My Boss 12- Jealeus

"Mana sih kok nggak ada?" kataku geram dan terus mencari flat shoes peach kesayanganku yang sekarang entah di mana rimbanya. ck! nggak mungkinkan Zein ngambil flat shoesku, kalau iya buat apa? diakan laki tulen, nggak mungkin buat mangkal di lampu merahkan?.

"Cari apa kak?"

Jantungku berdetak cepat mendengar suara yang nggak asing di telingaku, kepalaku menoleh ke arah Zein dan menatapnya sinis "Bisa nggak,nggak usah ngagetin?" tanyaku ketus.

Zein tersenyum tipis menanggapi perkataanku "Lagi cari apa?" tanyanya mengulang pertanyaannya tadi.

Aku mendengus mendengar perkataan Zein "Loe liatnya gua lagi cari apa?" tanyaku tanpa berniat menjawab pertanyaan Zein dan terus menggeledah barang-barang yang ada kamarku. ck. tuh sepatu ada dimana sih?

"Mana gua tau, kalau gua tau gua udah bantuin loe dari tadi kali, kak."katanya terdenger jengkel. aku gak menggubris perkataanya, aku masih sibuk mencari flat shoes kesayanganku sampai sebuah tangan menarik tubuhku membuatku berhenti untuk mencari sepatuku menatap Zein malas "lagi cari apa?"sambungnya meremas kedua pundakku lembut.

Aku menghela nafas sebal "Sepatu peach, loe liat nggak?" tanyaku malas.

Zein nampak berfikir mendengar pertanyaanku, matanya jelalatan kesana kemari nggak jelas juntrungannya "Itu bukan?" kata Zein menunjuk kearah sudut ruangan.

Mataku mengikuti jari telunjuk Zein dan seketika mataku berbinar, tanpa di suruh kakiku langsung berjalan kearah flatshoesku dan memeluknya erat. ah... akhirnya ketemu juga.

"Makanya kalo cari sesuatu harus sabar jangan asal main cari aja, mata juga di pake." katanya songong.

Mataku melirik kearah Zein malas "Ngapain loe di kamar gua?" tanyaku sarkastik tanpa berniat untuk membalas perkataan songongnya.

Zein menepuk jidadnya sendiri lalu melangkah keluar dari kamarku terburu-buru, meninggalkan aku yang cengo di tempatku berdiri. tuh anak kenapa sih? kesambet setan apa coba?.

Gak mau berfikir lebih jauh tentang 'ada sama Zein' aku lebih memilih memakai flat shoesku, mataku melirik kearah kanan lebih tepatnya kearah heels kuning tergeletak begitu saja di sudut ruangan.

Tanganku menggapai heels itu dan meniupnya yang sedikit berdebu. heels ini adalah heels yang kukenakan saat melamar kerja di perusahaan Bagas, dan heels ini juga yang menjadi saksi bisuku atas pertemuan pertamaku sama Bagas, waktu itu aku senang sekali akhirnya di terima menjadi sekretaris sampe aku nggak nyadar kalau aku udah di tengah jalan, dan karena kelakuan bodohku itu aku terserempret mobil Bagas dan terjadilah adu mulut nggak penting apalagi cewek Bagas yang ikut turun.

Aku terkekeh sendiri mengingat hal itu. eh---- tunggu. cewek? ah aku ingat sekarang. cewek yang kemaren itu ceweknya Bagas, ck, kenapa aku bisa begok kek gini sih??.

Wait a minute.

Cewek

Bagas

Cewek

Bagas

APAAA? Bagas punya cewek? Tapi dia masih mau tunangan sama aku? Apa yang sedang dia rencanakan sekarang? Kenapa?--- oh. Apa yang ada di fikiran laki-laki itu?

"May di cariin Inta!!" teriak mama dari lantai bawah membuyarkan semua kemelut di benakku tentang Bagas.

"Iya ma, ini udah mau turun!" balasku berteriak, melangkahkan kaki keluar kamar yang sekarang bisa di bilang kapal pecah akibat ulahku tadi waktu mencari flatshoes kesayangnku.

"Ya ampun, ngapain gua bawa heels?" gumamku sendiri, melempar heels ke dalam kamar dan menutup pintu membiarkan heels itu tergeletak entah di mana.

Kakiku terus melangkah maju kedepan tanpa semangat. sial! sebenernya apa yang di rencain Bagas kali ini? kenapa aku nggak bisa menebaknya dan kenapa baru sekarang aku mengingatnya kalau Bagas punya cewek? coba kemaren-kemaren sebelum tunangan, sekarang aku harus apa??? ish Bagas itu maunya apa sih??

"May wooy May!"

Mataku mengerjap beberapa kali mendengar teriakan seorang cewek di telingaku yang mampu membuat telingaku berdengung.

Mataku melirik kearah Intan, menatap gadis itu sengit yang di balas tatapan tak kalah sadisnya.

"Loe tuh ya, di panggil berkali-kali nggak nyahut, sekalinya nyahut malah natap gua sengit, mau loe itu apa sih?" tanyanya berang, kedua tangannya nangkring di kedua pinggangnya menatapku sadis.

Kuputar kedua bola mataku malas mendengar perkataan Intan "Kalo pun gua bilang mau gua apa loe nggak akan bisa ngabulinnya." sahutku cuek melenggang pergi dari hadapan Intan tak memperdulikan ekspresi apa yang kini di berikan gadis itu.

"Ck," decakan Intan masih terdengar di telingaku meski kini jarak kami beberapa meter. "loe kenapa sih May? nggak biasa-biasanya loe ngalamun kayak gini? ada malasah apa May?" sambung Intan merangkul kedua pundakku.

"Masalah In, masalah bukan malasah." kataku meralat ucapan Intan yang gak di gubris gadis itu, aku menghela nafas berat "Bagas punya cewek." sambungku lirih.

Hatiku berasa terkoyak-koyak saat mengatakan hal itu. hey. hatiku kenapa? kenapa rasanya seperti ini? seharusnya aku gembira kalau Bagas punya cewek, kalau Bagas punya cewek aku pasti bisa menggagalkan pernikahan konyol inikan? iya kan? tapi kenapa hatiku kayak nggak terima? ah ini pasti karena aku nggak tau apa sebenernya rencana cowok brengsek itu.

"Loe sedih?" tanya Intan setelah diam cukup lama. aku meliriknya sinis.

"Mana mungkin gua sedih, gua hanya berfikir kenapa Bagas mau tunangan sama gua sedangkan dia sendiri punya cewek yang bisa di bilang---- seksi" ucapku agak berat waktu mengatakan kalimat terakhir.

Mataku melirik kearah Intan yang sedang tersenyum miring, dahiku berkerutan melihat hal itu, bingung apa arti senyumannya Intan, merendahkankah? ah tapi kalau merendahkan nggak seperti itu senyumannya, siniskah? bukan juga, terus apa arti senyuman itu?

"Loe cemburu May?!"

Langkahku total berhenti mendengar perkataan Aneh Intan. perlahan kepalaku menoleh kearah Intan mengecek apa ekspresi gadis itu untuk saat ini. yang aku lihat dari tatapannya dia serius.

Aku menghela nafas berat dan memijit pangkal hidungku yang terasa berdenyut. nggak Andre nggak Intan kenapa mereka bisa berbicara hal se ngaco itu? oh. my. god. apa mereka nggak bisa bedain mana yang cemburu, mana yang kesel, mana yang sebel, dan mana yang keki? apa mata mereka sudah rabun sampai nggak bisa bedain 4 hal tersebut?.

"Imposible banget In, gua nggak mungkin cemburu sama cowok songong bin ajaib kek dia, please deh nggak usah kayak Andre, cukup Andre yang gila loe nggak usah ikut-ikutan."

Intan menaikkan kedua alisnya menatapku lekat-lekat. aku hanya memandangnya malas.

"Tapi yang gua liat, itu loe cemburu, bukan kesel, sebel, keki atau apapun."

"Ngaco. mata loe rabun kalo liat gua cemburu." kataku semakin sengit dan kembali melenggang pergi dari hadapannya meninggalkan Intan yang masih berdiri di teras rumah sembari bersidakap menatapku dengan pandangan aneh. bodo amat sama Intan, mata tuh orang minus kali apa liat aku cemburu.

Heeyy!! ini Bagas loh, Bagas, orang terngesellin dan tersongong sepanjang masa, mana mungkin seorang Maydha Safari Honopia cemburu sama Bagas Aditnya Putra. dunia kebalik kalau itu sampai terjadi yang artinya nggak mungkin sama sekali nggak mungkin.

.

.

.

Mataku melirik kearah Intan sengit yang sedang tersenyum manis dan menutup pintu mobil berjalan kearah Bayu yang sedang bicara sama anak-anak.

Aku menghela nafas jengkel, mataku melirik kearah dia yang rupanya sedang menatap kearahku dan beralih kearah Andre, jelas aku melihat senyuman misterius terpampang di wajah tampannya, kepalaku rasanya mau pecah memikirkan ini semua, kenapa kakak dan adik ini sangat menyebalkan? dan terlebih lagi semua sohibku ikut andil dalam hal ini.

Katanya ngumpul bareng sama seperti dulu waktu mereka masih SMA dan tentunya aku masih SMP, tapi kenapa?? kenapa sekarang malah ada Bagas?? aku ulangi lagi ya, di sini ada BAGAS, B A G A S dan jangan lupa sama cabenya yang nemplok di lengan Bagas.

Gerah. benar-benar gerah, rasanya tuh aku pengen ngambil gunting taman yang sedang di pegang pak Tardi -penjaga Vila keluarga Andre- dan memotong tangan si cabe yang sedang mengalun indah di lengan Bagas. TUNGGUUU----- kenapa aku meski sebel? bukannya hal yang wajar kalo mereka begitu? mereka kan sepasang kekasih? kenapa aku harus bete dan sebel nggak jelas kayak gini? yatuhan May!!! sumpah demi apa loe itu kenapa sih?

"AWW" pekikku kesakitan merasakan rasa nyeri yang begitu nyata di kepalaku. bukan hanya nyeri tapi juga kepalaku rasanya berputar-putar.

"MAY!" pekikan entah dari siapa aku nggak perduli dan tak lama warna hitam memenuhi retinaku.

AUTHOR Pov

May tergeletak begitu saja di samping buah kelapa yang baru saja jatuh mengenai kepalanya. Joey sang tersangka yang masih nangkring di atas pohon berniat mengambil buah kelapa lagi terpaksa berhenti saat telinganya menangkap pekikan dari arah bawah.

"MAY!" teriaknya histeris dan langsung loncat tak memperdulikan pohon yang tadi ia panjat bermeter-meter tingginya dan membopong tubuh gadis itu yang sudah kehilangan kesadaran.

Andre, Bagas, Bayu, Intan, Dewi dan prita langsung menoleh kesumber suara. mata mereka membelo melihat May yang tak sadarkan diri dalam gendongan Joey.

Mereka ber enam langsung berlari kearah Joey kecuali cewek yang tadi terus menempel Bagas hanya melihat kerumanan itu tanpa minat, wanita itu berdecak sebal mau tak mau ia ikut berjalan kearah mereka hanya untuk menghampiri Bagas yang sedang mengambil alih tubuh May dari joey.

Joey yang melihat itu mengerutkan keningnya, tangannya masih sama seperti tadi waktu menggendong May sebelum tangan lain menarik lengan laki-laki itu membuyarkan semua tanda tanya di benak Joey.

Mereka semua berjalan kedalam rumah mengikuti langkah Bagas yang jelas terlihat betapa terburu-burunya peria itu dengan tatapan yang berbeda-berbeda. tanya, heran, puas dan benci.

Bagas meletakkan tubuh May penuh hati-hati di sofa dan berlari kearah dapur mengambil obat P3k dan kembali berlari kearah gadis yang masih senang di alam bawah sadarnya, dengan terburu-buru dia membuka tutup minyak angin dan di letakkan di hidung gadis itu tak memperdulikan semua tatapan yang ada di sana.

Kepala Bagas beralih kearah Joey menatap peria itu berang, Joey yang melihat tatapan itu menaikkan alisnya sama sekali nggak takut sama aura yang kini melekat di tubuh Bagas.

"Lain kali kalo jatuhin kelapa itu hati-hati, liat dulu kebawah ada orang apa nggak jangan langsung main jatuhin gitu aja, kalo gagar otak gimana? mau tanggung jawab loe?"rentetan perkataan Bagas penuh dengan amarah membuat orang yang ada di sana terkesiap, tapi bukan Joey kalau dia nggak bisa mengendelikan keadaan.

"Kenapa loe marah sama gua? loe cinta sama cewek gua?" tanya Joey yang lagi-lagi membuat orang di sana terkesiap nggak percaya kecuali Bagas yang sudah tau, meski cowok itu nggak tau kalau Joey dan Bagas bukanlah pasangan kekasih asli.

Bagas tak menjawab perkataan Joey, wajahnya beralih kearah May dan mengoleskan minyak angin di hidung, pelipis serta kedua pilingan gadis itu dan memijitnya pelan berharap gadis yang ia sayangi secara diam-diam tersadar dari pinsannya.

Joey tersenyum misterius melihat Bagas yang nggak membalas perkataanya, seharusnya dia menyuruh Bagas berdiri dan membiarkan dia menggantikan posisi laki-laki itu tapi dia masih punya misi lain, misi yang hanya di ketuhi dirinya dan tuhan pastinya.

Andre mengurutkan keningnya yang terasa pening, laki-laki itu heran dengan jalan kehidupan tiga orang itu, dia bingung harus bertindak bagaimana, mungkin kalau dia nggak tau Joey itu kekasih May dia masih berulah, tapi sekarang??---- rasanya sangat sulit untuk di artikan sebuah kata.

Intan menggaruk pelipisnya typikal Intan saat berfikir, gadis itu menatap ketiga orang -Joey, Bagas dan May- bergantian berharap bisa memecahkan masalah apa yang terjadi sekarang. tapi sayang otak cerdasnya yang biasa berjalan lancar kini terasa ngadat. begitu pelikkah kehidupan asmara May?? oh Astaga!! dia sama sekali nggak bisa nemu titik terang.

Dewi merenung, gadis itu menatap Joey heran, kenapa joey bicara seperti itu? bukannya mereka hanya sebatas teman? bahkan dia nggak melihat ada cinta di mata peria itu, meski hanya secuil, mata dewi beralih kearah May, menatap sahabatnya yang masih tertidur heran bukan main, kepalanya menggeleng heran nggak ngerti sandiwara apa yang sedang di buat May, matanya beralih kearah Bagas yang masih berusaha untuk membangunkan May tanpa ada kata yang keluar dari bibir laki-laki itu, kepalanya miring kesamping untuk memastikan aura apa yang sedang di bawa laki-laki itu meski dia bukan peramal yang bisa tau semua arti aura tapi dia cukup tau tentang aura jatuh cinta. jadi dia menyimpulkan kalau Bagas cinta sama May yang sudah di sadari laki-laki itu, untuk May dan Joey? masih terasa ambigu, wanita itu bingung, sepertinya sehabis ini dia harus belajar lebih tentang aura dari suaminya. yah dia harus belajar untuk memecahkan masalah ini.

Prita tersenyum melihat beberapa ekspresi dari temannya, dia menggeleng geli, tangannya mencubit pinggang Joey gemes yang di balas senyuman tak berdosa, yah dari ke empat sahabatnya hanya dia yang tau tentang drama apa yang sedang di lakoni sepupu sama sahabatnya.

Beda Prita beda Bayu laki-laki itu menggembungkan pipinya pertanda dia berfikir keras, nggak mungkin May pacaran sama Joey, kalau May punya pacar gadis itu pasti sudah berkoar-koar untuk menyombongkan siapa pacarnya, apalagi ini Joey, laki-laki yang nggak bisa di ragukan lagi kadar tampannya, bukannya dia Gay, dia normal sangat amat normal, tapi sesama laki-laki dia pasti bisa membedakan mana yang tampan mana yang bukan kan? jiwa ke Intelannya keluar begitu saja, laki-laki ini tersenyum misterius, dia harus menemukan jawaban dari apa yang sekarang terjadi.

Beda orang beda fikiran, seperti wanita yang tadi menggelayut manja di lengan Bagas, wanita itu menatap murka kearah May yang masih pingsan, entah pura-pura pingsan atau pingsan beneran, wanita itu nggak perduli, dalam hatinya dia harus menjauhkan Bagas dari gadis itu, karena gadis itu bisa saja merusak usahanya selama ini yang ingin mendapatkan Bagas, yah dia harus menjauhkan Bagas dari gadis itu, apapun akan dia lakukan asal Bagas menjadi miliknya meski itu artinya dia harus membunuh orang. bibir wanita itu melengkung keatas, senyuman sinis terpampang jelas di wajah wanita itu.

Bagas terus memijit pelan kening May, entah sudah berapa lama laki-laki itu melakukan hal seperti itu, semua orang yang tadi berdiri kini sudah duduk di sofa memusatkan perhatinnya ke arah dua manusia ini, dalam Hati Bagas terus berucap 'Bangun May cepet Bangun, jangan bikin aku khawatir kayak gini, aku mohon!! bangunlah' entah sudah keberapa puluh kali ucapan itu keluar dari hati Bagas.

Perlahan kedua bola mata yang sedikit sipit bergerak dan tak lama terbuka, Bagas menghela nafas lega dan berdiri dari jongkoknya membiarkan May yang menatapnya penuh tanya. Bagas hanya diam dengan wajah datarnya dan berlalu tanpa ada kata yang keluar dari bibir laki-laki itu.

May mengerutkan keningnya, dia merasa bingung dengan sikap Bagas yang aneh kali ini, ah salah, bukan kali ini tapi selama ini, tapi tetep saja kali ini Bagas terasa sangat aneh, bagaimana tidak, pertama kali yang di liat gadis itu saat membuka mata adalah wajah khawatir bagas terus tak lama wajah itu berubah datar, heeyy!! siapa yang nggak akan bingung kalau di kasih tatapan seperti itu?.

"Loe udah sadar?!" perkataan Joey di susul tubuh menjulang yang berdiri di sampingnya tempat ia tidur membuyarkan semua pertanyaan tak berujung mengambang begitu saja.

May mengangguk sebagai jawaban tak ada niatan untuk beranjak dari tidurnya, gadis itu malah membalikkan badanya menatap punggung sofa dan kembali memejamkan matanya membiarkan semua orang yang ada di sana menganga takjub sekaligus heran.

Andre bangun dari duduknya dan menggenggam jari May menariknya menyuruh May untuk bangun, tapi gadis itu tak menggubris membiarkan Andre menarik-narik tangannya.

"Bangun kebo, kita kesini bukan untuk tiduran, wooyyy May Kebooo bangun. males amat sih loe jadi orang" kata Andre geram dan terus menarik tangan May.

"Eh udahlah Ndre, palingan kepala dia masih pusing, biarin aja." kata Joey kalem tapi terdengar jelas kalau laki-laki itu membela May. Bagas yang ada di dapur dengan wanita yang entah siapa namanya seketika gondok.

"Tapi nggak bisa gitu donk Joey, kita kesini kan mau refreshing!" kata Andre nggak terima sama pembalaan Joey.

"Ya tapi mo gimana? nyatanya dia nggak mau?!"

Andre mendengus dan melepaskan genggamannya dari tangan May kasar namun tak selang lama laki-laki itu menarik tubuh May mengangkut tubuh gadis itu di taruh di pundak kanan.

"AAAAAKKKK Andreeeee!" pekikan 8 oktaf May tak terelakkan keluar dari bibir gadis itu. "Andreee turunin guaaaa!!" sambung May Meronta menggerakan semua tubuhnya namun Andre tak menggubris, laki-laki itu berjalan keluar kearah kolam renang.

BYUUURRRR

"ANDREEEEEEE!" suara deburan air di susul teriakan yang memekakan telinga cukup mengambarkan apa yang di lakukan Andre terhadap May.

Prita, Dewi, Intan, Bayu dan Joey menggelengkan kepala heran, sedangkan Bagas masih setia di dapur mencoba berusaha untuk bersikap biasa saja meski kakinya gatal ingin berjalan menghampiri May dan menolong gadis itu.

"Mangkanya jangan malas!"ucapan tak bersalah keluar dari bibir Andre, laki-laki itu malah pergi meninggalkan May yang bersungut-sungut dan mencoba keluar dari air di bantu Joey.

Dalam benak gadis itu terus menyumpah serapahi Andre dan mengabsen satu persatu binatang dalam hatinya. Joey mendekap tubuh May dalam tubuhnya mengurung tubuh May yang basah membuat sebagian kaos yang di kenakan laki-laki itu ikut basah berjalan kearah Dapur di ikuti sama yang lainnya kecuali Andre, karena laki-laki itu sudah pergi entah kemana.

"Gua nggak bawa baju, gimana nih?"tanya May semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Joey, gadis itu menggigil kedinginan, padahal di luar hujan lebat yang entah sejak kepan -gadis itu nggak tau- tapi dengan teganya Andre menyeburkannya kedalam kolam renang yang nggak bisa di bayangkan berapa derajat di kolam renang itu.

"Kenapa nggak bawa? emang loe nggak tau kalau bakal tidur di sini?" pertanyaan Joey mempu membuat mata May melotot maksimal, bahkan kalo gadis itu terus-terusan memelototkan matanya kayak gitu bisa di pastikan matanya akan keluar menggelinding.

"Kenapa nggak ada yang ngasih tau gua kalau bakal nginep?"tanya May tak habis fikir, matanya jelalatan menatap Intan yang tadi menjemputnya di rumah.

Intan memutar kedua bola matanya melihat tatapan menuduh dari sahabatnya "Loe nyalahin gua? salahin diri loe sendiri, suruh siapa di ajak bicara hanya diem nggak nyahut."

May mengerutkan keningnya "Masak sih? emangnya loe bicara kek gimana dan pas di mana?"

Lagi Intan memutar kedua bola mata typikal Intan saat malas sekaligus sebal di waktu yang bersamaan "Hari ini nginep May, loe nggak bawa baju? gua tanya pas loe turun dari tangga, tapi elonya malah diem aja dengan tatapan entah kemana"jawab gadis itu cuek.

May mengerutkan keningnya, berusaha mengingat apakah dia mendengar perkataan Intan tadi? tapi hasilnya nihil, gadis itu sama sekali nggak bisa ingat. haruskah dia menyalahkan Intan yang mememberitahu perihal sepenting itu saat dia melamun? atau dia harus menyalahkan dirinya sendiri yang melamun nggak jelas seperti tadi sampai nggak tau kalau Intan memberi tau info sepenting itu?.

"Ya seenggaknya loe kasih tau gua lagi waktu gua udah nggak ngalamun!!"kata May sebal, Intan tak kalah sebelnya, kalau dia nggak ingat gadis di hadapannya ini adalah sahabatnya mungkin dia sudah menggorok leher May sadis.

Bisa-bisanya May nyalahin dia? sudah jelas-jelas gadis itu yang salah, bahkan Intan juga memberitahunya saat mobil yang di kendarainya itu melangkah keluar dari rumah May, tapi apa respon gadis itu? gadis malah asyik tenggelem dengan fikirannya sendiri. bolehkah dia memakan manusia yang masih hidup?

"Yaudah-yaudah nggak usah berantem, masak ginian aja berantem, loe tunggu di sini aja gua ambilin baju"lerai Joey.

Intan mendesah pasrah, untung saja Joey membuka suara kalau nggak dia nggak tau apa yang akan di lakukan tangannya saat ini, mungkin dia akan mencekik May sampai tewas dan memakan dagingnya, atau dia akan langsung memakannya? saking sebelnya Intan sama gadis di hadapannya yang sedang memanyunkan bibir dan duduk di kursi dapur yang lumayan jauh dari jangkauan Bagas.

"Mangkanya kalo orang bicara itu dengerin baik-baik, jangan asyik pacaran sama dunia khayal loe"kata Intan menonyor kepala May.

May hanya mendengus dan semakin memanyunkan bibirnya tak ada niatan untuk membalas toyoran Intan, tubuh gadis itu benar-benar menggigil bahkan dia berusaha sekuat mungkin agar giginya nggak saling menyatu, meski begitu tubuhnya yang menggigil terlihat jelas di mata semua orang. ini semua salah Andre, dasar sahabat nggak berperi kesahabatan.

Intan melepas sweter yang ia pakai dan meletakkan di tubuh May, mungkin sweternya nggak bisa menghilangkan kedinginan May tapi setidaknya sweter ini mampu menghangatkan meski nggak seberapa.

Gadis itu nggak merespon, dia sibuk mengeratkan pelukan tangannya di di tubuhnya sendiri sembari berharap semoga Joey cepat kembali, sungguh dia nggak tahan sama dingin, apalagi hujan di luar semakin deras.

"Nih"kepala May mendongak menatap kaos peria dan jaket terulur di hadapannya, matanya beralih menatap sang empu dan seketika rasa bingung sekaligus shok kembali menyergapnya. "pakai aja, dari pada loe hitermia, jarak dari sini ke kamar cowok loe lumayan jauh"sambungnya masih dengan wajah dingin.

Mata May mengerjap berkali-kali berusaha mengenyahkan bayangan aneh, tapi meski berapa kalipun dia menutup dan membuka matanya baju sekaligus orangnya masih berdiri di hadapannya, berarti ini bukan mimpi atau halusinasi.

"Loe mau apa nggak?"tanya laki-laki itu ketus.

Dengan berat hati May mengambil alih baju itu dan berjalan kearah WC di dapur dengan beribu pertanyaan kembali mampir di benaknya, pertanyaan yang nggak bisa di jawab olehnya sendiri.

>>>>>>>

hayoooo siapa yang ngasih May baju tuh?? sepesial untuk part ini aku kasih rada panjangan, bukan radak emang panjang banget, gimana?? siapa yang tadi berhenti dulu bacanya waktu kelelahan? hayo ngaku-ngaku.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top