May Boss 25- Penyiksaan Bagas

Hay para readersku yang cantik dan caem". aku mau nanya dong. gini, akukan dapat usul dari salah satu readers yang baca cerita ini, dia bilang judulnya kurang pas buat cerita ini, nah yang jadi pertanyaanku sekarang, enaknya di ganti judul apa ya?? jujur aja ya. aku pusing mikirin hal kayak gini. bingung mau kasih judul apa. yah kalo di piker-piker si do'i emang bener sih, judulnya kurang pas. kalo ada saran buat judul ini, kasih tau aku ya. makasih. ah ya. dan epilog ini gaje-nya kebangetan. di sini aku hanya buat cerita tentang keinginan si May yang luar biasa absurdnya. over all. happy ready. Muach. kiss jauh.

>>>>>>>>>>

"Bagas aku mau Chery."

Mata yang sedari tadi terfokus ke computer, tangan yang sedari tadi menari-menari di kerbord Kontan berhenti, kepalanya menoleh kearah May yang sedang mengerucutkan bibirnya, tangannya mengelus-ngelus perutnya yang sedikit membuncit dengan tatapan nggak percaya. Chery? yatuhan!! cobaan apalagi ini?.

"Sayang mau beli di mana Cheri? di sinikan kan jarang ada Chery sayang, yang lain aja"

May kian mengerucutkan bibirnya, matanya berkaca-kaca dan tak lama setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Bagas gelagapan melihat May yang kian mengeluarkan air mata, peria itu berdiri dari duduknya dan mengusap air mata di kedua pipi wanitanya.

"Jangan nangis dong yang, kok malah nangis sih. mau Chery? iya nanti aku beliin Chery, tapi jangan nangis kayak gini sayang"

"Nggak mau nanti, maunya sekarang, beliin sekarang, pokoknya sekarang!!"kata May menghentakkan kaki kelantai.

Bagas mendesah berat, kedua matanya tertutup dan kembali terbuka, "yaudah aku beliin dulu, tapi kalo nggak ada jangan marah ya yang?"

Kepala May menggeleng cepat "nggak mau. kalau nggak ada kamu nggak boleh pulang"kata May berjalan keluar dari ruangan kerja suaminya dengan langkah yang menghentak. Bagas menganga mendengar penuturan istrinya. mau cari Chery di mana? ini belum musimnya, walaupun saat musimnya buah itu kan jarang ada di Indonesia, mau di supermarket ataupun pasar. Gila!! dia bisa gila kalau kayak gini terus menerus.

Dengan langkah gontai Bagas mengambil kunci mobil di sebelah Komputer dan melangkah keluar dari ruangan kerjanya, matanya menoleh kearah ruang TV di mana May sedang menonton TV dengan bibir manyun beberapa centi, langkahnya berjalan mendekat kearah May dan mencium kening istrinya sayang.

"Aku jalan dulu ya, kamu jangan kemana-kemana"

May mengangguk tanpa minat menjawab perkataan suaminya. Bagas kembali menghela nafas pasrah. Chery? buah itu sekarang masuk kedalam blacklist buah-buahan kebenciaanya sekarang.

.

Entah sudah berapa lama Bagas memutari kota Jakarta yang padat, dan entah sudah berapa puluh kali Supermarket yang ia datangi untuk mencari buah Chery, matanya jelalatan ke trotoar mencoba mencari pedagang kaki lima yang mungkin saja menjual buah laknat tadi, namun keberuntungan belum berpihak kearahnya. dia harus terpaksa pulang ke apartement dengan keadaan tangan kosong.

Sesampainya di Apartement ternyata May masih duduk di tempatnya tadi, kepalanya mendongak menatap Bagas penuh harap namun tak selang berapa lama matanya berubah sendu, air mata kembali mengalir di kedua pelupuk matanya, dengan segera Bagas duduk di samping istrinya menghapus air matanya dengan lembut.

"Maaf sayang, aku udah muterin Jakarta tapi nggak ada yang jual"

May menyentakkan kedua tangan Bagas dari pipinya dan berdiri dari duduknya "Aku nggak mau tau, pokoknya harus ada, kalau nggak ada kamu nggak boleh tidur di kamar"katanya berlalu dari hadapan sang suami dan menutup pintu kamarnya sedikit keras, tak lupa menguncinya dari dalam. Bagas mendesah kesel.

"Sial!!"makinya yang entah di tunjukin siapa.

.

Bagas terbangun dari tidurnya yang nggak nyenyak sama sekali, semua tulang di tubuhnya seakan bergeser, malam ini malam kesekian Bagas tidur di sofa ruang TV tanpa selimut seperti biasanya, May benar-benar kejam selama hamil.

Kedua tangannya di rentangkan keatas, kepalanya bergerak kekanan dan kekiri mencoba menghilangkan rasa pegal yang menjalar keseluruh tubuhnya, dengan lemas dia berdiri dari duduknya berjalan kearah kamar dengan keadaan yang masih mengantuk.

"Bagasss"seru suara merdu di samping kirinya membuat Bagas menoleh dan melihat istrinya sedang tersenyum bahagia. keningnye berkerutan, firasat buruk mulai memenuhi otaknya, hatinya berdentum nggak karuan. "Aku mau Wedang Ronde"

JEDAR. bagikan halilintar di musim kemarau perkataan May mampu membuat Bagas menganga shok. Wedang Ronde? pagi hari? mana ada yang jual wedang ronde pagi-pagi gini? yatuhan!! perasaan waktu Gladys hamil Ita wanita itu nggak segininya, Gladys bahkan cendrung manja kearahnya, namun sekarang? oh ya tuhanku.

"Kamu yang bener aja dong May, ini udah pagi, dan kamu minta wedang Ronde? apa-apaan kamu ini?"Tanya Bagas kesal.

May menundukkan kepalanya, tangannya saling melilit dan tak lama isakan keluar dari bibir wanita itu. Bagas berdecak kesal. dengan pelan dia merengkuh tubuh istrinya, memeluknya hangat dan sesekali mencium puncuk kepala istrinya yang sedang menangis di dalam dadanya yang bidang.

"Maaf yang, tadi aku nggak maksud buat ngebentak kamu, aku tad..."

"Tapi kamu ngebentak aku hiks"kata May di sela isak tangisnya.

"Maaf sayang, aku gak maksud tadi, aku hanya kesel aja..."

"Oh jadi kamu kesel sama aku?"Tanya May melepaskan pelukan Bagas dan mendorong dada prianya menjauh "Yaudah kalo kamu kesel, kamu cari aja istri yang lain, pulangin aku sama bundaku"sambung May berlalu dari hadapan Bagas menghentak masih menangis, Bagas mendesah berat, kedua tangannya mengacak rambutnya dan berteriak kencang.

.

"Bagas aku mau Buah Putao atau Jomblang"

Ciiiitttt

Mobil yang di tumpangi Bagas berhenti mendadak, kepalanya menoleh kearah May yang sedang mengelus perutnya dan bergantian menatap Bagas sebal.

"Kok main berhenti-berhenti aja? kalau anakku jantungan gimana?"semprotnya masih mengelus perutnya yang sudah membuncit.

"Kamu yang bener aja dong yang!! Putao kan udah langka. siapa yang jual buah itu di sini?"tanya Bagas geram bukan main. tanpa memperdulikan perkataan May sebelumnya.

Seperti biasa. senjata yang akan di lakukan May saat Bagas membentaknya atau nggak mau membelikan apa yang dia inginkan. menangis. satu kata itu jurus terampuh buat ngeluluhin Bagas.

Bagas mengacak rambutnya Frusrtasi. buah Putao? buah yang kaya akan vitamin A dan C ini buah yang termasuk langka di Indonesia, ah bukan hanya Indonesia bahkan Filiphine juga, buah yang terkenal dengan rasa sepet ini berhasil membuatnya seperti orang gila.

Bukannya dia nggak mau membelikan buah itu, tapi... dimana dia harus membelikan buah itu? kalau ada yang menjualnya dia pasti akan beli meski harganya sangat fantastis, tapi permasalahannya. siapa yang menjual dan di bagian bumi belah mana?? dia nggak tau.

"Udah-udah Yang. kamu jangan nangis. nanti aku orang suruhanku untuk beliin buah Putao ya"kata Bagas mencodongkan tubuhnya kearah May dan mengelus rambut wanitanya sayang

"Janji beliin?"Tanya May mendongak menatap suaminya yang sedang mengangguk serta senyuman tipis hadir di kedua sudut prianya. melihat kepala Bagas yang mengangguk May membalas pelukan prianya tak kalah erat.

.

"Ayo ding di makan, kalau Kamu nggak mau makan aku nggak mau tidur sama kamu selamanya"kata May menyodorkan buah Putao yang baru datang dari India, kiriman dari keluarga Erik yang sedang tour mengelilingi dunia.

Bagas mendesah melirik buah Putao yang disodorkan May dengan tatapan Enggan, dia benar-benar benci sama buah yang rasanya sepat, apalagi buah Putao, biasanya orang jaman dulu kalau mau makan buah Putao di campur garam sama gula lalu aduk untuk mengurangi rasa sepat buah itu, meski begitu, rasa sepatnya masih ada, tapi sekarang?? May menyodorkan buah itu kearahnya tanpa kasih garam atau gula, langsung fresh, bahkan tanpa cuci, istrinya memang benar-benar berniat untuk membalaskan dendamakannya dulu. mungkin bukan istrinya yang ingin balas dendam, tapi anak yang sedang di kandung.

"Ayo Gas makan, kalau kamu nggak mau makan kasian anakmu, nanti ileran loh. Ita saying mau nggak punya adek yang suka ileran?"tanya May beralih menatap Ita yang sedang menatap buah Putao bingung.

Mendengar namanya di sebut gadis manis dan lucu itu mendongak menatap mamanya bingung, namun kepalanya masih mengangguk lucu, mencoba memahami apa yang terjadi meski dia sendiri bingung dan nggak tau menau soal perkataan mamanya.

"Tuhkan Gas. ayo dong di makan, kasih nanti anakmu di Bully sama-sama temennya karena ileran"

Bagas mendesah pasrah. ini kenapa berakhir pada pembuly-an sih?. Dengan enggan Bagas mengambil buah itu dan perlahan memasukkan kedalam mulutnya, May menanti dengan penuh harap melihat reaksi apa yang di berikan suaminya. tak lama Bagas mengunyah buah Putao perianya langsung berlari kearah wastafel memuntahkan semua isi di perutnya. May terbahak melihat suaminya, tangannya mengelus perutnya yang sudah membesar. Bagas terus muntah-muntah di depan wastafel.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top