinta sama si Cabe kenapa Andre nyuruh Cabe buat berhenti? berhenti apa coba?
"Nih May, di habisin ya,"kata Joey menyodorkan jagung bakar kearahku, aku tersenyum manis dan mengambil alih jagung itu.
"Loe liat nggak tadi Bagas di tarik-tarik sama ceweknya?"bisik Intan di telingaku.
Mataku melirik kearah Intan dan mengangguk sembari menggigit jagung yang masih panas. "Lihat. kenapah?"
"Gua berasa ada yang aneh deh di sini,"
"Aneh gimana?"
"Kenapa gua cuman liat si Cewek yang cinta sama Bagas sedangkan Bagasnya enggak, aneh gak sih menurut loe?"perkataanya membuat keningku saling berkerutan. iya juga, itu dia yang bikin aku bingung, kalo Bagas cinta sama ceweknya kenapa setiap hari yang aku liat itu ceweknya yang ngotot minta ini itu? kenapa Bagas nggak punya inisiatif sendiri? ah aku tau, Bagas orangnya nyebelin, jadi dia pasti males ngelakuin hal itu kalo nggak di paksa "apa jangan-jangan awalnya Bagas di pelet terus sekarang dia sadar makanya dia nggak cinta sama ceweknya, tapi dia bingung cara mutusinnya kayak gimana."
Pletak
Dengan sepenuh hati kujitak kepala Intan membuat sang empu mengaduh, Andre, Prita dan Joey menoleh kebelakang untuk sesaat yang aku balas senyuman gaje dan beralih kearah Intan memberikan pandangan mematikan "Loe kebanyakan nonton film kek begituan, loe kira ini zaman berapa? masih ada tuh dukun sakti?"
Intan tersenyum gaje kearahku yang aku balas putaran mata malas dan kembali menggigit jagung bakarku yang masih mengepul.
.
Entah sudah berapa lama aku duduk di kursi taman belakang sendirian, pesta barbeque sudah selesai sejak tadi dan mungkin sekarang semua orang pada terlelap dalam mimpinya, hanya aku yang masih betah di si ini menatap langit yang cerah merenungi perasaanku sendiri, mencari tau kenapa akhir-akhir ini aku merasa nggak bersemangat? dan yang lebih pol membuatku malas adalah cewek Bagas, ah salah bukan ceweknya sih, tapi keberadaan mereka berdua yang membuatku malas, sedih, geram dan sebel menjadi satu, sebenernya apa yang sedang aku rasain sebenernya?.
Berkali-kali aku tanya sama diriku sendiri tapi nggak menemukan jawaban yang memuaskan, yang ada malah percecokekan batin tak berujung sama seperti saat ini.
Udahlah, bodo amat sama perasaan nggak penting ini, mendingan aku kekamar dan tidur biar besok jauh lebih fresh. yah keputusan yang sangat tepat May.
Setelah menghembuskan nafas lelah aku berdiri dari kursi taman dan berjalan kedalam rumah yang jaraknya lumayan jauh, semua lampu di ruang tengah sudah di matikan hanya lampu taman yang masih hidup dan tentunya lampu di kamar yang kutempati.
Tanganku terulur kearah gagang di pintu memutarnya 90 derajat dan mendorongnya sedikit kedalam, seketika tubuhku membeku di tempatku berdiri.
Bayangan eksotis yang beberapa minggu lalu yang aku liat kini aku kembali melihatnya bahkan jauh eksotis dan lebih panas, dadaku berdentum hebat penuh dengan kesesakan yang nggak tau pasti kenapa.
"Aakhhh lebih cepat Taaaanhhh,"
Untuk kedua kalinya aku berasa jadi orang teroon sepanjang masa, seharusnya aku menghentikan mereka karena apa yang mereka lakukan salah dan lebih lagi mereka melakukannya di ranjangku, eh wait--- ranjangku? ini ranjangku apa ranjang Bagas?
Suara desahan aneh yang saling bersahutan membuatku jijik setengah mampus terus terdengar di telingaku, biasanya laki-laki yang ada di ataskan? nah ini sebaliknya, laki-laki di bawah dan cewek di atas, betapa murahannya cabe ini?
Tubuh si cewek ambruk di dada Bagas dan saat itu pula Bagas menolehkan kepalanya kearahku, matanya membelo mungkin dia takut kalau kelakuannya ini akan kusebarkan di keluarganya, tenang saja, aku bukan orang yang seperti itu, yang menyebarkan aib orang lain dan menyembunyikan aib sendiri serapat mungkin.
"Sory gua ganggu aktifitas kalian,"kataku kalem tapi entah kenapa suaraku serak, padahal tadi suaraku sudah nggak serak dan menutup kamar laknat itu rapat lalu kembali membukanya "lain kali kalo mau melakukan olahraga seperti tadi tolong di kunci"sambungku dengan wajah datar dan kembali menutupnya membiarkan mereka berdua bermain dengan dunianya sendiri.
Dengan sekuat tenaga aku berjalan kearah sofa dan merebahkan diri di sana seperti janin di dalam kandungan, hatiku sesak dan ini membuatku bingung, kenapa harus sesak? ada apa sama aku sebenernya?.
Mataku terpejam mencoba menidurkan diriku sendiri, seenggaknya kalo aku tidur aku nggak perlu mencari tau alasan kenapa aku menangis? ini sudah dua kali aku menangis melihat adegan itu, bedanya kali ini aku nggak mengeluarkan isakan, atau lebih tepatnya berusaha nggak mengeluarkan isakan.
Perlahan kurasakan sesuatu yang mengelus pipiku lembut mungkin menghapus air mata yang ada di sana, aku nggak tau pasti apa yang di lakukan orang ini dan tak lama benda kenyal nan hangat menerpa bibirku bermain di sana, aku masih mencoba menutup mataku, siapa tau ini hanya halusinasi nggak berguna yang selalu aku rasakan saat pertama kali Bagas menciumku.
Namun lama kelamaan kubuka mataku karena gerah, apalagi lidahnya sudah masuk kedalam mulutku meski aku masih tetap diam bak patung yang tak punya nyawa menatap mata yang terpejam menikmati aktifitas sepihak-nya.
Dengan sekuat tenaga yang ku punya kudorong tubuh Bagas membuat aktifitasnya berhenti dan berganti menampar pipi mulusnya, dadaku naik turun penuh emosi. dia kira aku semurahan ceweknya yang dengan gampangnya menemani olahraga seperti tadi? dan lagian apa belum puas sama tubuh kekasihnya? kenapa peria ini brengseknya keterlaluan?.
"Loe keterlaluan tau nggak Gas, gua ini nggak semurahan apa yang loe fikirin Gas, gua tau keluarga gua emang nggak sekaya loe tapi gua bukan salah satu dari orang yang ngejual keperawananya karena uang!!! gua benci sama loe Gas, gua benci banget sama loe."kataku menekan kata benci di kosa kata kedua dan lari kearah tangga, kearah kamar Intan yang sempat dia kasih tau sebelum dia pergi kekamar setelah pesta barbeque.
Apa aku segitu rendahannya di mata kamu Gas? apa aku segitu hinanya sampe kamu dengan sembarangannya cium aku setelah bercinta sama cewek lain Gas? apa aku begitu hina di mata kamu yang nggak berarti? kamu Tega Gas, kamu Jahat, aku benci sama kamu dan akan selalu benci sama kamu!.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top