• CHAPTER 7 •
Apartemen Julia & Charlotte, 2nd Street.
Jack duduk di salah satu sofa berwarna abu-abu yang ada di ruang utama apartemen Julia--atau TKP--untuk kemudian diam beberapa saat dan memandangi lampu gantung yang digunakan Charlotte mengakhiri hidupnya.
Keluarga Antonie telah melaporkan kasus kematian Charlotte Antonie sebagai kasus pembunuhan berencana kepada kepolisian kota New York, sehingga mau tidak mau, Jack dan Owen harus menuntaskan pekerjaannya;menemukan pelakunya.
Jika saja Jack mengikuti ketentuan kepolisian, mungkin Julia sudah ditahan di dalam penjara sekarang. Karena nama Julia lah yang dicantumkan oleh Mrs. Sophia Antonie sebagai terduga dalang di balik kematian putri sematawayangnya tersebut. Namun kembali lagi pada realita saat malam kejadian, Julia justru pingsan karena diduga mengalami serangan panik ketika pertama kali melihat mayat di hadapannya.
Bagaimana seorang pembunuh bisa mendadak takut atas perbuatannya sendiri dan memilih pingsan di TKP? Ditambah, Julia lah yang menghubungi petugas patroli untuk memberi tahu polisi bahwa sahabatnya ditemukan tewas, dengan cara yang mengerikan.
Jack menilai, Julia mungkin takut dan panik saat itu. Ia berusaha mencari bantuan, tapi melihat mayat untuk pertama kalinya ... bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi. Apalagi jika mayat itu adalah sahabatmu sendiri.
"Aku tidak menemukan apapun." Suara Owen memecah lamunan Jack. "Tapi tampaknya mereka memang sudah akrab sejak lama, aku menemukan banyak foto-foto mereka di dalam kamar Julia, juga di dalam kamar Charlotte. Kurasa hubungan keduanya baik-baik saja, mengingat Charlotte tak melepas foto Julia di dinding kamarnya."
"Jika dia sangat membenci seseorang, dia tidak akan sanggup melihat foto orang tersebut, bukan?" Jack menoleh pada Owen, memandangnya penasaran. "Tapi bagaimana Charlotte tetap membiarkan foto Julia menempel di dinding sementara dia mengakhiri hidupnya dengan alasan sangat membenci Julia?"
"Ya, terdengar tidak masuk akal." Pria berusia 26 tahun itu kemudian duduk pada sofa yang lain, di sebrang Jack. "Kalaupun Charlotte ingin mengingat wajah Julia di detik-detik kematiannya, kenapa dia harus mati di sini?" Netra cokelatnya yang gelap mendongak menatap lampu gantung di atasnya. "Apa dia sebegitu membenci Julia hingga memutuskan mati daripada terus menerus bertemu Julia?"
"Omong-omong, dimana dia?"
"Julia, maksudmu?" Jack pun mengangguk mengiyakan. "Dia pergi pagi-pagi sekali untuk mengabari keluarganya, dia meninggalkan nomor ponsel dan alamat rumah orang tuanya agar aku percaya dia tidak akan kabur."
Kedua alis Jack bertaut. "Bagaimana kau bisa percaya?"
"Aku tahu aku bisa memercayainya, Jack," timpal Owen santai. "Alih-alih takut dia kabur dari kasus ini, tampaknya kau lebih khawatir dia pergi dan meninggalkanmu, bukan?"
"Kau bicara apa?"
Owen terkikik geli dan menyilang kedua tangannya di dada. "Wajahmu itu ... kau jelas tertarik kepadanya."
"Hey, jaga bicaramu, Owen," sanggah Jack. "Jika kau mengatakannya di tempat umum, orang lain akan berpikir bahwa aku memihak kepadanya karena menyukainya. Aku tidak mungkin bersikap kekanakan begitu, kau tahu."
Owen tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah baiklah, tapi sebaiknya kau santai saja, Bung," goda Owen. "Wajahmu sudah seperti udang rebus sekarang."
"Berhenti menggangguku dan kembalilah fokus," kata Jack seraya bangkit dari sofa. Mata hitamnya menyapu sekitar sebelum suara kembali terdengar darinya. "Bagaimana seseorang bisa mengatur kamera pengawas dan secara kebetulan Julia lah yang keluar untuk melaporkannya pada petugas? Kenapa bukan Charlotte yang notabene nya adalah pemilik dari apartemen ini?"
Owen menggumam pendek dan berkomentar, "Mungkin ini seperti tindakan balas budi karena seseorang sudah memperlakukanmu dengan baik?"
"Apa maksudmu?"
Owen kemudian bangkit. Tubuhnya yang hanya lebih pendek satu senti dari Jack membuat keduanya tampak sejajar saat sedang berhadapan seperti ini. Ia lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan mengedikkan kedua bahunya. "Julia mungkin merasa berhutang budi pada Charlotte dan mau melakukan apa saja yang Charlotte katakan demi membalas hutang-hutangnya itu."
"Apakah kau berniat mengatakan bahwa Charlotte mungkin memanfaatkan keadaan?"
"Kudengar Charlotte memiliki orang tua yang selalu bepergian ke luar negeri hanya untuk pekerjaan mereka, dia juga berprofesi sebagai aktris, bukan?" Owen mengangkat kedua bahunya. "Walau tidak terlalu terkenal, tapi bukankah Charlotte cukup kaya untuk membeli apartemen ini? Dalam informasi yang kudapat, dia bahkan memiliki seorang manajer. Tapi, kenapa dia harus meminta uang sewa pada Julia?"
"Setengah harga uang sewa rata-rata apartemen ini juga memiliki angka yang relatif tinggi, sedangkan Julia belum memiliki pekerjaan saat itu," sambung Jack. "Lalu apa tujuannya tinggal bersama Julia?"
Owen, pria dengan rambut cokelat pendeknya yang khas itu kemudian menganggukkan kepala. "Itulah yang harus kita cari tahu." Ia kemudian kembali duduk di sofa dan merebahkan puncak kepalanya di sana. "Jika dia memang berniat membantu Julia atas dasar pertemanan yang terjadi di antara mereka, bukankah meminta setengah uang sewa sedikit menganggu? Kurasa Charlotte tak membutuhkan uang Julia, dia pasti menginginkan sesuatu yang lain."
Jack menatap lantai di bawah kakinya untuk beberapa detik sebelum kembali mendongak pada lampu gantung di atas kepala Owen. "Charlotte memilih tempat ini agar mudah ditemukan atau ia berniat memberi kejutan pada Julia yang memang berencana akan pulang terlambat malam itu?"
"Yang membuatku penasaran, jika mereka berdua sungguh bersahabat, kenapa Charlotte tak bergabung dengan Julia di kelab? Julia sedang merayakan ulang tahunnya dan Charlotte tidak datang. Satu hal lagi yang harus kita cari tahu. Semoga jawabannya nanti, bisa menjadi petunjuk besar untuk kita, Jack."
Jack menoleh ke arah rekannya itu, teringat akan sesuatu. "Owen, bukankah kau bilang Julia pergi pagi-pagi sekali untuk menemui kedua orang tuanya?" suaranya terdengar cemas, bercampur penasaran.
Sehingga Owen membalas tatapan Jack dengan ekspresi bingung. "Ya, tapi kenapa wajahmu jadi pucat begitu?" Lagi-lagi Owen menggodanya, "Kau takut dia tidak akan kembali dan kau tidak bisa bertemu dengannya, bukan?"
"Bukan itu masalahnya, Owen."
Air muka Owen mendadak berubah serius. "Lalu, apa yang kau khawatirkan sekarang?"
"Mr. Antonie berkata padaku bahwa orang tua Julia sudah meninggal tiga bulan yang lalu."
Owen pun bangkit dan tak bisa menahan dirinya untuk berseru, "Apa?!" di hadapan Jack. "Lalu ... jika orang tuanya sudah meninggal, sebenarnya Julia pergi kemana?" []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top