Episode 32 : Setengah Jam
Muza Yana
Sudah lebih dari seminggu, aku dan V tidak bertegur sapa. Aku tetap mengerjakan pekerjaan rumah sesuai tanggung jawab yang dibebankan padaku. Setiap kami berpapasan, kami saling memalingkan wajah. Saat makan malam, yang biasanya ia mengajakku makan satu meja, kini menjadi makan malam biasa tanpa kehadiranku. Aku memilih makan malam di dalam kamar.
Saat V berangkat kerja, aku tetap tak ingin menyapanya. Aku hanya membungkuk mengantarkannya keluar pintu apartemen. Kemudian saat pulang, aku juga hanya menyambutnya dengan membungkukkan badan. Sementara jika ia memerlukan sesuatu atau ingin berkomunikasi ia menyampaikannya pada Jigoong dan Jigoong yang menyampaikan padaku. Begitupun sebaliknya, jika ada yang ingin kusampaikan, maka kusampaikan pada Jigoong dan Jigoong yang menyampaikan pada V.
Aku tetap masuk ke kamarnya setiap pukul 22.00 seperti biasa, tentunya tanpa obrolan. Kami saling pura-pura sibuk, ia sendiri tidak menyuruhku keluar dari kamarnya, ia hanya diam dan menonton TV drama Korea di depan TV yang ada di dalam kamarnya. Aku mengikutinya dan duduk di sofa depan TV tetapi di bagian ujung. Kami berdua duduk di ujung sofa. Aku di sebelah kiri, V di sebelah kanan.
Saat ia menonton, aku pura-pura sibuk membaca majalah Korea. Majalah ini tetap saja membuatku terlihat hanya pura-pura sibuk, sebab majalah yang ada di tanganku tak bisa kubaca sama sekali. Majalah ini ditulis dengan tulisan hangeul hampir seluruh isinya. Aku hanya bisa membolak-balik melihat gambar tanpa membacanya.
Beberapa gambar aktris dan aktor Korea mengisi tiap halaman majalahnya. Makin ke tengah aku justru mendapati gambar dirinya--V yang sedang mempromosikan pakaian olahraga. Ia tampak sangat tampan dengan wajah datarnya itu. Aku masih kesal, aku hanya menunjuk-nunjuk kasar gambar dirinya sebelum aku membalik ke halaman lain yang menampilkan gambar Chanyeol yang sedang mempromosikan minuman.
Aku mengelus gambar itu dan penyesalan kembali membayangiku. Ketika tanpa sengaja aku memalingkan wajah, ternyata V mengamatiku sedang memandangi gambar Chanyeol. Ia memajukan bibirnya dan mengangkat bahu. Ia seperti tak memiliki penyesalan. Orang seperti dirinya seperti tak merasakan bahagia bertemu idola.
Aku sangat berharap ia menyesal dan iba padaku dan menghadirkan Chanyeol di depanku. Atau jika ia tak bisa menghadirkan Chanyeol, ia seharusnya mengajakku menemui Chanyeol. Itu saja bagiku sudah cukup, tentu saja ditambah sesi foto-foto dan jangan dihapus lagi. Semua jelas saja tak mungkin, aku ini pelayan, tak terlalu berarti baginya.
Setelah dua jam di depan TV dengan tanpa kata-kata, akhirnya kami saling menoleh. Aku menoleh ke arah kanan dan ia menoleh ke arah kiri. Ia seperti mengerti dengan waktu kalau aku sebaiknya kembali ke kamar.
"Kau boleh kembali ke kamar," ia berkata datar.
Tanpa basa-basi aku menjinjing majalah dan membungkukkan tubuhku seraya berpamitan padanya tanpa kata-kata.
***
Minggu pagi, kala itu aku sedang membereskan ruang tamu. Terdengar seseorang mengetuk pintu, aku pun mematikan penyedot debu dan mengintip dari lubang pintu. Begitu aku mengintip aku melihat seseorang mengenakan topi berwarna abu-abu dan menggunakan masker. Seperti biasanya aku tak bisa membuka pintu sembarangan, sebab keberadaanku bisa menimbulkan tanda tanya.
Aku bersembunyi di ruang keluarga sambil mendengar percakapan V dan orang itu sejenak setelah V membuka pintu. Aku seperti mengenal dengan baik suara orang itu, dan ia jelas bukan member BTS.
"Taehyung-ah," sapa orang asing itu.
"Chanyeol Hyung, annyeong oseyo." jawab V dengan suara yang terdengar menghormati.
Chanyeol Hyung? Chanyeol? Apa telingaku tidak salah dengar? Pria bertopi dan bermasker yang kuintip adalah Chanyeol? Demi apa? V benar-benar membawa Chanyeol kemari? Baik sekali dirinya.
Untuk memastikan Chanyeol atau bukan aku mengintip di balik dinding ruang tamu. Mataku tidak salah, Chanyeol memang datang ke rumah ini. Datang dan duduk di ruang tamu. V meminta menunggunya dan berjalan ke dalam, aku terlambat pergi, tiba-tiba dari belakang V menjitakku kembali karena aku mengintip Chanyeol.
"Augh!" Aku menggosok ubun-ubunku. Jitakan V kali ini lebih menyakitkan dibanding jitakan saat aku menganga bertemu Seokjin. Sepertinya, ukuran jitakan ini adalah sebesar rasa sukaku pada sang idola. Aku tidak sakit hati saat ia menjitakku karena Chanyeol benar-benar ada di sini.
"Siapkan minuman dan salad Indonesia-mu itu!" perintah V setelah menjitakku. Ia seperti tahu kalau aku gelisah ingin bertemu idola.
Aku masih menggosok ubun-ubunku. "Do you mean gado-godo?" tanyaku.
"Hmm," jawabnya datar. "Suruh Jigoong yang antar ke ruang tamu."
"Kenapa harus Jigoong? Aku saja ya? Ya? Please."
"Kau kecentilan setiap bertemu lelaki tampan!" umpatnya.
"Tapi denganmu aku tak pernah kecentilan, tolonglah?" Aku memohon dengan menelungkupkan kedua tanganku dengan mata yang sangat berharap. Setelah berminggu-minggu aku tak berbicara dengannya, akhirnya hari ini aku berbicara dengannya. Tingkahku membuat Jigoong yang duduk di ruang keluarga menjadi tersenyum.
"Baiklah, awas kalau kau membuat malu!" peringatnya.
"Terima kasih!" Aku bersorak sambil mencubit kedua pipi V.
"Jangan pegan-pegang!" peringatnya setelah menepis tanganku.
"Ugh, galak sekali!" umpatku.
"Hm," V memajukan bibirnya dan segera membalik badan kembali ke ruang tamu menemui Chanyeol.
"Jigoong, bantu aku," kataku bersemangat.
"Baiklah!" jawab Jigoong bersemangat. Pria itu selalu bersemangat saat mendengar hal-hal yang berhubungan dengan makanan enak.
***
Setengah jam kemudian makanan yang diminta V selesai. Aku mengganti pakaian dengan pakaian terbaik dan menyemprotkan parfum ke tubuhku. Rasanya aku tak ingin melepas kesempatan ini. Setelah mengantar makanan dan minuman aku berniat untuk kembali berfoto dengan Chanyeol. Ponsel yang kupinjam dari Jigoong sudah kuberi password dan V tidak akan bisa menghapusnya lagi.
Setelah sedikit berdandan aku mengantar makanan dengan nampan. Begitu memasuki ruang tamu, nampan yang kupegang bergetar hebat seiring Chanyeol yang menatapku dengan kedua mata bulat indahnya itu.
"Hai," sapa Chanyeol begitu aku sampai di ruang keluarga.
"Oh, Hai, Oppa!" Astaga aku langsung memanggilnya Oppa. Aku meletakkan nampan di atas meja dengan bergetar dan rasa grogi, setelahnya aku membungkuk sebagai penghormatan kepada Chanyeol.
"Kau yang kemarin itu, kan?" tanya Chanyeol.
"Iya benar, Oppa. Bagaimana kabarmu?"
"Luar biasa, sebuah kehormatan diundang V ke rumahnya," jawab Chanyeol.
"Diundang V? Dalam rangka apa?" aku kembali bertanya. Diundang V? Apa mungkin ini ada kaitannya denganku? Ah tidak mungkin, ini pasti sebuah kolaborasi yang sangat keren.
"Ekhem," V berdeham membuatku tersadar. "Muza Yana, kau boleh masuk!"
"Tapi, V. Tolonglah, izinkan aku di sini sebentar saja. Aku ini penggemarnya. Boleh ya?" kataku memelas.
V melotot mengerutkan keningnya. Kepalanya menoleh ke dalam seolah menyuruhku masuk. Sikapku tentu membuatnya malu. Bisa-bisanya pelayan mengambil kesempatan bertemu idola.
"Tolonglah, sebentar saja. Boleh ya, V?"
Chanyeol pun tersenyum. Pria itu menatap V seolah meminta jawaban V. Ia sepertinya setuju, sementara V susah sekali memberi izin. Entah apa yang ia pikirkan.
"Baiklah, kau tak keberatan, Hyung? Ia seperti ingin berfoto denganmu," V bertanya pada Chanyeol yang duduk di sebelahnya.
"Tidak, tidak apa-apa. Setelahnya kita bisa ngobrol," jawab Chanyeol.
"Sebentar saja," jawab V mengarah padaku.
"Dua jam," tawarku.
"Setengah jam," balas V
"Satu jam, ya?"
"Jika kau tawar lagi, aku turunkan menjadi seperempat jam," jawab V sinis.
"Baiklah, setengah jam," jawabku dengan suara parau. Sedih sekali rasanya.
V mengizinkan aku duduk di ruang tamu. Setelahnya, ia pamit ke sebentar dan meninggalkan aku dan Chanyeol. Hanya setengah jam, waktu ini aku pergunakan sebaik-baiknya untuk ngobrol dengan Chanyeol. Tentunya obrolan kami hanya sebatas idola dan penggemar.
Terjemahan
Annyeong oseyo = hallo
do you mean gado-gado? = maksudmu gado-gado?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top