Episode 10 : Wanita Lainnya


Kim Taehyung

Aku sudah mengurus perizinan wanita bernama Muza Yana yang akan menjadi asistenku. Greatest Hits selalu mengecek setiap asisten, pelayan, atau pengawal semua selebriti yang dinaunginya. Beruntung pihak agensi mengizinkan dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi. Salah satu aturannya adalah tidak dibenarkan menyebarluaskan kehidupan pribadi sang selebriti. Sementara, surat-surat Yana yang hilang termasuk ponselnya diserahkan padaku sebagai majikan. Aku menyanggupi dan mungkin Jigoong yang akan mengurus semuanya.

Pihak agensi mengecek nama Yana di departemen imigrasi. Katanya, berkas-berkas Yana semua lengkap dan visa yang ia miliki adalah visa kerja. Aku cukup lega, kini hanya memikirkan bagaimana mencari berkas-berkas, dompet, dan ponselnya yang hilang. Setidaknya untuk sementara ia tak kuberi ponsel dulu. Karena ia harus menjaga privasiku.

Jigoong menemani Yana berbelanja pakaian. Kasihan sekali wanita malang itu. Ia hanya mengenakan sepotong tube dress dengan slimline yang membentuk lekuk tubuhnya. Mungkin dia tak sadar gaya berpakaiannya itu mengundang mata untuk menoleh padanya. Jujur, termasuk aku.

Karena dress Yana yang terlalu ketat, aku bahkan bisa memperkirakan ukuran lingkar dada dan pinggulnya yang berisi dan sensual. Astaga, apa yang kini kupikirkan? Semoga nanti ia berbelanja pakaian yang pantas dan lebih sopan. Ia sepertinya ia terlalu selektif dalam memilih pakaian, hingga ia menghabiskan waktu selama empat jam berbelanja dengan Jigoong. Baru saja aku membayar belanjaannya melalui M-banking.

***

Tiga jam sejak mereka belanja, kuisi waktu dengan latihan vokal dan dance. Kini sudah malam mereka belum kembali. Aku cukup mengerti wanita selalu punya alasan untuk berlama-lama belanja.

"Anyeong." Suara wanita terdengar olehku yang diiringi membuka pintu ruang istirahat pribadiku.

"Oh," kataku.

"Yeobo," sapanya padaku. Aku hafal betul wanita yang suka memanggilku Yeobo. Menikah saja belum, tetapi dia sudah berani memanggilku Yeobo.

"Berhenti memanggilku Yeobo," tolakku lembut. Gadis cantik muda itu langsung merangkul lenganku dan mengajakku duduk di sofa. Kami berdua duduk bersebelahan. Hal seperti ini sudah lama terjadi padaku. Namun, apalah dayaku. Aku bukan terpedaya oleh kecantikannya, tetapi aku lebih berhati-hati dengan perkataan yang kukhawatirkan menyinggung perasaanya.

Setelah duduk ia membuka kotak makanan dan mulai menyuapiku dengan dimsum favoritnya. "Aku masih kenyang Xiaoyu," tolakku.

"Ah, Oppa. Sedikit saja,"rengeknya. Aku bergeming dan mengatupkam mulutku kuat-kuat. Akhirnya, ia menyerah dan meletakkan makanan itu di meja.

"Bagaimana kau bisa masuk ke sini? Kuperhatikan kau bebas sekali keluar masuk ke tempat ini," komentarku. Aku heran, bagaimana keamanan Greatest Hits? Mengapa menjadi telalu longgar seperti ini? Hingga idol agensi lain bisa masuk. Untung dia idol agensi lain. Bukan sasaeng fans.

"Aku punya ini." Ia memamerkan kartu ekslusif untuk army yang berprofesi sebagai wartawan. Kartu itu khusus untuk army, supaya lebih mudah untuk membagikan berita penting BTS selama berkegiatan di kantor agensi di waktu tertentu.

"Hei, dari mana kau dapatkan itu?" kataku sengit.

"Hm, apa pun bisa kudapatkan. Jika ada niat pasti ada jalan." jawab gadis Tiongkok itu. "Selalu ada jalan untuk berdekatan denganmu," katanya sambil menyadarkan kepalanya di bahuku. Aku menggeser tubuhku hingga kepalanya tak jadi bersandar di bahuku. Maaf, saat ini aku belum bisa menjadi sandarannya. Kurasa lebih baik ia bersandar di bahu kursi.

"Kau cerita padaku, dari mana kau dapatkan kartu itu?" aku kembali bertanya.

"Kuberi tahu atau tidak ya?" jawabnya dengan nada iseng.

Namanya Ling Xiauyu. Dia adalah gadis Tiongkok, member termuda di girlgrup Twins besutan agensi JWP. Kedekatan kami gara-gara fotonya tersebar sedang berdiri dibelakangku. Aku pernah iseng-iseng menyapanya tapi malah jadi begini. Dia selalu membuntutiku jika tidak ada kegiatan. Dia juga dekat dengan member BTS lainnya.

Aku selalu bersikap baik padanya, mengingat dia adalah public figure. Aku juga sering menolaknya secara halus, tetapi sepertinya dia terlanjur jatuh cinta padaku. Sikap baikku ternyata disalah artikan, hingga dia seperti ini, datang tiba-tiba. Ia bahkan sering datang tak kujemput walau pulang tak kuantar.

Xiaoyu tetap berusaha mencari perhatianku. Penolakan halus sudah kulakukan. Sementara penolakan keras tidak pernah kulakukan. Jika saja aku sempat menolaknya tegas, dia akan sedih dan bercerita pada teman-teman Twins-nya. Lalu, bisa jadi dia akan menulis berita menyebalkan di situs pergunjingan selebriti sebagai orang lain yang diberi harapan palsu oleh seorang bintang K-Pop. Berita seperti ini sudah sering muncul di situs pergunjingan itu dan Hwang Chanyeol member The One pernah menjadi korbannya.

"Yeobo, kau melamun." Xiaoyu mengibaskan tangannya di depan wajahku. Ia berjongkok tepat di depanku.

"Xiaoyu, berhenti memanggilku Yeobo. Jika orang lain mendengarnya kita bisa dalam masalah besar," protesku.

"Memangnya kenapa? Banyak idol yang pacaran. Jenny Blackpurple berpacaran dengan Kay The One. Chihyo Eonie juga berpacaran dengan Bang Daniel. Mereka aman-aman saja," tukasnya.

"Iya, di sini sedikit berbeda. Agensi ini tidak mengizinkan artisnya berpacaran. Agensimu juga,  bukan?"

"Ah, kau bohong. Agensiku mengizinkan berpacaran setelah melewati tiga tahun debut. Agensimu juga mengizinkan pacaran, bukan?" jawabnya.

"Kau salah."

"Aku tidak salah. Benar, bukan? Kalau sebenarnya kalian boleh berpacaran? " kilahnya.

"Siapa yang memberi tahumu?" aku kembali bertanya.

"Jungkook Oppa," jawabnya santai.

Sial. Awas kau Jungkook. Dasar anak kecil. Bilang saja kau yang berkencan dengan Xiaoyu. Aku merutuki ulah Jungkook. Gara-gara dirinya Xiaoyu bertingkah seperti ini.

"Kau ceberut terus tiap aku di dekatmu!" protes Xiauyu.

"Aku lelah, kau pulang saja. Aku juga ingin pulang setelah Jigoong sampai di sini."

"Tidak mau. Aku mau kau antar pulang," rengeknya.

"Jangan berlagak seperti anak-anak, tadi kau bisa ke sini sendiri, kenapa kau tidak pulang sendiri? Kau bawa mobil kan?"

"Tidak, aku naik taksi," jawabnya dengan wajah cemberut.

"Hei, kau tak boleh naik taksi. Keselamatanmu bisa terancam," cetusku.

"Apa pedulimu?" tantangnya.

"Baiklah, aku akan mengantarmu," kataku.

"Hah, benarkah? Aku tak salah dengar?"

"Tidak, tapi kau berikan kartu itu padaku." Aku meminta kartu ekslusif yang ada padanya.

"Oh, tidak bisa." Aku berusaha merampasnya, tetapi ia justru mempermainkanku dengan memutar-mutarkan dan memindahkan dari tangan kanan ke kiri kartu itu.

"Adik kecil, berikan padaku!"

"Tidak mau!" Ia makin menikmati permainan rampas yang ia ciptakan. Setelah aku berusaha, akhirnya aku mendapatkan kartu itu. Kami berebut kartu. Aku mencoba merampas kartu itu dan dia berusaha mempertahankan. Dia seperti menikmati perebutan kartu ini. Ketika pertahanannya melemah kartu itu justru terdorong ke mata kiriku, aku kelilipan.

"Auh!" pekikku. Kartu itu berhasil kudapatkan, tetapi mataku kelilipan.

"Ah, Yeobo. Kau tidak apa-apa?" Xiaoyu panik, ia pun menniup mataku. Kami duduk di sofa dengan jarak yang cukup dekat. Xiaoyu makin mendekatkan kepalanya untuk mengembus mataku yang kelilipan. Jarak bibirnya bahkan sangat dekat dengan mataku.

Braakk!!!

Tiba-tiba, Yana -- asisten baruku sudah ada di dalam ruangan, disusul Jigoong. Belanjaannya jatuh dan Ia terbelalak mematung melihat posisiku dan Xiaoyu. Yana dan Jigoong melongo menatap kami.

Aku langsung berdiri dan mengklarifikasi. "Ini, tidak seperti yang kalian banyangkan!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top