Haruka
* Happy Reading *
""Hime-chan!"
Suara nyaring itu terus saja memanggilku. Padahal sejak tadi aku sedang berada di kamar ini. Aku menggeliat, mencoba merenggangkan tubuhku yang terasa kaku. Yang kulakukan hanyalah tidur dan berdiam diri di singgasanaku.
Tak ada yang menarik perhatianku hari ini. Aku terpaksa bangkit, lalu berjalan mendekati jendela kayu. Banyak bunga yang bermekaran di luar rumah. Entah apa namanya, aku tak tahu. Namun, Haruka—sahabatku—sangat menyukai bunga itu.
"Hime-chan! Kenapa tidak menyahut saat aku memanggilmu?"
Aku memutar tubuhku ke arah pintu. Haruka sedang berdiri sambil menyilangkan tangan di depan dada. Ia menatapku dengan kesal.
"Kemari!"
Haruka berjalan dengan cepat ke arahku. Refleks aku melompat dari jendela dan langsung berlari ke arah pintu.
"Hime-chan! Kau harus mandi!"
Mandi? Oh, tidak. Aku tak suka hal-hal yang berhubungan dengan air, termasuk mandi. Namun, Haruka selalu punya seribu cara agar aku mau menurutinya. Seperti sekarang ini.
"Hime-chan ... lihat apa yang aku pegang?"
Haruka tersenyum ke arahku. Dia menggenggam bola rajutan, mainan kesukaanku. Aku memutar tubuhku, mencoba tak memedulikannya. Namun, sahabatku itu kembali bersuara.
"Kalau kau mandi, aku akan memberikan makanan favoritmu. Tuna kaleng ...."
Menyebalkan sekali gadis itu! Rasanya aku ingin mencakar wajah Haruka, saat aku menangkap sebuah senyum puas tercetak di bibirnya. Ya, ampun ... tuna kaleng. Membayangkannya saja sudah membuat air liurku menetes. Haruka memang selalu tahu kelemahanku. Aku takkan pernah bisa menolak makanan yang satu itu.
"Jadi, kita mandi?"
Aku menatapnya lama. Haruka melangkah mendekatiku, merangkulku, sambil mengelus kepalaku dengan lembut. Nyaman sekali. Senandung riang terus tercipta dari bibir Haruka. Gadis itu pasti merasa bahagia. Ini semua gara-gara tuna kaleng! Kenapa makanan lezat itu harus ada di dunia ini?
"Aku sudah membelikanmu shampo aroma citrus. Kesukaanmu ...."
Haruka memang pintar merayuku. Aku hanya bisa terdiam tak berdaya di pangkuannya. Gadis itu meletakkanku di samping bak mandi. Perlahan, aku mengulurkan kaki depan kananku ke dalam air. Refleks, aku mengeong dengan nada tinggi kala air menyentuh kakiku dengan liar.
Haruka mengulurkan tangan ke arahku. Aku melangkah mundur, lalu melompat dan berlari ke arah pintu. Beberapa kali kucakar pintu kayu tersebut dengan kasar. Aku harus pergi dari tempat menyeramkan ini! Namun, semua usahaku sia-sia. Gadis itu kembali merangkulku dan berjalan ke arah bak.
Aku mendorong dadanya dengan kedua kaki depanku. Aku terus mengeong, bahkan sampai mencakar tangan Haruka. Namun, gadis itu tak bergeming sama sekali.
"Diamlah, Hime-chan! Aku tak akan menyakitimu. Kau sudah dua hari tak mandi. Nanti setelah ini, kau bisa makan tuna kaleng sepuasnya."
Mendengar makanan lezat itu kembali disebutkan, aku langsung terdiam.
"Lagi pula, aku akan memandikanmu dengan shower ini. Kau tak perlu khawatir."
Seakan bisa membaca pikiranku, Haruka mengambil benda yang dapat mengeluarkan air, mirip seperti cairan yang turun dari langit. Gadis itu meletakkanku di atas lantai, lalu perlahan mengarahkan benda tersebut ke tubuhku. Ah, dingin! Aku kembali mengeong dan meronta beberapa kali, tetapi Haruka tetap menahan tubuhku agar tak kabur.
"Hime-chan ... aku mohon, tenanglah."
Haruka menatapku dengan tatapan lembut dan penuh kasih. Akhirnya aku hanya bisa mengeong dengan nada pasrah.
Tak butuh waktu lama, tubuhku sudah dibungkus dengan kain lembut. Gadis itu menggendongku, lalu melangkah ke kamar tidurnya. Ia meletakkanku di atas meja, kemudian menggosok tubuhku dengan perlahan.
"Segar, ya?"
Haruka mengelus kepalaku penuh kasih. Ia mengambil sebuah benda bergerigi dan mengambil benda yang sering Haruka pakai untuk mengeringkan rambutnya. Sesaat kemudian, gadis itu mulai mengarahkan kedua benda itu ke tubuhku.
Ah, menyebalkan! Angin yang keluar dari benda itu membuat bulu-bulu cantik milikku terasa kaku, nanti aku harus menjilatinya kembali.
"Lihat ... kau sudah cantik, Hime-chan."
Haruka beberapa kali mengusap leherku dengan jemari tangannya. Gadis itu memang sangat pintar. Ia selalu saja memanjakanku dengan perlakuannya. Aku mengeong, lalu mengelus-elus kepalaku ke tangan kanannya.
"Aku tahu. Kau lapar, kan?"
Aku kembali mengeong sambil menatap ke arahnya. Haruka tersenyum, lalu memberikan kode agar aku mengikutinya ke dapur. Aku melompat, lalu berjalan dengan cepat melewatinya.
"Dasar! Kalau soal makanan, kau selalu saja bersemangat."
Aku tak memedulikan kata-katanya. Aku terus berlari dengan keempat kaki kecilku. Sesampainya di dapur, aku segera duduk dengan tenang—tepat di samping tempat makanku.
"Hime-chan, besok pagi kita akan ke Kyoto. Bersiaplah untuk berpetualang!"
Haruka berseru dengan semangat ke arahku. Aku tak peduli akan hal itu. Yang kupedulikan saat ini adalah tuna kaleng yang sudah Haruka siapkan untukku.
* To Be Continue *
Janjiku sudah aku penuhi, ya. Dibaca, May! raininmind
Terima kasih buat Maulidaagst dan hydrasa_, partner in crime yang selalu aku jadikan pembaca pertama.
Terima kasih juga untuk NurHalipah289 dan bebhmuach, kayaknya tiap waktu aku selalu merepotkan kalian. Haha.
Love you so much, guys. 😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top