Episode 14 : Memiliki Istri

Kim Taehyung

Aku memutus sambungan telepon rumah. Yana mengira kalau telepon di apartemen bisa ia pakai menelepon ke Indonesia. Telepon itu tak bisa dipakai, aku mengaturnya hanya untuk tersambung ke ponselku, sebab beberapa waktu yang lalu seorang cleaning service panggilan telah sengaja menelepon ke luar dan menyimpan nomor rumahku. Sejak saat itu telepon rumahku tak berhenti berbunyi. Tentu saja aku sangat terganggu.

Pagi-pagi sekali aku datang ke kantor agensi dengan perasaan yang sangat senang. Aku memasuki kantor dengan bersiul-siul dan menyapa siapa saja yang lewat di depanku. Cleaning service, sekuriti, karyawan agensi, penari latar, produser, sutradara video klip, pelatih tari, dan lainnya semua sudah kusapa.

Perasaan senang adalah karena sudah sarapan pagi dan meminum secangkir capucino. Ternyata enak juga punya seseorang yang menyiapkan kebutuhan menjelang berangkat kerja. Yana juga menyetrika pakaianku, aku cukup lega bisa tampil rapi berangkat ke kantor.

Biasanya aku hanya sarapan di kantor dengan memesan secara daring. Kadang aku juga bangun kesiangan. Jigoong sebagai asisten hanya menjadi label saja, ia justru bangun lebih siang jika dibandingkan denganku.

"Selamat pagi," Namjoon datang dan menyapaku.

"Selamat pagi, Hyung," jawabku dengan wajah gembira.

"Oh, kau datang pagi?" Namjoon terheran-heran. Aku tetap senyum dan kembali menatap layar ponsel.

"Siapa? Siapa datang pagi?" Jimin memasuki pintu ruangan tergesa-gesa dan berhenti ketika melihatku sudah duduk di sofa ruangan khusus BTS. "Bravo!" celetuknya.

"Tumben sekali kau datang pagi, Hyung?" Kini Jungkook menambahkan komentar. Ia datang bersama Jimin. Jungkook, Jimin dan Namjoon masih tinggal di asrama BTS. Mereka datang bersama-sama. Sementara aku dan Suga memilih tinggal di apartemen pribadi lalu Seokjin dan J-Hope memilih tinggal bersama orang tuanya.

Aku tak menjawab cemoohan mereka. Benar, sejak aku tinggal di apartemen aku selalu datang paling terakhir. Kini aku datang lebih cepat hingga membuat mereka terheran-heran.

"Kenapa kalian sibuk kalau aku datang lebih pagi?" jawabku sambil menatap mereka satu persatu.

"Sepertinya ada yang tidak beres," cemooh Jimin.

"Hei, Jimin. Memangnya kenapa kalau aku datang pagi? Sibuk saja kau ini," jawabku.

Ehem.

Mereka tiba-tiba berdeham. Sementara Namjoon hanya tersenyum dengan deheman teman-teman lainnya.

"Wajar saja dia datang pagi, Jimin Hyung. Sekarang V Hyung kan sudah punya istri," Jungkook berkata pelan dengan wajah mencemooh. Aku tahu dia hanya bercanda.

"Aku tak menyangka, teman kita ini sudah dewasa," Suga tertawa pelan dan menekan intonasi saat menyebutkan kata dewasa. Seolah aku sudah dewasa dan melakukan adegan dewasa.

"Sudah, kalian tak usah mencemoohku seperti itu, kalau kalian ingin pelayan kalian bisa mencarinya," jawabku sekenanya.

"Pelayan seperti istri, bukankah begitu, Hyung?" Jungkook masih menyerangku. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan wanita, Jungkook selalu yang paling cepat menanggapi. Pikirannya kadang-kadang kotor, ia pasti menganggapku telah macam-macam dengan Yana.

"Enak saja kau, Jungkook. Apa maksudmu mengatakan dia istri?" protesku.

"Sekarang, bajunya juga sudah disetrika rapi. Biasanya Jigoong menyetrika ada beberapa lipatan dan garis-garis kusut," timpal Jimin sambil memberhatikan kemeja yang kukenakan.

Setelah Jimin berkomentar, mereka tertawa. Aku sudah biasa menghadapi cemoohan mereka. Mereka memang suka bercanda. Kalau tidak bercanda, mana mungkin kami seakrab ini.

Seokjin dan J-Hope datang bersamaan. Mereka ikut tertawa dan menepuk bahuku. Seokjin sepertinya sudah mulai mencair, ia datang dengan sikap yang hangat. Kalau seperti ini aku merasa kami adalah keluarga besar.

***

"Jadi bagaimana pelayan barumu itu? Kenalkanlah pada kami," kata Jimin setelah kami rapat.

"Benar, kita perlu perayaan. Semacam makan malam bersama, kita juga sudah lama tidak berkunjung ke apartemenmu." kata Suga.

"Apa-apan ini? Kenapa harus berkunjung? Kita kan bertemu tiap hari, Hyung," protesku.

"Ah, V Hyung sepertinya tak ingin diganggu. Sebab dia itu, ehem." Jungkook menghentikan omongannya, tetapi  kedua jari telunjuknya ia gerakkan. "Kurasa Hyung semua mengerti maksudku."

Mereka tertawa saat adik kecil mulai berbicara. Namjoon mengusap-usap rambut Jungkook. Jungkook adalah adik kecil kami yang lucu. Ia mulai sering berpikiran sedikit vulgar dengan niat bercanda.

"Kalian pasti romantis sekali ya," timpal J-Hope.

"Romantis bagaimana, Hyung? Aku saja jarang bercakap-cakap dengannya." Aku berbohong, aku bercakap-cakap dengan Yana. Malahan kubuat jadwalnya setiap jam sepuluh malam di dalam kamarku. Aku senang mengobrol dengannya.

"Wah, bisa-bisa menjadi sebuah cerita A maid turn into lover," komentar Jimin.

Setelah obrolan itu, mereka sepakat besok akan makan malam di apartemenku. Namjoon tiba-tiba membuat jadwal seperti itu. Sebenarnya, aku tak tahu Yana bisa memasak masakan Korea atau tidak.

"Aku ragu, kami akan menghidangkan makan malam apa? Sebab aku yakin, gadis Indonesia itu belum bisa memasak makanan Korea," ujarku.

"Kenapa harus makanan Korea, suruh saja dia memasak makanan Indonesia. Bukankah salah satu makanan terenak di dunia berasal dari Indonesia?" komentar Namjoon.

"Apa yang kau maksud rendang?" timpal Seokjin. Sebagai koki BTS ia angkat bicara. Ia tak ingin pengetahuannya tentang makanan tak ia perjelas dalam pembicaraan ini.

"Benar, Hyung. Rendang. Kau memang koki sejati Hyung,"jawab Namjoon.

"Bisa saja kau ini," sambung Seokjin dengan tersenyum tersipu-sipu. Ia senang bisa memperlihatkan pengetahuan tentang makanannya.

"Baiklah, kita sepakat. Besok kita makan malam di rumah Taehyung-ah." Namjoon menutup obrolan pagi. Setelahnya mereka bertepuk tangan.

"Anyeong." Xiaoyu datang dengan senyum semeringah.

"Hai, adik Xiaoyu," sapa Jungkook.

"Kalian sedang apa? Membicarakan aku ya?" kata Xiaoyu tiba-tiba.

"Cantik sekali," bisik mereka.

"Mengapa kau kemari?" tanyaku sinis.

"Hei, Taehyung-ah kau jangan begitu. Adik Xiaoyu sengaja datang kemari untuk latihan bersama kita," jawab Suga.

"Latihan bersama? Apa maksudnya?" tanyaku tak percaya.

"Kau lupa kalau dua minggu lagi kita tampil di acara penghargaan stasiun TV JBBC?" tanya Namjoon.

"Aku ingat, Hyung. Tapi apa hubungannya dengan Xiaoyu?" aku kembali bertanya.

Namjoon mengembuskan napas kasar. Ia seperti lelah karena terus-terusan mengingatkanku yang pelupa ini. "Kita akan menari bersama Xiaoyu," jawab Namjoon.

"Oh, begitu? Lalu, mana teman-teman Twins-mu itu? Mengapa kau datang sendiri?" aku bertanya pada Xiaoyu. Kedatangannya tentu saja akan merepotkanku. Sudah pasti ia akan memaksaku mengantarkannya pulang.

"Ah, V Oppa," Xiaoyu tersipu-sipu. "Yang akan menari bersama dengan BTS adalah aku sendiri, bukan Twins," jawabnya.

"Oh jadi begitu? lalu setelah ini kita latihan bersama?" aku kembali bertanya.

"Tentu saja, Oppa. Setelahnya kita akan menjadi MC untuk sebuah penghargaan dan di akhir acara kita akan berdansa." Xiaoyu mejelaskan dengan bersemangat. Ia selalu bersemangat pada setiap acara yang selalu ada kaitannya dengan BTS.

"Hah, berdansa? Kita berdua? Tidak mau, aku tidak mau. Kau berdansa saja dengan Jungkook," protesku.

"Kenapa kau tidak mau, Oppa? Apa aku kurang menarik bagimu?" keluhnya. Ia tampak cemberut.

"Bu-bukan begitu. Aku tak mau berdansa dengan wanita. Nanti penggemarku cemburu, ya-ya, nanti penggemarku cemburu," kilahku.

"Kau tidak bisa begitu Taehyung-ah, ini sudah konsep acara. Mau tak mau kau harus berdansa dengannya, kurasa penggemar mengerti, dan sebelumnya kalian juga sering dijodoh-jodohkan," terang Namjoon.

Jika kami benar-benar berdansa seluruh dunia akan menjodoh-jodohkanku dengan Xioyu kembali. Dua tahun berturut-turut kami terpilih sebagai pria dan wanita paling cantik dan tampan di dunia. Dua tahun ini aku hidup dalam perhatian Xiaoyu yang berlebihan, baginya aku seolah kekasihnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top