6. Don't Cry!

Hime berlari ke arah Kento yang sedang duduk di bawah pohon Sakura yang bunganya bermekaran sambil mendengarkan musik melalui earphone-nya.

Grep!

Hime memeluk Kento dengan erat. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kento. Laki-laki itu terlonjak kaget lalu melepas earphone yang menyumpal telinganya.

“Hime-chan, kau kenapa?” Kento menatap Hime bingung.

Kento melebarkan matanya ketika mendengar isakan Hime. Ia juga merasakan jika t-shirt yang ia pakai menjadi basah di bagian dada. Memperkuat jika gadis yang tengah memeluknya sedang menangis. Kento mengikuti instingnya. Kedua tangannya bergerak memeluk Hime. Sesekali mengelus punggung rapuh gadis itu. Sesekali mengusap kepala Hime.

“Kau kenapa?”

Hime masih sesenggukan. Ia membuka mulutnya. Suaranya terdengar sangat parau. “Aku ... aku meminta tolong seseorang tadi pagi. Dan orang itu mengatakan ‘Tunggu hingga hujan reda.’ Aku menunggunya. Tapi, sampai sore ini, dia sama sekali tidak ada gerakan untuk membantuku.”

“Memangnya kau meminta bantuan apa?”

Hime tidak menjawab.

Kento menghela napas. “Kenapa tidak minta tolong padaku?”

“Aku menyesal meminta bantuannya. Dan sekarang ... aku kecewa. Sangat kecewa.”

“Aku tahu kau akan merasa kecewa. Karena seorang Adagaki Hime sangat tidak suka menunggu. Apalagi tanpa kepastian seperti ini.”

“Rasanya aku ingin mengumpat TEPAT di depan wajahnya.” Hime menekan kata 'Tepat'.

“Hmm ... sudah. Sudah.” Kento terus berusaha membuat Hime tenang. []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top