6

"Koutarou-kun! Kegaduhan apa lagi yang kau timbulkan?"

Suara lembut Suzume terdengar tegas ketika membuka pintu kamar putra tunggalnya. Kamar putranya begitu berantakan. Pakaian tertumpuk diatas tempat tidur, pintu lemari yang terbuka lebar, majalah-majalah fashion yang bertebaran. Entah apa yang dilakukan putra ajaib nya itu.

"Oh, hai Ibu! Anakmu ini sedang fitting pakaian lho!" seru Bokuto.

Suzume menghela napas. Fitting  apa yang dimaksudnya? Ini lebih seperti 

Mari Membuat Ibu Marah Challenge.

"Kau ingin menghadiri acara apa? Tenang saja, sayang. Kau akan terlihat cocok dengan pakaian apapun. Kau hanya perlu menyesuaikan dengan acaranya," ujar Suzume sembari mengelus pipi putranya.

Bokuto berpikir sejenak.

"Pakaian apapun? Bahkan jika itu karung, akan terlihat cocok padaku?"

Pertanyaan Bokuto membuat ibunya tersenyum miris. Suzume menyesal jarang mengonsumsi salmon segar pada masa kehamilannya.

"Kou-kun, karung tidak termasuk pakaian."

Bokuto mengangguk. 

Suzume kembali bertanya tentang acara yang mengharuskan putranya untuk memilih serta mencocokkan pakaian yang akan digunakannya. 

"Aku akan berjalan-jalan dengan Akaashi sore ini, Bu!" seru Bokuto tanpa ragu dan malu. Lalu ia menceritakan bagaimana janji itu bisa terbentuk.

Awalnya, Bokuto bingung. Bagaimana cara agar ia bisa menghabiskan akhir pekannya dengan Akaashi. Akaashi sepertinya tidak memiliki akhir pekan yang berkesan. Oleh karena itu, Bokuto ingin mengajaknya jalan-jalan. Karena  akhir pekan Bokuto juga tidak terlalu berkesan. Dan pada akhirnya, Bokuto menemukan cara yang menurutnya paling keren dan tidak biasa.

"Hmm.. Weekend date, begitu?" 

"Ibu!!!"

Wajah Bokuto memerah. Suzume tertawa karena sukses menggoda putranya tersebut.

***

Di lain tempat.

Akaashi sedang menikmati akhir pekannya di kamarnya. Akaashi biasa menghabiskan akhir pekan dengan menikmati koleksi manga yang dimilikinya. Terkadang ia juga menikmati manga online jika ia belum membeli manga  terbaru.  Akaashi juga suka menonton berbagai macam tontonan, dari film barat, anime, sampai film disney . Tak heran bila di laptopnya terdapat berpuluh-puluh folder tontonan. Dan tak lupa dua buah hard disk yang berisi tontonan lawas yang telah Akaashi nonton ratusan kali.

Akhir pekan kali ini, Akaashi memilih untuk menonton anime yang baru ia download, yaitu "Yuri on Ice". Ia biasanya mencari rekomendasi anime di internet dan mengunduhnya. Opening  anime tersebut membuat Akaashi langsung jatuh cinta. Ia pun semakin bersemangat menonton anime tersebut.

Anime tersebut menceritakan tentang seorang pemuda yang ingin pensiun dari dunia Ice skating, namun urung setelah idolanya datang dan mengatakan bila ia akan menjadi pelatih pemuda tersebut. Menurut Akaashi, anime tersebut agak vulgar karena menampilkan sebagian besar tubuh atletis dari si pelatih. Dan perlakuan si pelatih kepada si pemuda sedikit agak err... intim?

Kegiatan Akaashi terinterupsi oleh getaran ponselnya yang menandakan adanya pesan masuk.

From : Captain Bokuto

Akaaaaaashiiiiii! Kau sedang apa? Kau tidak lupa janji kita sore ini, kan?

Janji?

Oh, astaga. Sepertinya Tuan Keiji kita terbuai dengan tontonan barunya. Ia buru-buru mematikan laptopnya dan segera bersiap-siap karena waktu janjiannya dengan Bokuto tinggal satu jam lagi. Tak lupa, ia terlebih dahulu membalas pesan Bokuto.

To : Captain Bokuto

Aku sedang bersiap-siap. Tentu saja aku ingat, Bokuto-san.

"Ah, bagaimana mungkin aku bisa lupa?" Gumam Akaashi sebelum masuk ke kamar mandi.

***

"Bokuto-san," seru Akaashi. Namun seketika pergerakannya terhenti karena melihat penampilan Bokuto.

Sosok menyebalkan sama sekai tidak tercermin dari penampilannya sore ini.

"Keren," gumam Akaashi dengan semburat merah di kedua pipinya.

Akaashi terlalu asyik melamun, atau mungkin menikmati pemandangan langka di depannya tanpa berkedip. Ia tidak menyadari bahwa Bokuto sedang memperhatikannya dan mendekat.

Bokuto bingung, Akaashi terlihat aneh.

"Oho? Akaashi? Kau kenapa?"

Tersadar. Akaashi segera mengedipkan kedua matanya dan menggeleng pelan.

"Bokuto-san, aku tidak apa-apa. Kau sudah lama menunggu?"

Akaashi saat ini berusaha keras untuk menyembunyikan rona di wajahnya dan juga degup jantungnya. Ia tidak mau salah tingkah di depan Bokuto.

"Belum lama, tidak sampai sepuluh menit. Ayo, kita ke toko buku," ujar Bokuto sembari menarik tangan Akaashi agar lelaki datar itu bergerak.

Akaashi melihat tangannya yang sedang digenggam erat oleh Bokuto. Oh, tidak lagi. Jantung Akaashi tidak dapat berdetak dengan normal. Bagaimana caranya agar genggaman ini bisa terlepas? Ah, Akaashi tidak dapat berpikir jernih sekarang.

Tiba-tiba, langkah Bokuto terhenti. Begitu pula dengan Akaashi.

"A-ada apa, Bokuto-san?"

Bokuto melihat tangannya dan tangan Akaashi yang saling bertautan, lalu ia tersenyum geli.

"Akaashi, sampai kapan kau akan terus menggenggam tanganku? Kau seperti anak hilang saja. Hahaha,"

Bokuto tertawa keras. Akaashi buru-buru melepaskan tangannya dari tangan Bokuto.

Wajah Akaashi yang datar terlihat semakin datar karena sikap Bokuto barusan.

"Ayo, kita jalan lagi!" Seru Bokuto.

"Sabar Akaashi. Kau hanya perlu melupakan kejadian yang barusan. Kau harus mengerti bahwa, Bokuto-san itu memang seperti ini"

***

"Akaashi! Kenapa tidak ada manga yang seperti milikmu? Kita bahkan sudah mengelilingi toko buku ini berkali-kali,"

Bokuto dan Akaashi mencari manga "In Onsen We Meet", seperti milik Akaashi yang dijatuhkan Bokuto di kolam ikan sekolah. Bokuto pura-pura tidak sengaja melakukannya. Itu adalah cara keren menurutnya untuk mengajak Akaashi berjalan-jalan.

"Sudah ku bilang. Kau tidak perlu menggantinya, Bokuto-san," ujar Akaashi tenang.

Bokuto menggeram pelan dan matanya tertuju pada salah satu manga yang berada disamping kirinya. Bokuto mengambil manga tersebut dan membuka asal halamannya. Mata Bokuto berbinar. Mulutnya sudah terbuka untuk memanggil Akaashi, namun Akaashi terlihat sedang serius melihat-lihat manga terbaru.Bokuto berjalan cepat menuju kasir untuk membeli manga seperti yang sedang ditangannya.

Setelah mendapat manga yang baru, Bokuto segera menghampiri Akaashi.

"Kau kemana saja Bokuto-san?" Akaashi sedikit khawatir karena terpisah dari Bokuto di toko buku yang luas ini.

"Aku menemukannya! Judulnya memang berbeda namun ada onsen didalamnya, dan mereka bertemu di onsen itu!" Seru Bokuto lalu menyodorkan plastik putih kecil berisi sebuah manga.

Akaashi mengeluarkan manga tersebut dari plastik untuk melihatnya.

"Yu-ri on... ice?"

Bokuto mengangguk. Menurutnya, manga itu tidak beda jauh dari "In Onsen We Meet".

Akaashi terpaku menatap manga ditangannya.

"Arigatou ghozaimassu, Bokuto-senpai" ujar Akaashi dengan senyuman langka dan mata teduhnya yang menatap lembut ke arah Bokuto. Dan satu lagi, Akaashi memanggil Bokuto dengan imbuhan 'senpai'.

Hmm.. sepertinya ada yang mabuk kepayang karena Akaashi sekarang.

TBC

Huwohoho, ini apaan? :)

Minta 20 votes buat lanjut boleh ga? Bisa lebih kok hehe.

Reader : ini org ngemis bgt dah.

Gw ga ngemis, cuma minta :v

btw, ada yg suka yuri on ice ga? gw si suka bgt. <3

Inspirasi gw deres setelah main main ke pinterest. Terimakasih pinterest <3

Oya, buat kalian yg minat jdi temen onlen gw, sok atuh dm :'v kalaew gaminad sih gapapa. Hari ini gw ngemis bgt dh.

Yasudah itu ajah. Bye! Ig gw : @fujoshi.pper




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top