˖✦ 𝟬𝟴. ›
🥐
.
.
Finn menarik napas dalam-dalam, meremas jemari nya. Terkadang, jika seseorang mengajaknya bicara soal hubungan Mash dan [Name], tiba-tiba dia jadi lupa cara berbicara. Bahkan untuk mengucap sepatah kata pun ia tak sanggup.
Penyebabnya tak lain adalah.. mengingat saking tak normal nya persahabatan antara dua orang itu.
"Kayaknya mereka saling suka, deh." kata Finn kemudian.
Dot menggeleng-gelengkan kepala nya. Tanda tak setuju dengan pendapat temannya itu. "Sama sekali tak masuk akal. Buat apa saling suka kalau cuma sahabat dari kecil?" ucapnya sambil melipat kedua tangan di dada.
Finn mendengus. Andai Dot tau, kalau dia pernah melihat perbuatan Mash dan [Name] yang terbilang cukup 'mencurigakan'. Sayang, tak ada bukti yang pasti. Jadi dia tak bisa menceritakannya.
"Kalau begitu, ayo pastikan." ucap Finn dengan serius. Ia menatap Dot dengan alis bertaut, kali ini akan dia tunjukkan hubungan asli Mash dan [Name].
Dot mengusap hidungnya, lalu tersenyum sumringah. Dia mengangkat jempol nya ke atas, tiba-tiba dia jadi antusias dengan ide Finn. Menarik, pikirnya.
"AYO MULAI!" teriak mereka bersamaan.
.
Percobaan pertama
.
Mash memiringkan kepala ketika melihat kedatangan Dot dan Finn yang menghampiri nya. Pemuda bersurai hitam itu benar-benar bingung, sudah lebih dari belasan menit dia menunggu temannya itu untuk bicara, tapi Dot dan Finn tak kunjung bersuara.
Ck, padahal kan, Mash lagi bersantai di taman. Iya, bersantai..
..sambil menidurkan kepala nya di paha [Name], dan mendengarkan sahabatnya itu membaca novel yang masih belum tamat.
Gadis bersurai emas kecokelatan itu terlihat fokus dengan bukunya sampai tak menyadari kehadiran Dot dan Finn. [Name] juga memakai sebuah syal tebal yang terlilit di leher. Hm, mencurigakan.
Gluk
Dot dan Finn saling tatap, kemudian mengangguk secara bersamaan.
"Mash." Dot berbicara lebih dulu, mengepalkan tangannya. "Kalian sedang apa?"
"Nyantai." jawab Mash datar, dia kembali menidurkan kepalanya ke paha [Name] dan mengambil jemari kiri gadis itu, kemudian menggenggamnya erat.
Merasa digenggam oleh tangan yang lebih besar darinya, [Name] langsung menunduk melihat sang pelaku. Dan dibalas dengan tatapan diam tanpa ekspresi dari Mash. Gadis itu langsung menghela napas, lalu menutup bukunya.
"Mash, bangun dan bicaralah baik-baik dengan temanmu." tegur [Name] ketus.
Mash mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian menuruti perkataan [Name]. Perlahan, dia bangun dan duduk dengan tegap. Menatap Finn dan Dot dengan datar.
Dot menunjuk sebuah buku yang dipegang oleh [Name] dengan tajam. "Kau, bukannya tak bisa menerima informasi terlalu banyak, Mash?" tanya nya.
Ah, benar. Terakhir kali di dalam kelas, ketika seorang guru menjelaskan satu mata pelajaran, mulut Mash langsung mengeluarkan busa. Membuat seisi kelas jadi ketakutan.
Mash mengangguk. "Iya, kenapa?" tanya nya.
"Terus? Ngapain kau suruh [Name] untuk membacakan novel untukmu?"
Mash mengelus dagu, berpikir sejenak. "Aku selalu baik-baik saja jika [Name] yang membacakannya." jawabnya.
Dot dan Finn saling pandang. Yep, mereka sudah menemukan ketidaknormalan.
.
Percobaan kedua
.
Satu ketidaknormalan tidaklah cukup untuk membuktikan bahwa Mash dan [Name] saling suka bagi Dot. Bisa saja kan, Mash sudah terbiasa dengan penjelasan [Name] karena mereka teman sejak kecil?
Jadi, pada jam istirahat kali ini... Dot memutuskan untuk menanyakannya langsung pada Mash.
"Mash." panggil Dot.
Mash yang tengah mengunyah cream puff favoritnya itu menoleh pada Dot. Ah, benar. Mereka berdua sedang berjalan ke ruang makan yang selalu penuh dengan murid-murid Easton disaat jam istirahat.
Pria bersurai merah itu menghentikan langkah. Menatap Mash lebih serius. "Apa hubungan mu dengan [Name]?" tanya nya.
"Kami cuma teman." jawab Mash datar, melahap cream puff nya yang terakhir.
Dot memasang tatapan menyelidik. Ragu dengan jawaban Mash. Dan tiba-tiba, sebuah ide cemerlang terlintas di pikirannya. Pria itu tersenyum miring.
"Mash."
"Mm."
"Aku ingin sekali punya pacar."
"Oke."
"Kalau [Name] tak punya pacar, sepertinya aku bisa—grmph!"
Mash langsung membungkam mulut Dot dengan kuat. Ekspresinya yang tadinya datar spontan berubah jadi kelam. Sebuah kilatan merah seolah muncul dibalik matanya, membuat aura gelap keluar dari tubuhnya.
"Jangan [Name]." ancamnya.
Seketika, Dot langsung mengangguk.
Mash melepaskan cengkeramannya di wajah Dot, kemudian melanjutkan langkah ke ruang makan dengan gontai. Diikuti dengan Dot.
Baru menginjakkan satu kaki ke dalam ruangan yang sudah penuh itu, mereka disuguhi dengan pemandangan yang kurang mengenakkan-bagi Mash.
Lihatlah, Lance Crown tengah menangkap pinggang ramping [Name] yang hampir jatuh setelah di senggol oleh seseorang. Membuat mata mereka saling beradu.
Gluk
Dot meneguk ludah. Perlahan menolehkan kepala melihat Mash di sampingnya. "BUSET!" teriaknya dalam hati. Pasalnya, pria bersurai hitam itu sudah bukan mengeluarkan aura hitam lagi, melainkan aura membunuh!
Mash merogoh jubahnya, mengambil sesuatu di dalam sana. Dapat.
"Cream puff?" batin Dot.
Detik selanjutnya, Mash menggenggam erat kue miliknya itu, dia memasang kuda-kuda, dan kemudian...
SPLASH!
Sebuah kue empuk melayang tepat mengenai wajah Lance. Cream cokelat yang mencair dari dalam kue itu meluncur mengotori pipinya. Dengan penuh emosi, Lance memegangi wajahnya, rasanya cenat-cenut. Padahal dia hanya dilempari dengan kue.
"Sudah kuduga itu kau." gumam Lance penuh amarah, dia menatap Mash sinis, membuat perempatan muncul di kepalanya.
Dot kembali melirik Mash. "Dia marah tuh. Terus, yang kau gunakan tadi itu kue kesayanganmu." ucapnya memberitahu.
"Dakara nande?" balas Mash.
Dot menghela napas kasar. "Serius kau dan [Name] tak ada hubungan apa-apa?"
"Kami cuma tem—"
"Pacaran sono."
Yah, kali ini Dot mulai percaya dengan omongan Finn.
🥐
.
Temen kok pake cium-cium yah? Mana sampe mbekas ke leher—UHUEQ AOKWOWOWKS 🙈
Sop iler : ini bakalan sad end 😺😺
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top