Episode 24 : Satu Suapan

Muza Yana

Jika sedang serius bekerja, V sepertinya tidak bisa diganggu, termasuk untuk urusan makan. V seperti menikmati pekerjaannya. Sejak pagi, ia mengarasemen lagu di dalam kamarnya. Nada petikan gitarnya sangat indah, suaranya sangat merdu. Walaupun suaranya terdengar pelan karena aku mendengar dari luar kamarnya, tetapi tetap saja aku bisa menghayati suara merdunya.

Lagu yang dibuatnya mungkin pesanan sebuah rumah produksi pembuatan drama Korea atau untuk BTS sendiri. V memang sangat berbakat menciptakan lagu, beberapa lagu BTS diciptakan olehnya. Lagu-lagu tersebut ada yang ia nyanyikan sendiri dan ada yang dinyanyikan bersama-sama. Kemudian, ada beberapa sountrack drama Korea yang diciptakan dan dinyanyikan oleh dirinya. Semua lagu yang ia ciptakan selalu menjadi nomor satu di chart tangga lagu Korea.

Ia tak bereaksi saat aku membawa makanan dengan nampan ini. Matanya terfokus pada komputer dan sesekali bergitar. Aku tak tahan, aku benar-benar akan menyuapinya. "Maaf V, kali ini aku terpaksa menyuapimu. Ini semua demi kebaikanmu," kataku dengan membungkuk seperti orang Korea biasanya. 

V menoleh, segera aku memegang pelan dagunya dan memaksa membuka mulutnya. Mulut V terbuka dan satu suapan berhasil masuk ke mulutnya. Hal ini pernah kulakukan saat Chacha adikku masih kanak-kanak. 

V tak bisa menghindar, mau tak mau ia mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya. Untung saja tidak ia muntahkan. Tentu aku akan repot membersihkannya jika V memuntahkan makanan ini. 

Satu suapan berhasil, suapan kedua ia membuka mulutnya tanpa diperintah. Ia masih tetap konsentrasi di depan layar komputer. Suapan demi suapan pun berhasil, hingga suapan ketujuh ia menoleh padaku dan menatapku tajam.

"Hei, kau menyuruhku makan. Memangnya kau sendiri sudah makan?" 

Aku menggeleng dan tertunduk.

"Kau sendiri belum makan, mengapa kau memaksaku makan?" geram V.

"V, di manapun majikan itu makan terlebih dahulu sebelum pelayan," jawabku.

"Hei, kalau kau sakit aku juga yang susah. Sìapa yang akan aku perintah lagi. Sekarang, berikan piring itu padaku!" 

Tanpa protes aku memberikan piring di tanganku. Pria itu pun mengambilnya. Ia berdiri dari duduknya dan menyuruhku untuk duduk di kursi yang ia duduki sebelumnya. Aku menuruti perintahnya.

"Sekarang buka mulutmu! Gantian aku yang menyuapimu," titahnya.

V memasukkan makanan satu sendok penuh ke dalam mulutku. Aku mengunyahnya pelan. Suapannya kurasa terlalu besar hingga mulutku penuh. "Ayo buka lagi!" ujarnya.

Mau tak mau aku membuka mulutku. Aku baru sadar kami makan sepiring berdua karena makanan yang ia suapkan adalah makanan yang tadi kusuapkan padanya. Aku mengerutkan dahi, mengapa rasanya enak? Tadi rasanya tidak seperti ini. Benarkah makanan yang dimakan satu berdua dengan ‘kekasih’ rasanya menjadi lebih enak?

"Buka lagi!" paksanya. Ia tak mengurangi isi makanan yang ia sendok. Terlalu besar, aku tak bisa mengunyahnya dengan cepat. "Ayo, makan lagi. Biar kau cepat besar!"

"V, aku haus," rintihku. V meletakkan piring di meja kerjanya, ia mengambil jus jeruk di atas nampan yang aku letakkan di tempat tidurnya. Aku hendak mengambil jus jeruk itu, tetapi V malah meminumkan jus jeruk itu.

Setelah meminumkan jus jeruk padaku, ia meminum jus jeruk itu hingga habis. Kini aku satu gelas berdua dengannya, setelah makan satu piring berdua dengannya.

"Kau sudah kenyang?" tanyanya setelah mengelap bibirnya dengan tisu. Aku mengangguk. Setelahnya, ia memberikan selembar tisu padaku. Kukira tadi V akan mengelap bibirku, ternyata dugaanku salah, V hanya memberikan tisu dan aku mengelap bibirku sendiri. Tak jadi romantis.

"V, mengapa kau menyuapiku? Aku merasa tidak enak. Tadi aku memang menyuapimu karena kau bekerja terlalu keras hingga lupa makan," ujarku.

"Memangnya tak boleh? Aku sering menyuapi kedua adikku saat aku remaja dulu," jawabnya. Aku mengangguk.

Setelah suap-suapan tadi, aku diminta V untuk mendampinginya mengarasemen lagu. Ia sesekali meminta pendapatku tentang musik yang ia ciptakan, apakah enak didengar atau justru terdengar sumbang. Semenjak mendengarkan V mengarasemen lagu, dari awal semuanya terdengar indah dipadu dengan suara baritonnya yang merdu. Aku menjawabnya jujur, bagus, enak didengar, dan seru. Ia menanggapi komentarku dengan mengacungkan jempol.

***

Tiba-tiba aku terbangun di atas tempat tidur V. Setahuku tadi aku duduk di sampingnya saat ia mengarasemen lagu dan mungkin aku tertidur di depan komputernya. Kemudian, siapa yang memindahkanku ke tempat tidurnya? Apa mungkin ia menggendongku?

Aku melihat sekeliling kamar V, ia tak ada di kamarnya. Sepertinya komputernya sudah dimatikan. Aku menggeser tubuh untuk turun dari tempat tidur dan segera membereskannya.

Aku merutuki diriku sendiri, bisa-bisanya majikan mengajak ngobrol dan meminta pendapat aku malah tertidur. Aku juga merepotkan V, yang memindahkanku tentu saja V karena kami di rumah hanya berdua saja.

Aku berjalan pelan menuju ruang menonton televisi, dan benar saja aku melihatnya sedang berbaring miring di sofa dengan santai sambil menonton televisi. Karena terlalu serius menonton, ia tak menyadari kedatanganku.

Aku pun ikut melihat layar televisi dan aku terkejut. Ternyata V sedang menonton serial Azab yang ditayangkan Indochanel. Aku tak menyangka kalau serial televisi yang berisi hukum karma yang diberikan Tuhan itu juga disiarkan di Korea. Aku juga melihatnya langsung kalau serial itu diterjemahkan dalam bahasa Korea, dengan tulisan hangeul di bagian subtitle.

"V," panggilku pelan.

Ia bergeming masih serius menatap layar televisi yang menayangkan seorang mayat yang kuburannya penuh dengan air. Sesekali matanya melotot dan dan menutup mulutnya karena terkejut dengan azab yang diberikan Tuhan dalam serial itu.

"V," panggilku kembali.

"Eh, kau sudah bangun?"

"Sudah, aku minta maaf karena aku tertidur saat mendengarkan musik yang kau ciptakan. Aku benar-benar menyesalinya," ujarku.

"Oh, tak apa. Kelihatannya kau kurang sehat," kata V tanpa menatapku. Ia berkata dengan mata yang terfokus pada serial Azab yang ia tonton.

"Benarkah? Aku kurang sehat?" 

"Kau tentu lebih tahu, ambil saja vitamin di lemari dekat ruang makan," jawabnya setelah memandangku sekilas.

"Terima kasih, V." Ia tak menjawab dan masih terfokus pada serial Azab. Aku bergegas menuju ruang makan dan mencari vitamin yang ia maksud. Benar saja, vitamin tersebut memang vitamin C yang iklannya ia bintangi. Aku tersenyum dan mengambil satu tablet vitamin C itu.

Setelah minum vitamin C, aku berjalan menuju jendela menatap sungai Han dari ruang makan. Aku tersenyum tersipu-sipu mengingat hal tadi. Senyumku bukan karena perhatiannya, tetapi lebih karena tontonan V. Sayangnya aku tak berani menanyakan alasan mengapa ia menonton serial itu dan sejak kapan? Ah V, kamu memang lucu, kadang juga misterius. 



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top