Episode 16 : Sirup Leci

Muza Yana

Seperti hari-hari sebelumnya, aku masuk kamar milik V dan duduk di pinggir tempat tidurnya sambil mendengar celotehnya yang menurutku kurang penting. Aku lebih suka mendengar celoteh Chanyeol di youTube daripada celoteh V yang sering di luar topik.

Semenjak aku masuk kamarnya, sebagian celoteh V adalah berkaitan dengan Xiaoyu. Xiaoyu sepertinya tidak mau menyerah mendapatkan cintanya. Wajar saja seperti itu mengingat dia sangat tampan dan baik hati.

Jujur, berhadapan dengan V akan membuat jantung berdetak lebih kencang. Keringat dingin akan keluar dengan sendirinya walau suhu kamar terbilang rendah. V memang selalu berada dalam pesona luar biasa. Didukung suara beratnya ia tampak sempurna. Siapa pun yang menatap mata V atau katakan lah tak sengaja bertatapan pasti akan berhayal ingin menjadi kekasihnya.

Berulang kali aku berhayal menjadi kekasihnya dan menjadi nyonya rumah di rumah ini. Khayalanku seolah tak berhenti hingga aku sadar sendiri kalau aku hanya sorang pembantu rumah tangga. Jadi, aku tak perlu merasa V menaruh hati padaku karena pada dasarnya sikapnya biasa saja.

"Ini minuman untukmu!" V menyodorkan minuman kaleng berwarna putih dan bergambar leci. Sebelumnya ia mengeluarkan dua buah minuman itu dari kantong kertas. Nampaknya di Korea sangat anti sampah plastik.

"Ini minuman rasa leci?" tanyaku tak percaya. Mengapa pria itu tiba-tiba membawa minuman rasa Leci. Bukankah sebaiknya ia membawa bir? Supaya kami bisa mabuk bersama. Lagi-lagi aku berlebihan.

"Benar, kau tadi yang memintanya, bukan?"

" Astaga, V. Aku tidak meminta minuman apa pun," kilahku.

"Lalu, mengapa kau menelponku dan mengatakan 'leci'? Ku kira kau menginginkan minuman itu," jawabnya.

"Tidak, V. Tadi aku ingin menelpon adikku, tetapi justru menyambung ke ponselmu," ceritaku.

"Oh, telpon rumah sengaja disambungkan ke ponselku. Sebab, aku tak ingin orang luar menelpon orang lain untuk mengetahui nomor telepon rumahku."

"Tapi, V. Aku bukan orang luar yang akan menyebarkan nomor rumahmu, kau percaya padaku, bukan?" aku kembali bertanya.

"Bukan, bukan kau. Sebelumnya aku menggunakan jasa membersihkan rumah secara online, aku takut nomor telepon rumahku tersebar."

"Maaf V," kataku lirih.

V bergeming, ia membuka kaleng minuman rasa leci yang ia bawa. Aku pun ikut membuka kaleng minuman rasa leci yang ada ditanganku dengan grogi dan gemetaran. Itu lah salah satu alasan aku malas mengajak V mengobrol, lelaki itu sangat tampan, aku selalu grogi dibuatnya, apalagi jika tak sengaja saling berpandangan.

"Jadi, ceritakan lah adikmu yang bernama Leci itu! Apa benar ia bernama Leci?" tanya V sambil mencairkan suasana. Sepertinya pria itu tahu kalau aku sangat grogi.

"Iya, nama aslinya adalah Liseira, kami sekeluarga memanggilnya Leci. Oh, aku punya adik satu lagi, ia bernama Chacha, nama penuhnya adalah Marsya," ceritaku.

"Aku juga punya dua orang adik, laki-laki dan perempuan. Kurasa kau tahu nama mereka," cerita V setelah meneguk minuman leci.

"Iya, V." Astaga aku lupa nama adiknya. Aku hanya ingat nama saudari Chanyeol, namanya Hwang Yoona. Kalau adik V aku lupa, aku hanya ingat nama depannya saja, Kim.

Setelah bercerita tentang keluarga kami, V pun menceritakan keinginannya ke Indonesia. V menginginkan suasa desa yang jauh dari hiruk pikuk kota. Sebab, ia juga berasal dari desa, tetapi di Korea. Aku tak perlu merasa senasip menjadi orang desa dengannya. Jelas saja desa kami berbeda, dia di Korea aku di Indonesia. Sampai di sini aku paham.

V juga bercerita ingin berlibur ke Bali, tapi karena jadwal show yang sangat padat serta jadwal latihan menari, menyanyi, dan segala aktivitas selebritinya, ia belum berpikiran untuk berlibur. Terserah saja, kurasa itu bukan urusanku.

Seperti biasa, aku menanggapi ceritanya dengan baik. Sesekali aku mengomentarinya dan kembali bertanya. Lalu ia bercerita kalau teman-teman BTS-nya akan mengadakan makan malam besok.

Mendengarnya jantungku rasanya ingin copot, besok BTS makan malam di rumah V? Waw, pasti sangat seru sekali. Tiba-tiba aku berkeringat dingin, mengapa rasanya seperti bertemu saudara ipar yang berjumlah enam orang? Astaga, mengapa aku berpikiran seperti itu? Seharusnya aku ingat kalau aku ini pelayan, tentu aku hanya duduk di dapur menunggu mereka pulang lalu membereskan meja makan.

"Pasti seru sekali," jawabku senang. Aku berbohong, aku bukannya senang, aku justru tidak percaya diri.

"Kuharap kau besok memasak makanan Indonesia, ya! Mereka ingin mencicipi makanan terenak di dunia itu," ujarnya.

"Oh, maksudmu rendang?" Aku kembali bertanya.

"Benar, kuharap kau bisa melakukannya," perintahnya.

"Aku bisa. Tetapi darimana aku memperoleh bumbunya?"

"Seokjin Hyung akan membawakan untukmu. Kau tahu bukan, kalau ia sangat menyukai memasak. Hyung-nya akan memesan langsung dari Indonesia."

"Oh, begitu. Baiklah." Demi kegemaran memasak, Seokjin sepertinya berjuang keras, hingga memesan bumbu langsung dari Indonesia.

Aku baru ingat kalau Seokjin memang memiliki passion yang tinggi terhadap masakan. Kakaknya adalah pemilik restoran mahal di Korea yang cabangnya tersebar di mana-mana. Ia juga kerap membagikan video memasaknya di kanal YouTube.

Aku menjadi berpikir seratus kali. Mengapa mereka menginginkan mencicipi rendang. Bukankah rendang itu berkolesterol tinggi? Apakah mereka tidak diet? Apakah mereka tidak menghindari makanan berlemak?

"V, bukankah kalian menghindari makanan berlemak dan berkolesterol tinggi? Kurasa rendang bukan ide yang bagus. Aku bisa menggantinya dengan makanan yang lebih sehat seperti salad, kami menyebutnya gado-gado."

"Sudah, kau buat saja yang kuperintahkan itu. Anggap saja mereka libur diet, atau kami bisa fitness setelah makan malam," jawab V.

Aku tersenyum geli membayangkan ia dan teman-temannya fitness setelah makan makanan berlemak itu. Jika mereka malas fitness, berat badan mereka akan naik dan lingkar pinggang mereka bertambah tiga sentimeter. Hal itu membuat menejer mereka marah.

"Baiklah kalau itu kemauan kalian, maaf jika aku belum bisa memasak masakan korea," kataku tertunduk.

"Tak apa, besok Seokjin Hyung akan membantumu. Kau bisa memasak makanan Indonesia dan ia akan memasak makanan Korea."

Apa yang barusan ia katakan? Seokjin akan memasak juga? Itu artinya aku akan memasak dengan pria tampan. Tinggal di apartmen pria tampan, besok aku juga akan memasak dibantu pria tampan. Hidup memang terkadang sangat indah, aku tak sabar menunggu keesokan harinya.

"Hei, apa yang kau lamunkan?" tanya V. Ia sontak membuatku kaget.

"Maaf, V." Huh, mengagetkan saja. Ia seperti tahu yang ada dalam pikiranku, yaitu Seokjin.

"Kau jangan membuatku malu." Ia memberi peringatan. Sepertinya ia tahu kalau aku adalah gadis yang suka ceroboh dan selalu salah tingkah jika berhadapan dengan pria tampan, sial.

"Baiklah V," jawabku. Aku tak sabar menunggu keesokan harinya. Aku tak sabar memasak bersama Seokjin. Ku harap V tidak membantu. Sebab, aku pernah melihat mereka di kanal YouTube, saat Seokjin memasak V hanya mencicipi bukannya membantu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top