Episode 33 : Pengakuan

Kim Taehyung 

Setelah mengizinkan Muza Yana mengobrol dengan Chanyeol, aku meninggalkan mereka di ruang tamu. Aku meminta Jigoong merapikan studioku sebelum mengajak Chanyeol masuk. Sebaiknya, aku mengobrol di studio saja, kalau di ruang tamu sudah pasti akan diganggu Muza Yana, paling tidak ia akan mengintip dan mondar-mandir. Hal seperti itu justru akan membuatku malu. 

Aku dan Muza Yana tidak bertegur sapa lebih dari dua minggu. Hal itu karena secara tidak sengaja aku menghapus foto-fotonya dengan Chanyeol. Aku memang seperti melanggar privasi, tetapi benar, semua ini tidak sengaja. 

Setelah aku menggendong Muza Yana ke kamar dari mobilku, aku melihat ponsel yang ia pinjam dari Jigoong terjatuh dari tangannya. Aku memungutnya dan iseng-iseng mencoba mengecek galeri foto. Ada beberapa foto dirinya dengan member BTS lainnya dan yang paling menyita perhatianku adalah foto dirinya dengan Chanyeol. 

Foto mereka tampak tak biasa, Muza Yana tampak centil dan berlebihan memeluk Chanyeol. Jarak mereka terlalu dekat, herannya Chanyeol juga seperti tidak risi. Bahkan, ada pose Chanyeol merangkul Muza Yana. Entah mengapa rasanya aku malu. Tak sengaja aku menekan 'pilih semua' dan tiba-tiba ter-delete. Seharusnya, aku menekan 'no' agar tidak terhapus, tetapi pada kenyataan karena terburu-buru aku justru menekan 'yes' dan berakibat foto mereka hilang sebanyak satu folder.

Kejadian ini dianggap sengaja oleh Muza Yana dan ia menganggapku sebagai majikan kejam. Aku tertangkap basah melanggar privasi dan ia sangat marah hingga tak bertegur sapa denganku. Sebenarnya, aku juga merasa bersalah karena melihatnya bersedih dan kadang-kadang menangis. Oleh sebab itu, dengan sengaja aku mengundang Chanyeol kemari dengan dalih mengobrol santai. Jika cocok, bisa jadi kami kerja sama, entah itu bernyanyi bersama dalam bentuk mixtape atau aku hanya sekadar memproduseri salah satu lagunya.

Setelah hampir setengah jam membersihkan studioku, aku kembali ke ruang tamu, dan benar saja mereka berpose mesra seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Aku tahu, Chanyeol memang selalu ramah ke penggemarnya. Namun, kurasa Yana yang terlalu berlebihan.

"The date over!" ujarku. Mereka tampak terkejut.

"Cepat sekali, V. Ini belum setengah jam. Masih ada lima menit lagi," protes Yana. 

Aku tak menjawab, aku hanya mengisyaratkan dirinya untuk masuk dengan memalingkan wajahku ke arah dalam. Yana pun akhirnya pasrah dan bangkit dari duduknya.

"V, bisakah aku minta tambahan waktu sepuluh menit lagi, ya?" kata Yana sesaat setelah bangkit dari duduk.

"Tidak bisa, kami sibuk!" jawabku dingin.

"Chanyeol Oppa, permisi," pamit Yana akhirnya dengan suara yang terdengar agak kecewa.

"Silakan, kapan-kapan kita ngobrol lagi, ya." balas Chanyeol.

Huh, jangan harap, kalau begini ceritanya aku tidak akan mengundangmu kemari lagi, Chanyeol.

"Baiklah Hyung, kita ngobrol di studio saja. Kau tak keberatan?" tawarku pada pria jangkung itu.

"Baiklah, akhirnya aku bisa melihat-lihat studio pribadimu." 

***

Aktivitas kami di studio benar-benar aman. Yana tidak mengganggu kami. Yana tidak pernah masuk ke kamarku selain jadwalnya, pukul 22.00. Jadwal itu ia pergunakan untuk mengobrol denganku dan membereskan kamarku, kadang-kadang kami sekadar nonton TV. 

Aku dan Chanyeol sekadar mengaransemen lagu dan meng-cover lagu. Pria itu sangat ramah, sungguh kehormatan bagiku saat ia menyempatkan waktunya untuk datang mengunjungiku. Di lain waktu aku akan mengunjunginya, di sela-sela kesibukanku tentunya. 

Chanyeol memiliki semangat yang tinggi dalam berkarir. Ia bercerita kalau dirinya berani mencoba jenis-jenis lagu di luar genre musik yang biasa dinyanyikan biasanya. Ia juga menciptakan beberapa lagu untuk beberapa soundtrack film.

Selain posisinya sebagai rapper grup idol-nya, ternyata ia juga menikmati genre lain seperti pop, classic, rock, jazz, dan lainnya. Beberapa lagu yang diciptakannya sering ia bagikan di kanal YouTube miliknya dan temannya--QM. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga aku belum sempat melihat-lihat kanal YouTube teman-temanku.

"Jadi, kau mengenal Muza Yana di mana? Kulihat kalian baik-baik saja tinggal serumah. Dia juga sepertinya menurutimu." Pertanyaan yang sebenarnya sangat kuhindari, tetapi pada akhirnya Chanyeol bertanya juga. Entah mengapa ia seperti ingin tahu saja.

"Ceritanya panjang, Hyung," jawabku singkat.

"Kurasa Cha Minho juga mengenalnya," kata Chanyeol tiba-tiba. "Kalau tidak salah, Cha Minho hampir melecehkan Yana."

"Cha Minho?" tanyaku. Apa hubungan pelayan wanita itu dengan Cha Minho? "Cha Minho direktur Chamyung?"

Chanyeol mengangguk. Aku sungguh terkejut. Apa benar orang kaya itu mengenal Yana? Namun, mereka kenal di mana?

"Apa pria itu mengenal Yana? Kau tahu dari mana, Hyung? Tak mungkin Yana mengenalnya. Ia hanya …." Stop, aku tidak boleh terlalu berterus terang banyak. Kemarin, aku mengaku padanya kalau Yana adalah kekasihku yang berasal dari Indonesia, masa sekarang aku mengaku Yana pelayanku. Pasti Chanyeol akan berpikiran kalau aku adalah pria random yang tak memiliki kejelasan status dengan wanita. Sekarang, lebih baik aku dengarkan saja ceritanya.

"Kemarin aku memergoki Cha Minho menyudutkan posisi Yana di dinding. Ia juga membekap mulut Yana. Sepertinya, pria itu marah. Entah marah atau sedang mabuk, bisa jadi sedang mabuk," cerita Chanyeol.

Mungkin yang ia katakan bahwa Cha Minho sedang mabuk bisa jadi benar. Cha Minho adalah orang penting dan banyak yang mengenalnya, tetapi ia memiliki gaya hidup yang buruk. Beberapa kali aku mendengar berita dari mulut ke mulut bahwa pria itu suka mengoleksi wanita dan menyukai one night stand. Aku mengenalnya karena aku memiliki beberapa persen saham di Chamyung Corporation milik ayahnya.

"Tapi rasanya tak mungkin Yana mengenal Cha Minho, Hyung," ujarku.

"Iya, mungkin ini suatu kebetulan. Untung saja aku memergokinya hingga pria itu kabur," Chanyeol bercerita dan menunduk. 

Sebuah teka-teki baru, bagaimana bisa Yana mengenal pria kaya itu? Setahuku Yana adalah wanita tersesat dengan identitas yang menghilang. Ia kami temukan menangis di kantor agensi dengan penuh ketakutan karena tertekan. 

"Apa Yana  menceritakan perihal Cha Minho padamu, Hyung? Setelah kau melihatnya bersama Cha Minho?" tanyaku.

Chanyeol menggeleng. "Aku hanya melihatnya menangis setelah Cha Minho kabur, aku sempat bertanya, tetapi Yana mengatakan ia tidak mengenal pria itu," jawab Chanyeol.

Aku mengembuskan napas kasar. Semoga setelah ini tidak menjadi permasalahannya yang besar. Sementara Cha Minho, awas saja. Aku akan mencari tahu, jika memang terbukti ia melecehkan Yana, tanggung saja akibatnya. Jangan main-main denganku.

Sejenak, setelah kami termenung karena berita ini, akhirnya kami kembali mencair. Aku kembali bersikap biasa saja dan mencoba berpikir positif. Semoga dugaan kami benar. Kami kembali mencoba bersenang-senang meng-cover lagu-lagu pilihan kami. 

Beberapa kali Chanyeol bertanya tentang Muza Yana, tetapi tidak terlalu kutanggapi. Aku hanya menjawab seadanya, aku mengatakan kalau mengenalnya di Paris, saat Yana mendatangi fansign. Aku tak ingin pria ini banyak ingin tahu dan berakhir seperti Seokjin yang sepertinya juga menyukai Yana.

"Yana datang ke fansign? Di Paris? Sebenarnya, Yana penggemarku atau penggemarmu?" 

"Wanita bebas menggemari siapa pun, Hyung. Aku tak keberatan jika ia menjadi penggemar beratmu," jawabku diplomatis. Tentu jawabanku seperti jawaban kekasih pada umumnya.

"Jika saja ia bukan kekasihmu, aku mau menjadi penggemarnya," kata Chanyeol malu-malu dengan wajah tertunduk.

Jangan bermimpi kau, Hyung! Lain kali, tak akan ada cerita kau mengunjungiku kembali dengan jutaan alasan kalau akhirnya begini. Entah kenapa hatiku mendadak panas mendengar pengakuannya. Aku sendiri bingung dengan perasaanku terhadap Yana. Aku hanya menanggapi perkataan Chanyeol dengan menarik sudut bibir seperti biasanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top