• CHAPTER 5 •
Golden Hospital, New York.
(Beberapa jam setelahnya).
Jack kembali ke rumah sakit sementara Owen tetap tinggal di rumah untuk menjaga Julia. Dia bisa saja menjadi saksi, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa wanita itu mungkin terlibat dalam kasus kematian teman satu apartemennya, Charlotte Antonie.
Detektif berusia 27 tahun itu kemudian mendekati kedua orang tua Charlotte yang tampak duduk di depan sebuag ruangan autopsi milik Golden Hospital--salah satu rumah sakit swasta terbaik di kota New York.
Wajah mereka tampak lelah sementara pandangannya sarat akan kekosongan karena rasa kehilangan yang begitu mendalam. Jack menghela napas panjang sebelum menghentikkan langkahnya tepat di depan kedua orang tua Charlotte.
Ia berdeham pelan dan berkata, "Permisi." Sehingga kedua orang tua Charlotte segera menoleh ke sumber suara. "Bisakah aku berbicara dengan salah satu di antara kalian?"
Antonie Brown bangkit dari kursi dan mengangguk sopan. "Istriku pasti lelah, kau bisa bicara denganku," katanya lirih. "Namaku Antonie Brown."
Jack mengangguk setuju dan membawa Mr. Antonie menjauh dari istrinya, cukup agar wanita tua itu tak mendengar pembicaraan mereka. Karena hanya dari melihat wajahnya, Jack sudah tahu bahwa pria paruh baya di hadapannya itu tengah berusaha tegar meski sorot matanya telah mengungkapkan segalanya.
"Maafkan istriku yang tidak bisa mengendalikan dirinya tadi, dia pasti sangat sedih karena kehilangan Charlotte," ujar Antonie sedih, merasa tak enak atas apa yang telah dilakukan oleh istrinya di TKP. "Kematian putri kami yang mendadak pasti sangat membebaninya. Kuharap kalian bisa memaafkannya."
Jack melihat Mr. Antonie dengan pandangan iba. Bukan sekali dua kali ia harus dihadapkan pada kasus kematian yang dianggap tidak wajar dan hal yang paling sulit baginya adalah menghadapi reaksi orang-orang yang ditinggalkan tersebut. Ia lalu menepuk pelan bahu pria bertubuh kurus itu dan tersenyum tipis. "Kami sangat memahami perasaan istrimu. Tapi kali ini, aku membutuhkan bantuanmu," ujar Jack dengan suara yang lebih tenang. Berharap agar Mr. Antonie tidak merasa terintimidasi dalam situasi yang sulit seperti ini. "Aku akan menanyakan beberapa hal tentang Charlotte dan jawaban yang kau miliki mungkin akan menjadi titik terang dalam kasus ini. Apakah kau bersedia melakukannya demi putrimu?"
"Ya, tentu."
Jack lantas mengeluarkan jurnal kecil dari saku jaketnya dan bersiap menulis apapun yang akan dikatakan oleh seorang Antonie Brown.
"Kapan terakhir kali kau bertemu dengan Charlotte?"
Kedua alis Mr.Antonie bertaut, wajahnya yang tampak berhias keriput pun tampak mengingat-ingat sesuatu. "Kurasa satu bulan yang lalu," tukasnya. "Kami bertemu dengan putri kami sebelum berangkat ke Mexico karena ada beberapa hal yang harus kami lakukan di sana."
"Apa kau melihat sesuatu yang tidak biasa dari putrimu itu? Sesuatu yang menurutmu tidak biasa atau aneh darinya?"
Mr. Antonie menggeleng. "Dia mengunjungi kami seperti biasa dan membawakan sekotak waffles seperti perjalanan kami yang sebelumnya." Ia lalu bersedekap. "Tapi jika diingat-ingat lagi, ada sesuatu yang sangat menggangguku, Detektif."
Dahi Jack berkerut dalam. Penasaran. "Apakah hal yang mengganggu itu, Mr. Antonie?"
"Putriku berkata bahwa ia sedang melakukan sebuah proyek film yang membuatnya sangat tertekan. Ia harus menurunkan berat badannya dan melakukan beberapa adegan berbahaya," ungkap Mr. Antonie. Matanya yang sayu kemudian menatap sang detektif lurus-lurus. "Tapi kemudian putriku berkata bahwa pekerjaan itu menyenangkan karena dia bisa melakukan hal-hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya."
Jack menuliskan cerita yang dikatakan oleh Mr. Antonie pada catatan kecilnya sebelum mendongak dan melihat lawan bicaranya itu dengan raut penuh ingin tahu. "Mengapa putrimu mendadak berubah pikiran seperti itu?"
"Karena aku memintanya berhenti." Mr. Antonie mengedikkan kedua bahunya. "Jika dia merasa tertekan, dia sebaiknya berhenti melakukannya. Itulah yang kukatakan saat itu padanya."
"Maksudmu, Charlotte mungkin mendapatkan sebuah pekerjaan yang begitu membebaninya tapi enggan keluar karena juga menyukainya di saat bersamaan?"
Pria berusia lima puluh tahunan itu menggeleng tak yakin. "Aku ragu akan hal itu. Meski tidak mengatakannya, dia tetaplah putriku. Aku tahu jika dia sedang berbohong atau menyembunyikan sesuatu."
"Apa kau mencoba mencari tahu setelahnya?"
"Aku tidak bisa karena waktunya tidak memungkinkan."
Jack menggumam pendek. "Apakah kau tahu bahwa wanita bernama Julia Milles tinggal bersamanya dalam beberapa bulan ke belakang?"
Mr. Antonie melirik lirih ke arah istrinya--Mrs. Sophia--yang masih duduk melamun di kursi tadi sebelum kembali pada Jack. "Aku tahu, tentu aku tahu," katanya. "Menurutku, Julia adalah wanita yang baik. Yang kutahu, mereka berteman sejak duduk di bangku sekolah dan hubungan mereka baik-baik saja hingga sekarang, tapi istriku ... tidak sependapat denganku.
Sophia menilai Julia membawa pengaruh buruk untuk putri kami dan istriku adalah orang pertama yang sangat menentang keputusan Charlotte untuk tinggal bersama sahabatnya itu."
Jack lagi-lagi menggumam pendek dan ikut melirik ke arah Mrs. Sophia di depan sana. "Apa kau tahu bahwa Julia membayar uang sewa apartemen Charlotte setengah harga?"
Netra hitam Mr. Antonie membeliak tak percaya. Tampak jelas di wajahnya bahwa pria tua ini tidak tahu apa-apa. "Charlotte ... tidak mungkin melakukan itu," sanggahnya. "Kami tidak pernah membiarkan Charlotte kekurangan uang hingga putri kami harus meminta bayaran pada Julia. Lagipula, Julia baru saja kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan tiga bulan lalu. Dia pasti sedang kesulitan dan tidak memiliki cukup uang untuk membayar sewa apartemennya itu, Detektif."
Kini giliran Jack yang melipat kedua tangannya di dada. "Bagaimana kau bisa tahu kedua orang tua Julia baru saja meninggal, Mr. Antonie?"
"Karena Charlotte memberi tahu kami."
Jack hendak melanjutkan pembicaraannya dengan Mr. Antonie jika saja seorang dokter tidak keluar dari ruang autopsi. Mrs. Sophia buru-buru beranjak dari kursi dan menghalangi jalan sang dokter itu. "Bagaimana, Dok?"
Pertanyaan yang dilontarkan Mrs. Sophia barusan dapat didengar oleh Jack dan Mr. Antonie karena mereka sudah mendekat. Sama-sama dengan ekspresi penasaran, Mr. Antonie pun menimpali, "Apakah kami dapat menerima hasil autopsinya hari ini?"
Namun dokter dengan tulisan Jose di papan namanya tersebut melihat ketiga orang di sekelilingnya bergantian sebelum bersuara. "Hasil pemeriksaan autopsi akan keluar akhir pekan ini."
"Bagaimana kau tega membiarkan kami menunggu lama seperti itu, Dokter?!" pekik Mrs. Sophia kesal. Ia bahkan menarik kerah jas kedokteran milik Jose dan melotot padanya. "Bagaimana aku bisa menangkap pembunuh anakku jika kau bekerja dengan sangat lambat! Dimana hati nurani kalian, huh?!"
Lagi-lagi Mr. Antonie harus menenangkan istrinya. Ia menarik tubuh Mrs. Sophia dengan sisa tenaganya sambil berkata, "Sudahlah, Sayang. Sebaiknya kita pulang untuk mempersiapkan pemakaman putri kita."
"Bagaimana kita bisa meninggalkan Charlotte di dalam sana sendirian?!" berontak Mrs. Sophia. "Kalian sungguh tidak kompeten dan--"
"Cukup, Sayang!" Mr. Antonie mengerahkan seluruh tenaganya agar istrinya berbalik dan berjalan menjauh dari dokter Jose. Namun sebelum tubuhnya benar-benar menghilang dari pandangan, ia sempat berbisik pada Jack, "Aku akan menceritakan semuanya padamu jika keadaan sudah lebih baik."
Tapi, menceritakan apa? Apa yang sebenarnya Mr. Antonie ketahui dan kenapa pula Jack harus menunggu? []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top