29. Save you
Flashback
Belasan tahun yang lalu
.
.
.
"Ranpo"
Ranpo yang usianya masih sepuluh tahun menoleh kearah sang nenek yang sekarang sedang duduk di depannya.
"Ada apa nek?" Tanyanya. Nenek kemudian meletakan telunjuk didepan bibirnya. "Kita bicara rahasia ya." mata sang nenek tertuju pada anak perempuan yang tertidur nyaman diatas pangkuan neneknya dengan beralaskan bantal yang empuk. Ranpo mengangguk seakan mengerti maksud neneknya.
"Ini tentang [Yourname]-chan."
Ranpo seketika langsung berdiri tegak siap mendengarkan. Neneknya kemudian berlanjut.
"Dahulu ketika kedua orangtua [Yourname] masih ada, mereka sangat bahagia ketika [Yourname] lahir, awalnya mereka menjadi keluarga yang utuh tetapi ketika [Yourname] berumur satu tahun. Sesuatu hal mengejutkan, [Yourname]... Tanpa sengaja membunuh salah satu kelinci yang memang dipelihara pada saat itu"
Ranpo memperhatikan neneknya yang kini tampak menunduk, melihat wajah [Yourname] yang tertidur pulas.
"Ternyata.. kekuatan yang selama ini dimiliki oleh ibunya, di miliki juga oleh [Yourname]." Nenek menjelaskan dengan hembusan nafas yang mengisyaratkan bahwa dia berat untuk menceritakan semuanya.
"Kamu tau kalung yang ditemukan olehmu itu"
Ranpo mengangguk. Kemudian wanita paruh baya itu menjelaskan. "Kalung itu sebenarnya adalah....."
"R-ranpo"
Ranpo menatap [Yourname] yang merintih kesakitan.
"B-bunuh.. aku cepat"
Ranpo menggeleng.
"Ranpo!"
Ranpo mengeluarkan sebuah kalung yang dia temukan di kamar [Yourname].
"Pasti ada cara lain"
[Yourname] menggeleng. "T-tidak Ranpo. Cara itu tidak berhasil."
Suara [Yourname] tidak di dengarkan oleh Ranpo, sang detektif itu hanya menatap dengan pandangan datar, kemudian dia mendekat.
"Jangan mendekat!"
[Yourname] beringsut mundur akan tetapi Ranpo tetap mendekat.
"Kumohon jangan mendekat Ranpo." Lirihnya dengan nada keputusasaan.
Ketika Ranpo sudah berada di dihadapan [Yourname] dengan jarak yang cukup dekat, sang detektif menatap lembut.
"[Yourname]"
Gadis dihadapannya sama sekali tidak melihat.
"[Yourname]-chan tatap aku." Nada lembut berubah menjadi permohonan. Akhirnya [Yourname] melihat kearah Ranpo.
"Dengarkan aku, apapun yang aku lakukan saat ini adalah murni karena keinginanku"
[Yourname] menggeleng. Dia sama sekali tidak ingin Ranpo melanjutkan kalimatnya.
"[Yourname]-chan." Ranpo memajukan tubuhnya, dengan posisi yang cukup dekat dengan sahabat masa kecilnya itu, tangannya memasang kalung yang seharusnya berada di leher sang gadis.
"Aku.. sangat mencintaimu [Yourname]-chan"
Kalimat yang penuh akan ketulusan dan rasa yang terpendam akhirnya keluar begitu saja. Dengan ditutup kecupan yang manis di bibir sang gadis, kecupan itu bertahan beberapa detik. Hingga sang gadis dapat merasakan amis darah yang terasa di lidahnya.
Dengan gemetar tangan [Yourname] menggapai punggung sang detektif yang terasa dingin.
"R-Ranpo?"
Butuh beberapa menit hingga tangisannya pecah dan sang gadis memeluk tubuh sang detektif dengan erat.
"Ranpo!!!"
.
.
.
"Kau yakin masih kuat, dengan darah sebanyak itu?" Tanya Chuuya yang melihat Dazai berjalan dengan memegang bagian perutnya.
"Kalaupun aku mati, setidaknya ada kau yang mau menguburku"
Chuuya mendecih. Tidak sudi dia mengubur Dazai, yang ada dia malah akan melempar Dazai ke sungai supaya hanyut di makan ikan.
"Sekarang kita kemana? Kenapa kita ke restoran?" Tanya Chuuya.
Dazai tidak menjawab. Dia hanya memasuki restoran tersebut hingga menimbulkan bunyi lonceng yang otomatis ketika pintu terbuka.
Chuuya mengikuti dan pandangannya kini mengarah kearah beberapa polisi yang sudah mengepung Fyodor.
"Astaga.. ternyata kau sudah merencanakan ini"
Dazai terkekeh. Dia menatap Fyodor yang masih memasang ekspresi datar.
"Selamat Dazai, aku terkena jebakanmu"
Dazai tertawa. "Aku tau, kau sengaja memasuki perangkapku, apa yang kau rencanakan?" Tanya Dazai dengan tatapan yang berubah tajam.
Fyodor tersenyum miring "tidak ada, karena rencanaku sudah selesai." Suara Fyodor terdengar kalem membuat siapa saja ingin sekali menendangnya termasuk Chuuya.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?"
Fyodor terkekeh. "Membuat agency detektif kacau, membuat semua kacau dan membuatmu kacau"
Kalimat yang penuh ambigu itu hanya membuat Dazai menatap tajam.
"Nikmati saja Dazai, nanti kau akan berterimakasih kepadaku kok," ucap Fyodor dengan nadanya yang mengejek. "Sekarang kalian bisa membawaku" lanjutnya lagi kepada polisi yang ada disana.
Akhirnya Fyodor dibawa oleh polisi.
Dazai menatap tajam, sedangkan Chuuya hanya menatap bingung.
"Baiklah. Sekarang apa?" Tanyanya.
"Kita kembali"
.
.
.
Fyodor berhasil di tangkap, dan Ivan berhasil di kalahkan oleh Atsushi dan Akutagawa. Suasana harusnya tampak melegakan tapi kenyataan malah membuat menjadi sesak.
Di salah satu ruangan rumah sakit yang sekarang sudah di khususkan menjadi ruangan yang privacy, tampak beberapa orang sedang menatap seseorang yang berbaring di tempat tidur.
"[Yourname] sebaiknya kita.."
"Tidak!! Aku tidak mau!!"
Semua menatap [Yourname] yang masih memeluk tubuh yang terbaring di ranjang.
"Ranpo kumohon.. jangan tinggalkan aku, jangan pergi seperti nenek"
Semua yang ada disana mengalihkan pandangannya kearah lain, tidak tega melihat pemandangan didepannya.
Tidak ada reaksi dari orang yang berbaring. Air mata kini keluar untuk kesekian kalinya dari mata [Yourname].
"Ranpo... Kumohon!!"
Dazai yang melihat itu hanya diam. Dia tidak bisa melakukan apapun. Rasanya begitu sakit ketika melihat perempuan yang sangat dia cintai harus menangis seperti itu.
Dazai menatap pria yang berbaring. Jika dia yang ada disana, akankah [Yourname] akan menangis seperti itu.
Dazai memang cemburu dengan Ranpo tapi jika separuh hidupnya [Yourname] adalah Ranpo maka Dazai rela menukar nyawanya untuk kehidupan Ranpo. Supaya [Yourname] tersenyum lagi.
"Ranpo apa kau rela mati begitu saja dan membiarkan aku mendekati [Yourname]?" tanya Dazai dalam hati.
Tapi semua terasa mustahil karena Ranpo tampak tidak ada tanda-tanda kehidupan.
To be continued
.
.
.
Halooo haa... Apa kabar? Maaf banget ya aku buat chap ini dengan buru buru dan lama banget. Aku lagi kehabisan ide. Dan di dunia real aku sibuk banget.
Kira kira gimana nih? Ranpo aku buat mati atau enggak?
Maaf ya Ranpo. Hehehe
Jangan lupa vote dan komen supaya aku semangat.
Next chap is Last Chap guyss jadi jangan lupa masukin cerita ini ke perpustakaan ya atau ke reading list kalian.
Salam ikemen bsd.
Mohon maaf banyak typo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top