⛓️🔪1🔪⛓️

             Di sebuah kamar yang bernuansa biru tua, atau lebih ke gelap, terdapat seorang pemuda yang bersenandung ria di sana, meski kamar itu bukanlah kamarnya.

"Du dudu dudu ... 🎶 Hm, menarik. Ternyata kakakku suka yang seperti ini juga." ucap pemuda tersebut, Naruto. Dia berbicara kepada dirinya sendiri, sambil melihat sebuah  video horor di laptop yang terkesan sadis(?).

           Dia terus melihat isi laptop kakaknya, bahkan tanpa izin dari sang pemilik. Namun saat video itu menayangkan seorang anak kecil yang meminta tolong untuk tidak dibunuh, Naruto ikut ketakutan dan berkeringat dingin, sang pembunuhnya terus mendekati anak kecil itu dan terus menanyakan, 'apa yang kau lakukan di sini, anak kecil? Apa kau tersesat? Tidak seharusnya kau berada di sini," Naruto memeluk dirinya sendiri ketika sang pembunuh itu semakin dekat. Tapi ...

"Apa yang kau lakukan di sini, anak kecil? Apa kau tersesat? Tidak seharusnya kau berada di sini." ucap seseorang di belakang Naruto dengan seramnya, sama seperti di dalam video yang ditonton.

'Astaga, apa dia nyata?' batin Naruto ketakutan, namun sedetik kemudian.

"Aaaaaaaaa!!!!" Naruto berteriak dan menutup matanya.

"Ahahahaha! Kau sangat lucu."

"Eh?" Naruto melirik ke belakang, dan ternyata ... itu kakaknya. "Bang Menma!!!" Teriaknya dan memukul tangan kakaknya itu.

"Aduh-aduh, maafkan aku. Tolong berhenti, nanti minumanku tumpah." ucap Menma, kakaknya Naruto. Dia berusaha menjaga gelas yang berisi minuman tersebut agar tidak jatuh.

"Makannya jangan ngagetin Naru! Tadi Naru takut tau!" Naruto mendengus kesal dan membuang mukanya.

"Ululuu ... Adikku marah, mau jus? Ini jus strawberry loh~"

"Mau~" ucap Naruto memberikan tatapan memelas.

"Ceh! Mudah berubah," gumam Menma, "ambil aja di dapur," lanjutnya dan meminum jus miliknya.

            Dengan cepat Naruto beranjak dari kursinya dan menuju dapur, namun saat di ambang pintu dia berhenti dan berbalik.

"Bang Menma yang ganteng, Adik Abang yang cool, imut, lagikan manis ini ingin minta maaf, karena gak izin masuk kamar Abang dan membuka laptop."

"Hm, "

"Ceh! Dibalas gumaman 'aja, dasar!" ucap Naruto dan berlalu pergi.

'Hm, untung dia belum membuka yang lainnya.' batin Menma menutup laptopnya, bersamaan dengan sebuah teriakan dan benda jatuh berasal dari bawah.

"Huwaaaaaaaaaaa!!!"

Prang!

"Eh? Apa itu, Naruto?"

           Dengan secepat kilat, Menma menghampiri Naruto yang terdiam kaku dengan gelas pecah di lantai dengan cairan berwarna merah.

"Bang Menma, jusnya aneh. Ko bau amis sih?" ucap Naruto menatap horor gelas yang sudah pecah.

"Em ... sebenarnya ..."

"Ada apa ini?"seorang perempuan paruh baya menghampiri mereka," YA AMPUN!! NARUTO?!"

"Ibu, huweeeee .... Naru minum minuman aneh." Naruto menghampiri Ibunya, Kushina.

"Emangnya itu apa?" Sang Ibu menatap anaknya bergantian.

"Gak tau, tapi kayak ... itu bukan jus strawberry, itu terlihat seperti ..." Jawab Naruto menatap horor cairan merah itu.

"Darah," dengan santainya Menma menjawab, dan membuat sang Ibu dan Adiknya membolakan matanya tak percaya.

           Setelah kejadian itu, Naruto terus saja muntah karena telah menelan sebagian darah tersebut. Meski Menma telah menjelaskan kalau itu adalah bagian dari tugas sekolah. Tapi tidak disimpan di dapur juga kali?!

...

"His, Abangku jahat! Masa Adiknya disuruh minum darah, emang aku drakula apa? Vampire? Atau hantu?" Naruto terus saja berbicara pada dirinya sendiri diperjalanan pulang sekolah, dia sedang kesal dengan kakaknya yang seminggu yang lalu membiarkan dirinya meminum darah. Hoek! Memikirkannya saja Naruto ingin muntah.

            Namun kekesalan itu beralih menjadi senyuman ceria, nanti malam teman-temannya akan datang ke rumahnya, sekedar untuk main dan berkumpul saja.

           Naruto kembali bersenandung ria, dia tidak sabar menantikan hal itu terjadi. Tapi ... saat Naruto sampai di depan rumahnya, rumah itu sangat sepi, tidak seperti biasanya.

          Dengan perlahan Naruto membuka pintu dan menutupnya kembali setelah masuk, dia menelusuri dalam rumahnya, gelap.

"Hallo, apa ada orang?" Naruto mencari tombol lampu, meski hari sore, tapi rumah ini terlalu gelap untuk melihat.

Cetrek!

           Cahaya lampu menyala dengan terang di dalam rumah, kini Naruto bisa meliha lagi. Tapi, saat Naruto melihat ke depan, di ruang keluarga, dia ... melihat tak percaya apa yang di depannya.

"I-ibu ..., Abang ..."Perlahan, air mata Naruto jatuh melihat Ibunya dan Kakaknya yang ... susah dijelaskan.

"Oh, sepertinya tuan putri kita telah kembali, muehehehe ..."

"A-apa yang ... kau lakukan ..., Abang?" ya, ternyata dia adalah Kakaknya sendiri.

            Saat ini Naruto terdiam kaku dan menatap ruang keluarga yang sudah dipenuhi dengan banyak darah di mana-mana, hal yang membuat tak percaya adalah ... ibunya yang sudah tak bernyawa di depannya, dengan seluruh organ tubuhnya yang berceceran di setiap tempat, dan tubuhnya yang tak utuh lagi. Dan di tengah semua itu, terdapat Kakaknya yang memegang jantung Ibunya sebagian, tubuhnya berlumuran darah Ibunya sendiri, bahkan dimulutnya ... ada ... sebagian dari jantung dan daging Ibunya.

"Huwaaaaaaaaaaa!!! Apa yang kau lakukan pada Ibuku?!!" Naruto sudah tidak tahan lagi, dia terduduk dan meremas kepalanya. Perasaannya sangat kacau dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya lapar ..., ups!"

"Hiks ... hiks ... huweeeee!!!"

           Ditengah tangisan Naruto yang pecah, tiba-tiba ada suara jatuh dari lemari di ruang keluarga.

Bruk!

         Kini Naruto dibuat terkejut dan hancur lagi, melihat apa yang baru saja keluar dari lemari. Yang dilihatnya saat ini adalah, Ayahnya yang bernama Minato sudah tak bernyawa, dengan berbagai alat ataupun pisau maupun jarum, memenuhi tubuhnya, bahkan tangan dan kepalanya terpisah dari tubuhnya. Sungguh keadaan yang memilukan hati, kedua orangtuanya tergeletak tak bernyawa dengan tubuh yang tak utuh, bahkan daging dan organ tubuh Ibunya dimakan oleh Kakaknya, Menma.

"Ups! Maaf, aku lupa kalau Ayah kita di sana."

"A-apa yang ..., hiks ... salah apa mereka hingga Abang melakukannya? Kenapa ini terjadi? Apa yang telah Abang lakukan sebenarnya? Kau bukan Abangku! Abangku tidak akan pernah lakukan semua ini!!!! Pergi kau iblis!!!!!"

"Heh! Cerewet! Sudah kubilang, aku lapar ..."

"Gerrr .... Dasar jahat! kanibal!!!!"

"Aku tahu aku jahat dan seorang kanibal, jadi jangan ingatkan aku lagi. Sebaiknya kau masuk ke kamar dan tidurlah, sebelum kau menjadi seperti orang tua kita." dengan santainya Menma mengucapkannya, sambil mengiris potongan daging dari Ibunya sendiri, lalu membiarkan pisaunya menari-nari di atas tubuh Ayahnya.

           Naruto terdiam, dia bingung dengan hal apa yang harus dilakukan. Apa dia harus lari dan melaporkannya ke polisi? Atau menuruti permintaan Kakaknya yang sudah gila itu? Atau ...

"Atau ... Pilihan ketiga saja ..." Naruto berdiri dari duduknya dan menghampiri Kakaknya tanpa rasa takut.

"Ada apa? Jangan menggangguku jika sedang makan." Menma melahap usus Ibunya, ketika merasakan Adiknya berada di belakang.

"Ada apa? Kau mau dibunuh ya?" Menma kembali bertanya kepada Adiknya yang diam saja. Namun, sedetik kemudian, satu goresan yang berasal dari pisau berhasil melukai Naruto.

"Argh! Apa yang kau lakukan, hah?!" Menma melompat dan menjauh dari Adiknya.

"Hiks ... hiks ..., Abang sudah membunuh Ibu dan Ayah. Dan sekarang, Abang ingin membunuhku, kan?"

"Ck! Diamlah! Jangan menggangguku!"

"Hiks ..., padahal aku sayang Abangku. Aku sayang Abang, sama seperti aku sayang Ibu dan Ayah. Tapi ... hiks ..."

              Naruto berhenti karena tidak kuat menahan sesuatu di dalam sana, tiba-tiba Naruto ...

"Hiks ... hiks ... kau membunuh kedua orangtuaku, kau bukan Abangku. Hiks ... Ahahahaha!!! Ahahahaha!!! ITU BERARTI TIDAK AKAN APA-APA KAN KALAU AKU MEMBUNUHMU? LAGIPULA KAU BUKAN KAKAKKU! AHAHAHAHA!!!" Naruto menggila dengan tawanya yang terlihat seram.

"Hm, menarik."

"Ahahahaha!!! Rasakan ini wahai iblis!!!"

         Naruto berlari sambil membawa pisau yang tadi melukai Menma, dia terus membuat gerakan menusuk pada Menma. Menma juga tak tinggal diam, dia menghindar dan melawan sebisanya dengan pisau yang ia pegang. Kedua kakak beradik itu sudah tenggelam pada kegelapan, tidak memperdulikan lagi apa yang akan terjadi selanjutnya, dipikiran mereka hanya membunuh, dan membunuh saja.

Jrash!

Jrash!

Duagh!

Buagh!

            Seluruh tenaga Naruto keluarkan, bahkan keahlian bela dirinya juga ia keluarkan dengan membabi buta, sama seperti kakaknya yang tidak mengenal lagi kata saudara dan Adiknya. Menma hanya ingin makan, hanya itu, dia hanya lapar, sungguh!

           Pertarungan itu berjalan hingga 32 menit 40 detik. Mereka berdua berhenti untuk beristirahat sebentar, dan mengambil napas sebanyak-banyaknya. Jantung mereka memburu jika nyawa yang mereka pertaruhkan di sini. Tidak ada kata keluarga, saudara, seorang kakak, maupun adik di pikiran mereka, hanya ada kata mangsa yang tertera.

"Ck! Lumayan juga kau." Menma berkomentar.

"Huh ... sebaiknya kau diam saja. Kita akhiri ini secepatnya!" Naruto menyeringai, diikuti Menmaa.

"Mari, kita mulai lagi."

           Kini mereka melempar pisau mereka jauh-jauh, Naruto dibanting oleh Menma ke arah lemari hingga hingga wajahnya rusak karena pecahan kaca dan benturan lemari itu, banyak darah yang keluar dari sana.

         Naruto bangkit dari sana dan menendang Menma hingga terpental dan menabrak TV hingga hancur. Bahkan Menma sempat tersetrum aliran listrik, namun dia tetap bangkit.

          Banyak sekali perlakuan dan tindakan yang dilakukan masing-masing untuk membunuh, tapi tidak ada yang tumbang sedikit saja meski luka masing-masing parah. Sampai ...

"Ck! Aku tak tahan lagi!!!" Menma melempar tubuh Naruto ke dapur hingga bagian kaki kanan dan tangan kiri Naruto patah, darahnya sudah membanjiri tubuhnya.

"Arkh!"

"Heh! Selesailah ..." Menma meninggalkan Naruto yang terbaring menahan rasa sakit yang amat dalam, mungkin sebentar lagi dia akan mati, itulah yang ada dipikiran Menma. Namun ...

Jrash!

Jleb!

Jrash! Jrash! Jrash!

"Ahahahaha!!! Matilah kau, Abangku sayang! Ahahahaha!!!"

Jrash! Jrash! Jrash!

           Ternyata Naruto yang melakukannya, dia menggunakan kapak yang berada di dapur untuk terus menghujani Kakaknya hingga terpotong-potong.

"Ahahahaha!!! Ini menyenangkan!!! Ahahahaha!!!!"

             Tawa Naruto terus bergema memenuhi dapur itu hingga ke setiap ruangan lain, dia sudah dibutakan oleh kegelapan abadi.

Ding dong!

"Naruto, ini kami. Bukankah kita akan bermain di rumahmu ini?"

"Oi Dobe! Cepat buka pintunya!"

"Naruto!"

            Terdengar suara bel rumah berbunyi, disusul suara dari teman-temannya.

Naruto menyeringai,"muehehehe ... mangsa selanjutnya."

Jrash!

🔪⛓️THE END ⛓️🔪

Gimana? Bagus gak? Kerasa gak? Maaf kalau menurut kalian menyeramkan dan sadis, apalagi sampai membuat kalian jijik. Tapi menurut Author sih enggak.

Bagi yang sudah membaca ini terimakasih, kalau suka silahkan voment.

Salam hangat, ketemu lagi di cerita selanjutnya. Bye-bye ... 👋😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top