Episode 26 : Pertama dan Terakhir

Kim Taehyung (V)

Aku menunggu pengawal dan sopir agensi di ruang tamu bersama Jigoong. Mungkin aku tak berangkat bersama Jigoong atau Muza Yana. Aku akan berangkat bersama beberapa pengawal dan anggota BTS menuju Convention Center. Sementara Jigoong akan berangkat bersama Muza Yana menggunakan mobilku. 

Setiap ada acara yang diisi BTS, aku memperoleh pengawalan dan sopir khusus dari agensi, mengingat banyaknya penggemar yang menanti. Beberapa kali aku melihat jam memastikan pengawal BTS tidak terlambat menjemputku. Sembari menunggu pengawal, kami juga menunggu Yana. Wanita memang selalu lama jika melakukan persiapan ke sebuah acara besar, tak terkecuali Yana. Seberapa lama persiapanku untuk sebuah acara, ternyata lebih lama persiapan seorang Muza Yana.

Yana berjalan perlahan menuju ruang tamu tempat aku dan Jigoong menunggu penjemputan. Yana terlihat elegan dan berbeda dari biasanya. Wanita muda itu berjalan anggun dengan balutan gaun Chanel hitam terbaru. Gaun hitam itu sangat pas di tubuhnya, hingga sisi sensualnya tetap terlihat tanpa menghilangkan kesan anggun. 


Yana memadukan gaun itu dengan stoking hitam yang menutupi kakinya. Aku tak tahu dari mana ia memperoleh stoking hitam itu? Mungkin ia membelinya di minimarket terdekat.

Yana berjalan mendekat ia makin terlihat memesona. Ia merias wajahnya dengan riasan sederhana sekadar membentuk alisnya, membubuhkan warna eyeshadow peach dan lipstik warna nude. Rambutnya ia biarkan tergerai. Baiklah kuakui, ia sangat cantik, aku menjadi salah tingkah saat melihatnya berjalan mendekatiku dan Jiggong.

"Kalian melihat apa?" ia bertanya heran.

"Oh, tidak. Kau terlihat berbeda dari biasanya. Benar begitu, Jigoong?" Aku mencoba mengalihkan perhatiannya pada Jigoong.

"Ah, iya. Benar," jawab Jigoong.

Setelahnya, aku dan Jigoong saling menyikut sikut. "Kau tenang sedikit, Hyung!" protes Jigoong.

Aku mencoba bersikap biasa saja. Sesekali  aku berdeham menghilangkan rasa grogi. Sial, mengapa aku menjadi salah tingkah seperti ini? Apalagi saat Muza Yana menatapku tak berkedip seperti itu. Muza Yana juga sepertinya tampak terpesona dengan penampilanku. Aku tak berpenampilan khusus, aku hanya mengenakan tuxedo hitam. Untuk riasan dan rambut, aku tidak boleh melakukannya sendiri, ini juga berlaku untuk member BTS lainnya.

Nanti, sebelum kami datang ke lokasi acara, kami akan berkumpul ke kantor agensi untuk berias dan melakukan penataan rambut. Setelahnya, kami dan para kru berangkat bersama ke lokasi acara.

***

Muza Yana

Setelah sampai di kantor agensi, aku dan Jigoong menunggu BTS dirias di ruang istirahat pribadi V. Aku membantu Jiggong mengemasi barang bawaan pribadi milik V di sebuah tas besar dan mahal keluaran brand Gucci. Setelah mengemasi barang pribadi milik V, Jigoong keluar ruangan pribadi V untuk menyiapkan keperluan V yang lain. Di ruangan ini aku tinggal sendiri sembari membereskan beberapa item penting seperti air mineral untuk V dan Jigoong, lalu aku lanjutkan memasukkan pakaian ganti V ke dalam tas lainnya.

Beruntung sekali Jigoong meminjamkan ponsel lamanya untukku. Ponsel itu aku gunakan untuk berswafoto dan memotret beberapa idol favoritku. Sudah pasti nantinya aku akan kupergunakan memotret Chanyeol, Jenny anggota BlackPurple, dan idol lainnya. Aku juga pasti akan berfoto dengan V dan teman-temannya. Itu kalau mereka bersedia.

Ponsel yang dipinjamkan Jigoong ini tidak diisi kartu seluler. Sepertinya baik V ataupun Jigoong belum bisa mempercayaiku. Baiklah aku mengerti, kehidupan V memang sangat pribadi. Ia pasti khawatir jika aku melanggar perjanjian untuk tidak menyebarkan kehidupan pribadinya.

Aku memasukkan ponsel ke tas mini berharga 65 juta rupiah ini. Harga fantastis untuk sebuah tas mini berbahan kulit asli. Harga sebesar itu di kampung bisa dijadikan uang muka kredit rumah tipe 36 atau 45.

"Who?" Aku terkejut saat tiba-tiba seseorang di belakangku menutup kedua mataku dengan telapak tangannya.

"Who are you?" Aku makin panik. Jangan-jangan ia adalah sasaeng fans yang marah padaku. Tidak, aku harus minta maaf padanya karena V telah membelanjakanku baju, tas, dan sepatu dengan harga lebih dari seperempat milyar.

Aku mencoba tenang. Aku mencoba mengandalkan indera penciuman. Aku mengendus aroma parfum orang yang menutup mataku. Sepertinya seorang pria. Apa dia, Cha Minho? Dadaku berdebar lebih cepat, aku ketakutan.

Aku berusaha membuka tangannya yang menutupi mataku. Ia menyerah dan membuka tangannya setelah aku meronta-ronta berusaha membuka tangannya. Aku membalikkan tubuh, ternyata yang menutup mataku adalah Seokjin. Sial, mengagetkan saja.

Aku bernapas lega. Aku memang seseorang yang memiliki masalah besar. Setiap ada seseorang yang mengagetkanku, otakku langsung merespon orang itu adalah Cha Minho, salah satu klien hidung belang rumah bordil.

Seokjin berjalan pelan dan menyandarkan tubuhnya di sisi meja, sedangkan aku berdiri di sisi tengah ruangan, kami berhadapan dengan jarak cukup dekat. Ia memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Oh, dia benar-benar menawan. Sial, aku terpesona. Ia tampan dengan tuxedo berwarna putih dan sepertinya sudah selesai dirias karena kulihat wajahnya sudah berlapis foundation dan lip gloss berwarna peach

"Cantik!" pujinya tanpa melepas pandangan sedikit pun dariku. 

"Terima kasih, kau juga tampan." jawabku jujur. 

Seokjin tertawa pelan lalu menatap ke arah lain sambil menggigit bibirnya. "V sangat perhatian padamu, lihatlah, kau sangat cantik dengan balutan busana itu," ujarnya.

"Iya, dia memang baik sekali," jawabku.

"Nanti kau duduk tepat di belakangku, ya! Aku ingin berdekatan denganmu," pinta Seokjin.

Aku jelas terkejut. Mengapa ia tidak duduk dekat idol girl lainnya yang jelas lebih cantik dariku? Sebut saja Irene atau Jisoo anggota BlackPurple yang sangat cantik bahkan mirip dirinya. 

Makin lama ia menatapku dengan intens, tetapi sungguh aku tak berani menatapnya kembali. Aku bahkan merasa tidak enak jika orang lain memergoki kami berada di sini. Lebih merasa tidak enak jika V memergoki kami berdua. Memang tak terjadi apa-apa, tetapi tetap saja aku merasa tidak enak.

"Seokjin Oppa. Aku permisi keluar. Kau tunggu saja V di sini. Aku akan mencarinya," kataku dengan tergagap.

"Aku kemari bukan mencari V, tapi mencarimu!" jawab Seokjin. Wajahnya tampak serius.

"Aku … un-untuk apa, Oppa?" 

Seokjin berjalan mendekat ke hadapanku dan menarik tanganku, jarak kami makin dekat dan berhadapan. Matanya tak henti-hentinya menatapku dengan lembut. "Aku merindukanmu," bisiknya. Aku membeku seketika tak bisa menjawab. Aku juga ingin menghilang dari hadapannya secepatnya.

Seokjin menarik pelan tanganku hingga tubuhku bergeser lebih dekat dengannya. Ia tersenyum dan matanya menatap mataku. Kedua tangannya berada di kedua telingaku. Napasnya terdengar memburu. Aku masih tetap membeku, ia menarik pelan kepalaku tak kusangka bibirnya tiba-tiba sudah menyentuh bibirku. Pada akhirnya ia telah mendapatkan diriku.

"Mmmhh," erangnya.

Aku tak membalas ciumannya. Ia sepertinya mengerti, ia pun menghentikan aktivitasnya dan beralih mengecup keningku. Aku masih membeku hingga ia melepas kedua tangannya dari kepalaku. 

"Maaf," ujarnya. Ia langsung salah tingkah dan bola matanya berputar ke kiri dan ke kanan. "Aku akan berhenti memperhatikanmu hingga V berterus terang padaku, kalau dia memang benar-benar mencintaimu." 

Aku tak menjawab, tatapanku masih kosong. Apakah ia akan memperhatikanku dalam waktu yang sangat lama, bahkan ratusan tahun? Sebab kutahu, sikap V biasa saja padaku. Mengapa Seokjin seyakin itu pada dugaannya?

"V, tidak." Tiba-tiba telunjuk Seokjin berada di bibirku membuat perkataanku terinterupsi.

"Aku mengenal V cukup lama dan aku tahu apa yang ia rasakan saat ini. V sudah seperti adik bagiku. Jika suatu saat ia berterus terang padaku dan kalian berkencan. Ciuman tadi adalah, pertama dan terakhir, aku janji," bisik Seokjin.

Aku masih dengan tatapan kosong tak percaya. Aku tak bisa menjawab pernyataan yang ia berikan. Ia seperti sangat yakin dengan dugaannya. Ia tersenyum dan berjalan mundur pelan, ia sepertinya akan keluar dari ruangan ini.

"Tetapi, jika dalam kurun waktu yang aku perkirakan ia masih belum berterus terang. Maka, ciuman itu adalah yang pertama, dan selanjutnya akulah yang akan menjagamu." Seokjin menutup pembicaraannya hingga ia mendekatkan kedua jempol dan telunjuknya hingga membentuk hati.

Beberapa menit setelah Seokjin keluar ruangan, Aku masih membeku karena teringat ciumannya. Aku tidak menamparnya ataupun berteriak memakinya. Tatapanku hanya kosong dan aku melamun. Seokjin menciumku tiba-tiba tetapi aku tak bisa memberontaknya. Aku merasa tidak enak jika berteriak, seluruh orang-orang di kantor agensi ini pasti akan membenciku dan Seokjin akan mendapatkan skandal 'berciuman dengan pelayan V.' Aku tetap akan menjaga nama baiknya.

Seseorang datang membuka pintu dan mengagetkanku kembali. Ternyata V selesai dirias. Ia tampak sangat tampan dengan riasannya dengan tatanan rambut ikal berwarna coklat.

"Hei, kau kenapa?" tanya V.

"Tak apa, V," jawabku. "Apa yang bisa kukerjakan V?"

"Apa kau melihat Jigoong? Kita harus siap-siap. Kau berangkat dengan Jigoong, kau tunggu saja dia." 

"Baik, V," jawabku.

V mengendus dan melihat sekeliling ruangannya. Ia sepertinya tahu kalau ada orang lain yang memasuki ruangannya. "Apakah ada orang yang masuk ke ruanganku?" 

"Tidak, V." 

"Seperti aroma parfum Seokjin Hyung. Apa dia mencariku?" tanya V. V sepertinya hafal dengan aroma parfum Seokjin. Parfum mahal dan mewah, tentu saja aromanya kuat dan tahan lama.

"Benar, V. Tadi ia datang sebentar untuk mencarimu. Kau dari mana?" Aku mencoba berbohong agar tidak ketahuan olehnya. Aku juga berharap, aroma parfum Seokjin tidak melekat di gaunku.

"Aku cukup lama di toilet," jawabnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top