8

Kecepatan suara memang sangat mengerikan. Gosip tentang kapten tim voli laki-laki yang mengirim surat cinta kepada seseorang, menyebar dengan cepat. Entah bagaimana kabar tersebut bisa sampai ke telinga tukang gosip sekolah.

Ada yang mengaku sebagai saksi mata kejadian tersebut; dimana ia melihat sang kapten berjalan menuju loker dengan membawa serta benda yang disimpulkannya sebagai surat cinta. Dan cerita seperti itulah yang sudah tersebar saat ini. Bahkan ada yang sampai melebih-lebihkan cerita tersebut. Namun, saksi mata tersebut tidak bisa mengungkap loker siapa yang dituju sang Kapten.

Tentu saja kabar itu telah sampai ke telinga para anggota klub voli. Namun tak ada respon yang berarti.

Tidak mungkin Bokuto mengirim surat cinta kepada seorang gadis.

Begitulah isi pikiran anggota klub senior.

Lain anggota voli, lain juga para fujoshi dan penggemar Bokuto. Mereka begitu panik, mereka tidak ingin sakit hati karena Bokuto dimiliki perempuan lain. Dengan rincian, penggemarnya ingin Bokuto tetap jadi milik mereka, dan para fujoshi ingin Bokuto memiliki dan dimiliki hanya oleh Akaashi Keiji.

Lantas, bagaimana dengan penerima surat sebenarnya?

Seperti biasa, Akaashi datar-datar saja dengan situasi seperti ini. Kabar ini akan segera berlalu, pikirnya.

Akaashi sama sekali belum bertemu dengan Bokuto. Terakhir kali di ruangan klub saat kejadian dimana ia memeluk Bokuto. Ah, tidak. Muka Akaashi kembali memanas karena mengingat kejadian itu.

"Akaashi! Apa yang sedang kau pikirkan?"

Akaashi menoleh, dan melihat wajah berseri-seri gadis yang rambutnya dikepang samping.

"Ah, si pemimpin fujoshi kelas."

"Eum, tidak ada yang berarti. Aku sedang merindukan klub voli," ujar Akaashi.

Mata gadis itu berbinar menatap Akaashi. Ia segera duduk di bangku depan lalu berhadapan dengan lelaki datar itu.

"Akaashi Keiji-sama.." gumam gadis itu dengan suara sedikit bergetar. Sesaat kemudian, gadis itu menggenggam tangan Akaashi. Akaashi sedikit terkejut dengan ekspresi datarnya.

"Aku tau, kau pasti merindukan klub volimu. Aku tau pasti apa dan siapa yang kau rindukan. Katakan, Akaashi Keiji-sama! Kau merindukan Bokuto-san, kan?!"

Diam-diam Akaashi membenarkan. Ia memang merindukan Bokuto. Apakah rasa rindunya itu kentara?

"Kau dapat suratnya? Kau sudah membacanya, kan? Apa isinya? Ah, pasti sangat romantis, bukan," gadis itu terus berceloteh panjang lebar tanpa mempedulikan ekspresi datar yang diberikan lawan bicaranya.

"Percayalah, Akaashi Keiji-sama. Bokuto-san sangat sangat mencintaimu! Dan kami akan selalu mendukung kalian dengan sepenuh hati."

Selesai. Akhirnya gadis itu pergi.

Akaashi tersentak.

Surat? Apakah surat itu ulah dari si pemimpin fujoshi?

Akaashi merogoh sakunya untuk mengeluarkan benda pipih berbentuk persegi miliknya dan dengan segera, jari-jarinya mengetik sesuatu disana.

To: Bokuto-san

Bokuto-san. Ayo bertemu sepulang sekolah! Aku menunggumu di gerbang.

~~~

Akaashi pov.

Benar kata kebanyakan orang,

Waktu terasa lambat saat sedang menunggu.

Sudah lima menit berlalu, tapi belum ada tanda-tanda Bokuto-san. Mungkin dia ada keperluan mendadak. Atau kemungkinan terburuk dia melupakanku.

Aku tidak akan sedih jika seandainya dia memang melupakanku. Aku hanya akan kesal.

Ponselku bergetar kecil. Di layar muncul sebuah pop up beserta nama Komi-senpai. Dia mengirim sebuah gambar ke grup dengan keterangan

Selamat menikmati piket sendirian, Kapten.

Aku segera menuju kelas Bokuto-san. Sekarang aku tau pasti, apa yang membuatnya terlambat menemuiku.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke ruang kelas Bokuto-san yang terletak di lantai dua. Aku bisa melihat wajah lelah Bokuto-san dengan rambut spiky-nya yang terlihat sedikit berantakan dari biasanya.

Oke, aku suka memperhatikan hal-hal kecil yang tak cukup penting.

Ku lihat ada Komi-senpai juga yang sedang asik memainkan ponselnya. Pemandangan yang memilukan.

Aku hanya menyapa Bokuto-san. Aku sengaja.

"Nice, Akaashi-kun! Kau sudah berani mengabaikanku,ya."

"Komi-senpai? Ku pikir hanya Bokuto-san yang ada disini. Sebab, kulihat hanya dia yang terlihat mengenaskan."

"Hidoii, Akaashi!" Bokuto-san terlihat geram.

Padahal aku sedang memihaknya, tidak tau terima kasih.

"Ingin kubantu?" tawarku kepada Bokuto-san. Matanya berbinar, lalu dengan segera mengambil kain pel juga kemoceng.

"Kau ingin yang mana, Akaashi?" tanyanya.

"Kau.."

"Hah? Aku?"

"Ya. Kau bagian lantai, Bokuto-san."

Aku lalu meraih kemoceng yang ada di tangan kanannya dan melangkah ke arah jendela.

Aku melirik Komi-senpai yang bergerak meninggalkan kelas sampai akhirnya menghilang. Sekarang aku bisa bicara dengan Bokuto-san.

"Bokuto-san?"

"Hm."

"Surat itu..."

"Aku yang menulisnya. Bagaimana? Kau suka?"

"Hmm, y-ya."

"Itu hasil pemikiranku. Fujoshi hanya menyumbangkan kertas dan amplopnya."

Dasar Bokuto-san tidak modal.

"Oke. Sepertinya sudah terklarifikasi," ujarku sambil memandang Bokuto-san yang juga menghentikan kegiatannya.

"Jadi..." Dia memandangku dengan kalimat menggantungnya.

"Kau mengajakku bertemu hanya untuk membahas ini?" Aku mengangguk. Karena memang hanya ini yang ingin aku bahas.

Ia bergegas merapikan peralatan piketnya lalu menyambar tas sekolahnya.

"Aku sudah selesai." Ia pergi dan menghilang begitu saja.

Salahku apa?

~~~
Author.pov

"Aku ingin berubah!" Monolog Bokuto.

"Setidaknya sampai pelatihan musim panas cukup untuk masa trial ku."

Bokuto terdiam sejenak dan mengacak rambutnya frustasi.

"Apa alasanku ingin berubah?!" Bokuto bimbang. Pernahkah kalian merasa bimbang tapi tidak tau kenapa? Mungkin kalian hanya tidak ingin menerima alasan sebenarnya, dan berujung pada ketidaktahuan.

Begitulah yang Bokuto rasakan saat ini.

Ponsel Bokuto bergetar menampilkan nama Akaashi. Ia terlalu malas untuk menerima telpon dari siapapun, termasuk Akaashi. Bokuto membiarkan ponselnya begitu saja, dan getaran itu pun berhenti.

Bokuto melirik ponselnya kembali, terdapat pesan suara disana. Bokuto membukanya.

Maaf, Bokuto-san.

Bokuto tersenyum miring.

"Tidak ada salahnya, kan, berubah untuk seseorang yang kucintai?"

TBC

Aku tu ga romantis :'')
Vote, comment ;)
Update MY tiap udh 20+ votes yaaaa

Lopyuminna💙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top