10. Sahabat?
Happy Reading
.
.
.
"Ranpo, aku buat puding"
Hening
Kamu melihat Ranpo yang sedari tadi berada di sofa, melihat kearah benda persegi yang sedang menayangkan entah apa itu, kamu juga tidak tau.
"Ranpo"
Tidak ada jawaban.
"Ranpo-kun?"
Pakai suffix 'kun' juga tidak mempan.
Kamu yang sedang memegang puding akhirnya meletakkan pudingnya di dalam lemari pendingin dan kemudian kamu menghampiri pemuda detektif itu.
"Ranpo kau marah?"
Diam lagi.
Kamu menghela nafas.
"Aku minta maaf, Ranpo, tapi aku melakukan itu karena demi dirimu juga," ucapmu memelas, mencoba mendapat perhatian dari Ranpo, dan berhasil, Ranpo melirik kearahmu dengan pandangan kesal.
"Aku tidak menyuruhmu untuk melakukan itu demiku," Ranpo merespon dengan ketus membuatmu kembali menghela nafas sekaligus mengelus dada untuk sabar.
"Ranpo, kita sama-sama tau bahwa, sedari dulu banyak yang mengicarku, aku tidak mau sesuatu terjadi denganmu, seperti nenek dulu," ucapmu pelan dengan ekspresi sedih, Ranpo yang melihat itu terdiam.
"Setidaknya jika aku bersama Dazai, tidak ada yang mengincarmu, Dazai bisa menjagaku, Ranpo," ucapmu lagi.
"Jadi aku tidak bisa menjagamu?" Tanya Ranpo dengan ekspresi datar.
"Bukan seperti itu maksudku--"
"Aku tau, kau tidak perlu menjelaskan lagi," Ranpo bangkit berdiri tetapi kamu menahan tangannya.
"Ranpo, kenapa kau sangat marah?"
Ranpo tidak menjawab.
"Kau cemburu aku bersama Dazai?"
Ranpo hanya melirik, entah kenapa kamu bertanya seperti itu, kamu merasa sesuatu yang ada di dalam perutmu bergejolak.
Kamu melihat Ranpo yang masih diam, tetapi bukannya menjawab Ranpo malah mendekatimu hingga kamu di sudutkan di sofa.
Lagi-lagi kamu berada di posisi yang membuat pernafasanmu terganggu dengan jantung yang berdetak cepat.
"Ranpo?"
Ranpo menatap kamu dengan pandangan yang seolah menenggelamkanmu untuk terus melihat bola matanya yang berwarna hijau.
"Bagaimana jika Dazai melakukan posisi seperti ini terhadapmu?"
Ranpo bertanya dengan suara yang membuatmu merinding.
"Kau bahkan sama sekali tidak melawan," Ranpo menatap datar, tangannya menyentuh rambutmu lalu menyisipkannya di belakang telingamu.
Deg
"Jantungku berdebar," batinmu merasa gugup dan pandanganmu seperti terkunci oleh kedua mata hijau Ranpo.
Kamu menatap Ranpo yang semakin mendekatkan dirinya kepadamu, semakin dekat hingga membuatmu menahan nafas, dan kamu tanpa sadar menutup mata seperti menunggu sesuatu yang akan terjadi.
Tapi sama sekali tidak ada yang terjadi, kamu membuka mata dan Ranpo masih melihatmu dengan jarak yang masih dekat.
Ranpo hanya tersenyum menyebalkan di matamu.
"Menunggu?" Pertanyaan retoris seorang Ranpo membuatmu mendengus dan akhirnya mendorong sahabat detektifmu itu.
Kamu berdecih, "Dalam mimpimu"
Ranpo hanya menyeringai kemudian dia menepuk kepalamu.
"Aku tidak ingin Dazai melakukan itu terhadapmu"
Kamu tertegun mendengar ucapan Ranpo, rasanya kamu ingin sekali memeluk Ranpo saat ini.
"Ne Ranpo, kau... Kau tidak marah lagi kepadaku?" Tanyamu hati-hati, karena seharusnya Ranpo marah, tetapi kenapa sekarang ekspresi dia langsung berubah 180 derajat.
"Aku ingin marah, tapi aku tidak bisa"
Ranpo hanya mendengus, entah kenapa dia merutuki sifatnya yang tidak bisa marah terhadap kamu.
"Ranpo"
"Hm?"
Kamu tidak tahan untuk tidak menubrukkan tubuhmu kearah Ranpo, dan memeluknya.
"Aku sudah memutuskan akan tetap tinggal disini, bersamamu selamanya," kamu mengucapkan itu dan mendongakkan kepalamu kearah Ranpo yang sekarang sedang menunduk menatapmu.
Kali ini Ranpo yang terdiam dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, semua kilasan kejadian waktu kalian masih kecil seperti di putar ulang.
"Ne, ne, Ranpo-kun, aku akan tinggal bersamamu selamanya, lalu kita akan menjadi keluarga, janji?"
"Ya, janji"
Ranpo tau, itu kenangan ketika kamu berumur 9 tahun dan Ranpo 10 tahun, Ranpo juga tidak yakin apakah kamu masih mengingatnya atau tidak.
"Ranpo?"
Ranpo tersadar dari lamunannya dan menatap kearahmu yang masih dalam posisi yang sama.
"[Yourname]-chan"
Lagi-lagi jantungmu seperti ingin melompat keluar karena Ranpo memanggilmu dengan panggilan sewaktu kecil, benar-benar terlihat berbeda jika di ucapkan oleh Ranpo ketika berumur saat ini.
"Arigatou"
Ranpo tersenyum walau hanya tipis tapi kamu tau, sosok yang ada di depanmu ialah Edogawa Ranpo, sahabat yang selalu menemanimu ketika kalian masih bocah.
Dan entah apa hubungan kalian akan tetap sama atau berubah menjadi sesuatu yang lebih, semua tergantung dengan waktu dan takdir yang menentukan.
To be continued
.
.
.
Jeng jeng aku hadir lagi dengan word yang sedikit, berhubung ini adegannya masih Ranpo X Reader dan belum ada konflik yang berat, next chap ya, aku butuh inspirasi yang lebih.
Oke jangan lupa berikanku semangat dengan menvote dan komen jika ingin komen.
Hargailah penulis jika kalian ingin menjadi pembaca yang bijak.
Salam ikemen BSD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top