˖✦ 𝟭𝟲. ›

🥐
.

.




[Name] menendang kerikil kecil yang menghalangi jalan, sesekali mendecakkan lidah saking jengkelnya. Gadis bersurai emas dengan seragam serba hitam serta dasi putih itu menghela napas kasar. Mood nya terlalu berantakan hari ini. Dia tak punya teman, bahkan Visioner Suci yang bertanggung jawab untuk membimbingnya saja menyerahkannya pada orang lain.

"Di kertas ini, tertulis biodata siswa yang menjadi kandidat Visioner Suci tahun ini. Berlatihlah dengan mereka, jika kau mengalahkan satu diantara nya, aku akan bersedia melatihmu." begitu kata guru Visioner Suci itu.

[Name] tersenyum pahit. Setelah semua yang dia lakukan disini, sekarang dia cuma disuruh berlatih dengan para murid yang katanya 'hebat dan jenius' itu? Murid? Kenapa dia malah di oper-oper ke murid yang bahkan tak tahu-menahu soal dirinya?

"Ck, katanya ini sekolah sihir terbaik! Tapi guru nya tidak bertanggung jawab sama sekali!" gerutu [Name] sebal. Dia merogoh saku jubahnya cepat-cepat, mengambil sebuah kertas yang diberikan oleh guru sialan itu tadi pagi. Dapat.

"Ugh! Biodata tidak berguna!" ketusnya. Karena kesal setelah mengingat wajah guru yang menolak untuk mengajarinya, [Name] langsung merobek lembaran kertas yang ia pegang sampai menjadi bagian-bagian terkecil. Lalu tertawa pahit.

Ah, dia puas sekali. Walau rasa jengkel di hatinya masih ada, setidaknya sekarang sudah berkurang sedikit, pikirnya.



Prok
Prok



"Wow, luar biasa. Semoga tak ada yang melihatmu merobek itu kecuali aku."

Tersadar akan ada seseorang yang sedang memperhatikannya, [Name] langsung menoleh ke sekeliling. Sontak, dia mendapati seorang pria bersurai sebahu dengan tanda sihir berbentuk panah di pipinya-yang memandanginya dengan senyuman manis sambil berjongkok di tanah.

Domina Blowelive.

"Kau masih anak baru, jadi jangan harap akan langsung di ajari langsung oleh Visioner Suci Walkis." ucap Domina, menunjuk [Name] dengan tatapan merendahkan. Lalu tersenyum.

[Name] mengernyit. "Tujuanku dipindahkan kesini karena harus dilatih langsung olehnya!"

"Ya, tapi tak ada yang bilang kau akan diajari langsung oleh Visioner Suci."

"Ibuku! Tidak, paman Ryoh dan kepala sekolah Wahlberg sudah membeli satu Visioner Suci disini untuk mengajariku!"

Domina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Siapa pula itu?" dia berdiri, memasukkan kedua jemari nya ke dalam saku. "Sayang sekali sepertinya kau telah dibohongi, karena Walkis tak pernah menerima tawaran seperti itu. Yang artinya, kau murni pindah kesini tanpa perjanjian apapun."

[Name] diam. Sebisa mungkin, dia tidak ingin termakan oleh perkataan Domina. Tidak mungkin Ryoh dan kepala sekolah Wahlberg membohongi nya begitu saja. Dan tidak mungkin.. Ibu nya menjual nya ke Akademi Walkis tanpa maksud tertentu.

"Kau disuruh berlatih dengan kandidat Visioner Suci, kan?" tanya Domina.

[Name] diam, sebelum akhirnya mengangguk.

Domina tersenyum lebar, membuat sudut matanya menyipit. Kemudian, dia berjalan pelan menghampiri [Name]. "Aku.. punya empat orang kakak yang sangaaat kuat. Kau mungkin bisa langsung meningkatkan sihirmu jika berlatih dengan mereka."

[Name] mengernyitkan dahi. Empat orang kakak?


Tep


Selangkah sebelum sampai di depan [Name], Domina mengeluarkan tongkatnya dengan perlahan, lalu mengacungkannya pada gadis bersurai emas itu. "Waters Pond! Wave!"

Gelombang air besar muncul dari segala arah, mengejar pergerakan [Name] yang masih diam di tempat. Sebelum serangan Domina menabraknya, gadis ber-manik merah muda itu berusaha berlari menjauh, dan mengeluarkan tongkat sihir miliknya.

"Light!"

"Waters prison!"

Bola air raksasa menggumpal di atas langit. Dengan kecepatan yang luar biasa, sihir itu langsung terjun mengejar [Name], membelah serangan Light milik gadis itu dengan mudah. Mantra demi mantra dilontarkan oleh [Name], namun tetap saja, bola air yang mengepung nya tak kunjung hancur. Sampai akhirnya.. dia berhasil terkurung dalam sihir milik Domina.

"Kau tak bisa kabur dari penjara air ku sebelum mantra nya dipatahkan." ucap Domina, tersenyum lebar. Dia mengelus bola air itu, menatap [Name] dari luar. "Kau begitu manis di dalam sana. Apa kau bisa bernapas?"

Domina tertawa menyeringai, menutupi sebagian wajahnya. Dia berbalik badan, kemudian berusaha untuk menetralkan ekspresi nya yang mungkin akan terlihat menyeramkan bagi sebagian orang.

"Nah, ayo kita pulang. Akan kuperkenalkan kau pada ayah dan saudara-saudaraku. Sampai.. Mash Burnedead datang menyelamatkanmu."








.







Pukul 21.30

"Ini manusia? Wanita?"

"Entah. Baru pertama kali kulihat."

"Aku tak terlalu peduli dengan gendernya, aku tak bisa melihat."

"Pudding!"

Domina memutar kedua bola matanya melihat kelakuan aneh kakak-kakaknya. Dia mendengus, kemudian menyilangkan kedua tangannya di dada-ikut menatap [Name] yang baru saja ia baringkan di tempat tidur miliknya. Gadis itu terlihat sedang tertidur pulas setelah lepas dari sihir nya.

"Jadi, kenapa kau membawa nya? Buat mainan?"

Domina menoleh. Seorang pria berpakaian badut dengan warna ungu putih itu memandangi nya begitu kelam. Ah, tiba-tiba atmosfernya jadi sedikit berat. Pertanyaan dari kakak keduanya memang sederhana. Tapi entah mengapa Domina merasa, jika dia tak menjawab sesuai dengan keinginan kakaknya, dia akan berada dalam bahaya.

"Berhenti membuat Domina takut, Famin."

Oh, suara itu berasal dari kakak tertua mereka, Doom. Domina jadi sedikit lega, walau benci dengan fakta yang dikatakan oleh pria berbadan besar itu. Bahwa dia.. memang 'takut' dengan Famin.

"Domina pasti punya alasan tersendiri."

"Makanya kutanya alasannya."

"Pudding!"

"Diam Epidem, sebelum ku patahkan lehermu." ancam Famin.

"PUDDING!"




Plak




Famin langsung menampar wajah Epidem yang menyebalkan itu dengan keras. Tak menunggu lama, mereka berdua langsung memulai pertengkaran. Domina dan Doom saling tatap, sedangkan Delisaster menghampiri [Name] dengan riang.

"Yang ini untukku saja, Domina."

"Tidak."

"Kan kau bisa cari lagi."

"Tidak ada lagi yang seperti dirinya." jawab Domina, bibirnya bergerak untuk tersenyum.

Doom di sebelah Domina langsung menoleh penasaran. "Mau kau apakan dia?"

Perlahan, Domina berdiri tegap. Meluruskan pandangannya menatap [Name] yang berbaring di atas tempat tidur. "Umpan." jawabnya.

"Umpan?"

"Ya, umpan.. untuk menarik perhatian Mash Burnedead. Dengan begitu, ayah tak perlu bersusah payah untuk mencari adik termuda kita, karena dia sendiri yang akan datang kesini."

Setelah mendengar penjelasan dari Domina, semua orang yang berada di dalam ruangan itu langsung terdiam. Epidem dan Famin yang sedang bertengkar pun ikut melongo dengan perkataan Domina. Suasana jadi hening kemudian.

"Jangan ada yang menyentuh gadis itu sampai Mash Burnedead datang."






🥐
.






UDAH SIAP GA LIAT BOOK INI TAMAT? WKEKEKE
Siap liat ending nya atau adegan nganu nya nih? 😋✨

Masa ga kangen sm clingy-nya Mash? 🥺👉🏻👈🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top