25. Rival

Happy Reading
.
.
.

Kamu yang sedari tadi memakan cokelat hanya melihat Ranpo yang sedang cemberut, ketika tatapan kalian bertemu, dia langsung membuang muka, seperti anak kecil yang sedang ngambek.

"Kenapa sih Ranpo?" Tanyamu jengah karena Ranpo terus mendiamkanmu seperti itu.

Diam.

Diam.

Buang muka.

Kamu menghela nafas melihat ekspresi Ranpo.

"Akukan sudah bicara jujur, kenapa malah kau yang marah? Harusnya akukan yang marah," kamu mencoba membela diri tetapi Ranpo hanya melirikmu lalu memalingkan wajahnya lagi.

"Ish Ranpo!!" Teriakmu.

"Jangan teriak!!" Ranpo tanpa sadar juga teriak. Kamu hanya mendengus.

"Kenapa sih kita berantem terus?" Tanyamu lelah, jujur saja kamu lelah dan tidak mau hubunganmu dengan Ranpo seperti ini.

Ranpo yang melihat perubahan ekspresimu seketika menghampirimu.

"Kau yakin dengan ceritamu? Kau tidak berbohong?" Tiba-tiba Ranpo menanyakan perihal kejadian semalam. Kamu seketika memerah.

"I-iya"

"Kenapa wajahmu seperti itu?" Ranpo curiga. Kamu hanya menggeleng.

"Aku benar-benar serius Ranpo"

Ranpo hanya menghela nafas, Ranpo rasanya malu karena dia melakukan hal yang di katakan oleh kamu semalam.

Mari kita coba Flashback kejadian semalam.

Flashback

"Badanku panas [Yourname]-chan"

Kamu segera melepas pelukanmu.

"Eh?"

Ranpo menatapmu.

"Boleh ya?" Pertanyaan Ranpo terdengar ambigu.

Kamu terkejut. "Apanya yang boleh?"

Belum sempat kamu mencerna semuanya, Ranpo sudah membenamkan kepalanya di lehermu.

Gigit.

Ranpo menggigitmu dan tentu saja secara refleks kamu langsung menendangnya hingga Ranpo terpental dari kasur lantai.

Ketika kamu ingin marah, kamu bisa melihat Ranpo yang sedang mengigau dan mengemut tangannya seperti anak kecil.

Terdengar geraman dari mulut sang detektif.

Oke. Sepertinya kamu tau apa yang sedang di bayangkan oleh sang detektif.

Tidak jauh dari makanan kesukaannya yang berbahan dasar gula.

Sedikit meringis kamu melihat lehermu yang memerah bahkan sedikit lecet. Kamu menghela nafas untuk kesekian kali.

"Dasar detektif merepotkan"

Flashback off
.
.
.

Ranpo menggrutu karena mengingat cerita darimu.

"Kau tidak minta maaf kepadaku?" Tanyamu. Ranpo hanya mengernyit. Gengsi.

"Untuk apa? Aku tidak melakukan apapun yang merugikan"

Ranpo menatap acuh, tingkahnya kembali menyebalkan.

Karena tidak tahan kamu langsung menghampiri Ranpo dan menarik kedua pipinya.

"Astaga, aku rasanya ingin sekali menendangmu ketika kau sadar seperti ini," kamu menatap kesal kearah sahabatmu itu. Ranpo menepis tanganmu. "Dilarang menyentuhku!" Perintahnya.


"Hola~"

Sebuah suara yang sangat familiar terdengar dari arah samping kalian. Kamu terkejut ketika melihat Dazai yang sedang melambai seperti tidak melihat apapun.

"Dazai-kun, kau... Kenapa kau bisa masuk?" Tanyamu heran. Dazai kemudian hanya terkekeh. "Aku lewat jendela," bohongnya. Kamu hanya mendengus.

"Pasti kau mencuri kunci cadangannyakan?" Tanyamu penuh curiga. Dazai hanya menatap polos. Kamu menatap datar.

"Aku mencurinya juga demi kebaikanmu [Yourname]-chan, bisa saja Ranpo-san melakukan yang tidak-tidak terhadapmu," ucap Dazai dengan santai tanpa memperdulikan Ranpo yang sekarang mendecih kearahnya.

"Aku tidak seburuk itu," ucap Ranpo.

"Lalu itu apa? Merah merah di leher [Yourname]-chan?" Tunjuk Dazai dengan muka polos. Kamu refleks menutup yang di tunjuk oleh Dazai.

Ranpo terdiam.

Kamu merona.

Dazai masih senantiasa tersenyum tapi tatapannya menunjukan hal yang lain.

Cemburu.

"Sini biar aku buat juga merah-merah seperti itu," ketika Dazai mulai berjalan kearah kamu, sebuah tangan menahan pergerakan Dazai.

"Jangan menyentuhnya." Ranpo menatap datar.

"Kenapa aku tidak boleh menyentuhnya?" Pandangan Dazai kini sepenuhnya kearah Ranpo.

Ranpo hanya diam.

"Kenapa Ranpo-san? Kau yang sahabatnya saja boleh menyentuhnya, apakah aku tidak boleh?" Dazai memiringkan kepalanya, menatap Ranpo dengan tatapan anak kecil yang butuh penjelasan.

"Aku sekarang sudah jadi partnernya, aku juga pernah tinggal satu atap dengannya, kita samakan? Jadi aku bolehkan menyentuhnya." Dazai melepas tangan Ranpo, kini pandangannya kembali menatapmu yang sedari tadi hanya diam. Bingung dengan situasi yang berubah drastis seperti ini.

Dazai berjalan mendekatimu.

Ranpo mengepalkan tangannya.

"KUBILANG JANGAN SENTUH!!"

Ranpo menarik kerah jubah yang selalu Dazai pakai hingga membuat Dazai terjerembat jatuh kebawah. Tenaga Ranpo cukup kuat dan Dazai memang sama sekali tidak siap akan hal itu.

Dazai menatap Ranpo dengan datar.
Kemudian dia tertawa.

"Kau selalu egois Ranpo-san," ucap Dazai sambil bangkit untuk berdiri. Dia membersihkan jubahnya hanya untuk menyingkirkan debu-debu yang menempel.

Ranpo menatap Dazai tajam.

"Pergi dari rumahku"

"Baik," Dazai mengangguk, tapi dengan cepat dia menarik tanganmu untuk berjalan mengikutinya.

Kamu yang bingung hanya mengikuti saja, tapi ternyata Ranpo juga menahan tanganmu yang satunya.

"Jangan sentuh," desis Ranpo melihat tangan Dazai yang menyentuh tangan kamu.

"Kau tadi mengusirkukan"

"Jangan bawa [Yourname]," ucap Ranpo. Dazai kemudian tersenyum. Senyum yang mengejek. "Kalau kau lupa, tapi [Yourname]-chan masih menjadi tanggung jawabku, karena ini atas perintah Fukuzawa-san," Dazai mengucapkan kalimat itu dengan santai. Ranpo berdecih.

"Aku yang akan menjaganya"

Dazai tertawa. "Benarkah? Apa yang bisa kau lakukan dengan kekuatanmu itu?" ekspresi Dazai datar. Ranpo menatap dengan kesal. Dia benar-benar tidak suka ada yang menyinggung perihal abilitynya.

"Keluar!"

"Kau bahkan tidak menjawab karena tau bahwa kau itu tidak bisa melakukan apa-apa, kau hanya bisa di lindungi oleh [Yourname]-chan, eh"

Buk

Kamu melotot ketika Ranpo meninju Dazai tepat di wajahnya.

"Aku memang tidak bisa apa-apa, tapi aku tidak akan bersembunyi di balik [Yourname]," ucapan Ranpo sukses membuatmu terkejut.

Dazai hanya terkekeh, dia mengusap bibirnya yang berdarah.

Tanpa di duga Dazai langsung bangkit dan meninju wajah Ranpo.

Kamu terkejut karena Dazai yang biasanya tenang dan tidak mudah terpancing. Kini sekarang terlihat emosi.

"Aku tidak akan melepaskannya," Dazai menggeram, mencekram baju yang Ranpo kenakan.

"Hei kalian sudah cuk..."

Buk

Buk

Prang

Dengan cepat kamu langsung memisahkan mereka berdua setelah melihat vas bunga yang kamu taru di meja jatuh dan nyaris mengenai mereka.

"Sudah cukup! Kalian jangan seperti anak kecil," ucapmu dengan memandang tajam dua pemuda di sisi kanan dan kirimu. Mereka berdua hanya memalingkan wajahnya.

"Sebenarnya apasih yang kalian perebutkan?" Pertanyaanmu sukses membuat mereka menatapmu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kau!!" Tunjuk mereka secara bersamaan kearahmu.

"Hah?" Kamu menepuk jidat karena kamu sudah seperti barang saja.

"Jadi.. kau pilih siapa, [Yourname]-chan?" Tanya Dazai.

Kamu menatap dua pemuda jenius andalan agency detektif bersenjata.

Menghela nafas kamu akhirnya berkata. "Kalian berdua itu adalah anggota detektif, jadi kumohon jangan berkelahi seperti ini, jangan perebutkan hal yang tidak penting"

"Kau penting," ucap Dazai. "Kau penting dan kau sudah taukan aku menyukai.. tidak, aku mencintaimu," ucap Dazai dengan sungguh-sungguh.

Kamu menatap Dazai yang jarang menunjukan ekspresi seriusnya.

"Maaf Dazai, aku memang belum menjawab pernyataanmu itu, aku..."

Dazai memberi isyarat supaya kamu diam lalu pandangannya jatuh kearah Ranpo yang masih menatapnya tajam.

"Kita lihat siapa yang bisa menjaganya"

To be continued
.
.
.
Hallo haa...
Karena aku udah terlanjur nyelesein chap ini jadi aku up aja deh.
Ini chap aku udah selesein jauh jauh hari ya. Jadi untuk chap selanjutnya.. aku gatau kapan bakal up lagi.

Aku semangat ngeup ini karena episode BSD S3 ini Fyodor muncul wkwkwk jadi aku ada inspirasi lagi.

Oke.. semoga kalian suka.

Jangan lupa vote dan komennya.

Salam ikemen bsd. Sampai jumpa di lain hari.

Aku benar-benar hiatus setelah up chap ini.

Byeee ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top