Bestfriend

* Happy Reading *

Aku berada di ruangan sempit, yang membuatku tak leluasa bergerak ke sana kemari. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari celah-celah lubang. Ah, tempat ini lagi. Haruka terkadang mengurungku di tempat ini. Aku tak suka!

Aku mengeong, mencoba mencakar pembatas antara tempat sempit ini dan dunia luar. Namun, semua usahaku sia-sia. Aku hanya bisa merasakan Haruka yang terus berjalan entah ke mana.
Akhirnya gadis itu membuka kunci pembatas tersebut, mengeluarkanku, lalu menggendongku dengan erat.

"Hime-chan, lihat! Itu Menara Kyoto, nanti kita akan ke sana."

Haruka menunjuk sebuah benda yang menjulang tinggi ke arah langit. Benda itu mirip dengan sesuatu yang selalu Haruka pegang jika gadis itu sedang mencoret-coret sesuatu.

"Tapi sebelum ke sana, kita akan ke kuil terlebih dulu."

Aku hanya mengeong, tak mengerti dengan ucapan Haruka. Hiruk pikuk kota ini membuatku sedikit takut. Di sekitar rumah Haruka juga ramai, tetapi suasananya tak seramai ini. Perlahan, gadis itu meletakkanku di atas tanah.

"Hime-chan, ikuti aku."

Seperti biasa, aku berlari mendahuluinya. Kami melewati pohon besar nan rimbun kesukaan Haruka, beberapa bunga ada yang berguguran dan berserakan di tanah. Gadis itu mengambil satu bunga yang terjatuh di samping kakinya.

"Hime-chan, aku terlihat cantik, bukan?"

Aku menggaruk leherku dengan kaki belakang sebelah kiri, lalu kembali menyusuri jalan tersebut. Suara tawa Haruka terdengar, tetapi aku tak ingin peduli.

"Sepertinya, dia mengabaikanku."

Haruka berteriak memanggil namaku. Namun, seekor kucing yang sedang berjalan di atas tembok terlihat lebih menarik dibandingkan suara Haruka yang melengking. Baru saja aku ingin menyapanya, tubuhku sudah terlebih dulu didekap oleh Haruka.

"Jangan ke mana-mana, Hime-chan. Kalau kau hilang, aku pasti akan sedih."

Aku mencoba melarikan diri, tetapi dekapan Haruka begitu erat. Akhirnya aku hanya pasrah, sambil menatap teman yang bahkan belum sempat kusapa.

"Kita akan ke kuil itu, Hime-chan."

Haruka menunjuk sebuah tempat yang cukup besar. Yang menarik perhatianku adalah sebuah lonceng yang menggantung, serupa dengan milikku. Aku melompat dari dekapan Haruka, lalu berlari mendekati lonceng tersebut.

Terdapat tali panjang yang menjuntai dari sekitar lonceng. Aku melompat berkali-kali, mencoba menggapai tali tersebut. Namun, tak pernah berhasil. Suara tawa Haruka terdengar kembali.

"Kau selalu bisa membuatku tertawa dengan tingkahmu."

Haruka membelai tubuhku, sembari tersenyum. Ia menarik tangannya, lalu memejamkan mata sambil menangkupkan tangan di depan dada. Aku tak mengerti apa yang sedang ia lakukan. Aku hanya berguling-guling di lantai kayu sambil menunggu gadis itu beranjak dari tempatnya.

Setelah selesai, kami melangkah menyusuri jalan yang tadi kami lewati. Beberapa kali aku teralihkan karena melihat teman Momo yang sedang bermain di sebuah tempat yang cukup besar.

"Hime-chan, sebentar lagi kita sampai di Hutan Bambu Arashiyama."

Suara Haruka terdengar kembali. Aku tak mengerti apa maksud gadis itu, hingga akhirnya kami sampai di sebuah tempat yang terlihat gelap dan menyeramkan. Kami menyusuri jalan panjang yang di samping kiri dan kanan tertutupi oleh sesuatu yang mirip seperti rumput—yang sering aku lihat di halaman belakang rumah Haruka—tetapi ini menjulang tinggi, hingga rasanya bisa menyentuh langit.

Aku tak suka tempat ini. Selain ramai, di sini pun cukup gelap. Hanya ada sedikit cahaya yang bisa aku lihat. Aku mencoba mengedarkan pandangan. Teman yang sempat tadi aku lihat, muncul kembali. Aku mengeong, lalu berlari menghampirinya dengan cepat.

Ia mengeong ke arahku, mengajakku agar mengikutinya. Temanku itu ingin menunjukkan sesuatu rupanya. Ah, aku senang sekali karena bisa menemukan teman baru di dunia asing ini.

Untuk sekejap, teman baruku ini membuatku lupa akan gadis yang selalu tersenyum kepadaku.

Sepanjang jalan, ia bercerita dengan antusias tentang tempat yang dipenuhi dengan tuna kaleng. Ah, aku lupa memperkenalkannya. Namanya Kokoro.

Tidak sepertiku yang memiliki Haruka, Kokoro tinggal sendiri di sini. Aku berjalan di samping Kokoro sambil sesekali mengeong membalas ceritanya. Tempat yang dimaksud berada tak jauh dari tempat gelap tadi.

Akhirnya kami sampai di tempat yang Kokoro maksud. Ternyata di sana ada seseorang yang selalu memberikan tuna kaleng untuk beberapa teman seperti Kokoro.

"Wah, sepertinya aku baru melihatmu. Kau juga mau tuna kaleng ini?"

Gadis itu membelai kepalaku, lalu menyodorkan tuna kaleng ke hadapanku. Ah, kebetulan aku memang sedang lapar. Aku langsung memakan makanan favoritku dengan lahap. Setelah kenyang, aku melangkah mendekati Kokoro, lalu tidur di sampingnya.

"Hime-chan!"

Aku membuka mataku, menegakkan kepala sembari mengedarkan pandangan. Suara Haruka tiba-tiba terdengar begitu nyaring. Kenapa gadis itu memanggilku? Ah, padahal aku, kan, sedang bersantai bersama Kokoro.

Aku mengeong ke arah Kokoro, berpamitan kepadanya. Namun, Kokoro berusaha menahanku, memintaku untuk tinggal. Aku mengeluskan kepalaku ke lehernya, aku harap kami bisa bertemu lagi nanti.

Setelah berpamitan, aku langsung berlari menyusuri jalan ke tempat pertama kali bertemu dengan Kokoro. Aku menoleh ke kanan dan kiri, bingung harus mengambil arah yang mana.

Tempat ini begitu asing bagiku. Aku melangkah mundur mendekati tembok, mencoba menghindar dari benda yang bergerak dengan begitu kencangnya. Aku sungguh lelah. Gadis itu pun tak kunjung terlihat. Aku hanya bisa terdiam, melihat orang yang berlalu lalang di hadapanku.

Baru saja aku ingin melangkah, tiba-tiba air dari langit turun dengan derasnya. Aku berlari mencari tempat untuk berteduh, sesekali aku berhenti saat melihat sosok seorang gadis. Namun, itu bukanlah sosok yang aku cari.

Aku memutuskan masuk ke dalam satu benda yang berlubang dan cukup panjang, entah apa namanya, setidaknya aku bisa terlindungi dari air langit ini. Aku menggoyang-goyangkan tubuhku, menyapukan air yang masih menempel.

Aku terduduk, lalu meringkuk, berusaha menutupi wajahku. Tempat ini membuatku takut. Aku ingin menemui Haruka, tetapi aku tak tahu ke mana aku harus mencarinya. Apa yang harus aku lakukan? Gadis itu malah meninggalkanku sendirian.

Akhirnya air langit itu berhenti. Aku mengedarkan pandangan, berdiri, lalu mencoba berjalan ke arah kanan yang cukup sunyi. Berkali-kali aku mengeong dengan cukup keras, berharap bisa menemukan jejak Haruka. Namun, semua usahaku sia-sia. Apa aku tak akan pernah bertemu dengannya lagi?

Aku kembali mengeong, kali ini lebih lemah dibandingkan tadi. Aku kedinginan dan juga kelelahan. Aku benar-benar sudah tak kuat. Jika aku bertemu lagi dengan Haruka, aku tak akan pernah mau mencakarnya lagi.

"Hime-chan!"

Aku menoleh ke kanan dan kiri, mencoba mencari sumber suara tersebut.

"Hime-chan!"

Suara itu terdengar kembali, tetapi aku sama sekali tak bisa melihat gadis itu karena suasana di sini cukup ramai. Baru saja aku ingin berbalik ke tempatku semula, seseorang langsung mendekap tubuhku dengan kencang.

"Hime-chan, kau ke mana saja?"

Haruka? Akhirnya ... aku bisa bertemu gadis ini kembali.

"Kau tahu, aku mencarimu ke mana-mana. Aku kira ... aku kehilanganmu ...."

Suara Haruka melemah. Aku mengangkat kepalaku, menatap mata gadis itu. Beberapa tetes air jatuh dari sudut matanya. Apa itu? Air dari langit lagikah? Ketika aku melihat wajahnya, entah mengapa aku merasa tak enak. Aku mengeong, mengelus kepalaku ke wajahnya.

"Jangan pergi seenaknya. Aku mungkin punya banyak teman, tetapi hanya kau satu-satunya sahabat yang aku miliki. Jadi ... aku mohon, jangan pernah menghilang lagi ...."

Air dari sudut matanya jatuh semakin deras. Tubuh Haruka bergetar, seiring dengan pelukannya yang mengerat. Aduh, aku tak bisa bernapas. Aku mengeong beberapa kali, meminta dia untuk melepaskanku. Namun, gadis itu hanya terdiam tanpa mau melepaskanku.

"Aku sangat menyanyangimu, Hime-chan ...."

Aku hanya bisa mengelus kepalaku ke wajah Haruka kembali. Gadis itu menghapus air yang tadi sempat jatuh dengan tangannya, lalu kembali berkata, "Ayo, sebaiknya kita pulang ke rumah. Okaa-san sudah menelepon."

* The End *

Akhirnya beres juga. Cerpen ini aku buat, untuk ikut meramaikan event RAWS saja. Ini adalah cerpen ketigaku, dan cerpen pertama yang berani aku publish sendiri. 😂
Jadi jika ceritanya masih banyak kekurangan, harap dimaklum. 😊

Review ceritanya sangat ditunggu, loh. 😆

Semoga setidaknya cerita ini bisa menghibur. Sayangi selalu makhluk hidup di sekitar kita. Jika tidak bisa merawatnya, minimal jangan menyiksanya. 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top