Chapter 25 : The Fair Ending
Desember 2020, 20.
Sesaat mata Ba Da menyipit ke arah pintu IGD, ada semburat cahaya yang menyilaukan menyirami sosok jangkung itu, perlahan dia berbalik dengan tangannya masih memegangi ponselnya. Tatapan mereka bertemu dan Ba Da hanya diam, pria itu tersenyum sedikit canggung. Langkah panjangnya perlahan membawa dirinya berhadapan dengan gadis itu.
"Aku baru saja menghubungimu," ucapnya.
"Ah~ aku meninggalkan ponselku di loker. Aku ada operasi, ada perlu apa?" Ba Da mendelik dengan ragu. Pria itu kembali mengulum senyum.
"Luka di dahiku ... sepertinya harus diobati lebih lanjut." Tangan kekarnya menunjuk ke arah dahinya yang tertutup plester putih.
"Mendaftar saja dulu, banyak dokter residen yang akan menanganimu. Aku pergi," ucap Ba Da berlalu tapi tangan pria itu sudah menahannya.
"Kalau kau? Apa akan lama?" tanyanya.
Ba Da mengangguk, tanpa sedikit pun berusaha untuk menatap balik pada pria di sampingnya ini. "Operasi ini cukup lama. Aku tidak yakin bisa selesai dan membantumu, ikuti saja petunjuk di lobi."
"Ah, kalau kutunggu ... apakah prosesnya akan lebih cepat?"
"Berhenti bertanya, Park Min Hyun! Aku sedang buru-buru." Ba Da mendecak kesal, hingga genggaman pria itu terlepas.
Min Hyun terkesiap, dia hanya bisa mengangguk dan menyentuh belakang kepalanya dengan canggung. Tapi pria itu tidak tersinggung, dia justru merasakan hangat yang tiba-tiba menjalar ke hatinya.
"Baiklah, sana pergi! Aku akan menunggu di depan ruang operasi." Min Hyun bergurau, seolah dia juga ikut kesal akibat respon Ba Da yang tiba-tiba dingin padanya.
Ba Da memutar bola mata dan melanjutkan langkahnya menuju ruang operasi, Min Hyun sendiri mengekorinya hingga sekali-sekali mereka berjalan sejajar. Meski sedekat itu, keduanya tak sedikit pun mengeluarkan suara, So Woon yang sedari tadi bersandar di depan pintu menuju ruang operasi hanya bisa menggeleng.
"Kalian sudah baikan atau bagaimana?" tanya So Woon menatap kedua orang ini dengan penuh rasa penasaran.
"Dia pasien, yang entah kenapa tiba-tiba datang untuk memeriksa luka kecil di dahinya, padahal sudah kuobati tadi malam." Ba Da berusaha menjelaskan kondisi Min Hyun agar tidak terlalu kentara, kalau mereka sudah mulai berkencan.
"Pasien?" Min Hyun mendekatkan tubuhnya pada Ba Da dan bergumam sangat pelan, tapi So Woon bisa mendengarnya dan Ba Da pun terlihat jelas mengetahui apa yang digumamkan oleh Min Hyun, tapi berpura-pura tuli.
Ba Da memberi isyarat dengan matanya, kebetulan gadis itu membelakangi Min Hyun. So Woon yang menyadari atmosfer canggung ini segera mengambil inisiatif agar pria itu bisa meninggalkan tempat ini dan tidak mengganggu konsentrasi Ba Da.
"Oh, iya. Kalau begitu Tuan tolong tunggu di lobi, kami harus menyelesaikan operasi yang cukup lama. Anda mungkin bisa ditangani oleh dokter lain." So Woon bergerak menunjukkan jalan pada Min Hyun agar kembali ke lobi, sedang Ba Da hanya terus melangkah masuk menuju ruang operasi.
"T-tapi aku ...." Min Hyun terus terdorong oleh So Woon, hingga pintu menuju ruang operasi itu tertutup menenggelamkan Ba Da di dalamnya. "Ya, sudah. Aku akan menunggu di lobi, tolong sampaikan itu pada Ba Da," sambungnya lagi.
"Saya tidak bisa berjanji, karena bertemu dengan Anda adalah keputusan Ba Da. Saya tidak mau memaksa jika kehendaknya menghindari Anda, Tuan." So Woon menunduk dengan tangan bersimpuh penuh kesopanan. Dia masih belum menyadari gelagat kedua orang ini.
"Baiklah, aku mengerti. Tapi, tetap sampaikan pesanku padanya ... aku mohon bantuannya." Min Hyun membungkuk pada So Woon secara tiba-tiba, wanita itu terperanjat dan langsung balas membungkuk sampai beberapa kali.
~oOo~
"Park Min Hyun itu ... dia memintaku menyampaikan pesan, dia bilang akan tetap menunggumu sampai operasi selesai." So Woon melemparkan dirinya ke sofa, sedang Ba Da kembali pada buku-bukunya yang berhamburan di atas meja.
"B-benarkah?" tanya Ba Da sedikit terbata, seketika saja wajah tampan pria itu merasuk pikiran Ba Da. "Padahal aku sudah mengatakan kalau operasinya akan lama."
"Kau berbohong, lebih tepatnya." So Woon mengoreksi perkataan gadis itu dengan cepat dan Ba Da hanya terkekeh kecil.
"Ba Da, dengan semua yang kau pelajari akhir-akhir ini, kau yakin akan tetap menjadi dokter bedah umum? Tidak ingin mengambil konsentrasi yang lain? Obgyn dan Toraks adalah hal yang sangat kau kuasai." So Woon tampak sendu.
Ba Da menggeleng. "Karena gelarku sudah tidak ditangguhkan lagi, aku rasa menjadi dokter bedah umum sudah cukup. Maksudku, aku tidak bisa memilih antara dua spesialis itu. Jadi, akan lebih baik jika aku bisa ke segala konsentrasi."
"Tapi ... jabatanmu hanya akan sampai di situ saja, kau mungkin akan sulit memulai banyak operasi penting, jika tidak dibawahi oleh profesor atau dokter senior."
Gadis berkuncir kuda itu mengerdikkan bahu dan tersenyum. "Untuk saat ini biarkan aku menikmati gelarku yang tertunda selama dua tahun ini."
"Baiklah." So Woon balas tersenyum. Namun tidak lama berselang, sebuah panggilan masuk dari IGD mengejutkannya.
"Ah, iya ... aku segera ke sana." Ba Da memberi isyarat pada So Woon dan segera meninggalkannya ke IGD.
~oOo~
Kembali pada situasi paling buruk yang didapat Ba Da, pasien KDRT. Setelah banyak berkomunikasi dan berusaha tenang. Mereka berhasil memanggil pihak berwajib, dua polisi sudah berada di sana. wali pasien yang melihat itu tampak panik. Matanya berkali-kali melirik ke sana ke mari mencari ruang yang tepat untuk lari atau bersembunyi. Sayangnya, saat dia mulai melangkah pergi, dokter wanita itu mencegat pergerakannya.
"Menyingkir atau aku akan melukaimu!" teriak wali pasien yang sudah dicurigai gelagatnya.
"Kau berani melukaiku, bahkan saat ada polisi di sini?" tanya dokter wanita tadi penuh rasa takjub.
"Aku tidak bercanda, Dokter!" Pria itu lalu mengeluarkan sebuah pisau lipat dan siap menerjang, tapi lengannya langsung ditangkap oleh seseorang hingga membuat pisau itu terjatuh. Dia coba berontak, tapi tidak bisa bergerak.
"Berani sekali kau mengacungkan pisau itu pada wanitaku?" ucap pria jangkung yang sekarang sedang melotot dan tersenyum bengis padanya.
"H-hah?"
"Dokter Hwang? Park Min Hyun?" pekik si dokter wanita yang menjadi sasaran.
~oOo~
Beberapa menit sebelumnya....
"Dokter Hwang! Dokter Kwon dalam bahaya!" Perawat Nam tiba-tiba memekik pada pria yang kini tengah tertidur pulas di kursi kerjanya. Spontan pria itu terbelalak dengan wajah dinginnya.
"Memangnya ada apa? Bukankah dia sudah sembuh dari trauma operasi itu?" Yoong Hwa merentangkan tubuhnya dan menguap panjang.
"Masalahnya bukan dengan dirinya, tapi dengan pasien. Mereka sekarang sedang heboh di IGD karena ada pasien KDRT dan para perawat lain memintaku untuk segera menghubungi Anda," ucap Perawat Nam dengan kepanikan luar biasa.
"Apa? Cih, berani-beraninya dia mengganggu rumah sakitku yang damai." Yoong Hwa segera beranjak dengan jubah putihnya.
Tatkala kaki pria itu keluar ruangan, seseorang tampak bergerak dengan cepat. Hampir membuat Yoong Hwa oleng di ambang pintu.
"Apa itu tadi?" gumamnya, lalu bergegas menuju IGD yang sekarang tampak ramai.
"Letakkan pisau itu!" teriak salah satu polisi.
"Ba Da?" batin Yoong Hwa. Namun, sebelum dia benar-benar melompat ke arah Ba Da, sosok pria dengan setelan jas kini melewatinya lagi.
"Berani sekali kau mengacungkan pisau itu pada wanitaku?" ucap Min Hyun. Yoong Hwa bergeming, tapi dia ikut berdiri di samping Min Hyun untuk melindungi Ba Da.
"Dokter Hwang? Park Min Hyun?" desus gadis itu.
___________________________________
"Apa-apaan kalian berdua? Aku akan membunuhmu!" teriak pria itu dan berlari ke arah Yoong Hwa, tapi Min Hyun dengan cepat mendorong dokter itu dan mendapat sebuah sabetan di lengan kirinya.
"M-Min Hyun!" pekik Ba Da sembari menutup mulutnya.
Lengan jas pria itu robek seiring darah segar mulai menetes dari sana, bahkan sebagian berbekas di pisau yang telah melukainya. Min Hyun tak gentar sedikit pun, dia bahkan menatap balik pada si wali pasien dengan mata berkilat.
"Hanya begitu kemampuanmu?" Sebuah tendangan di dada wali pasien dilepaskan seiring dengan pertanyaan yang Min Hyun lontarkan. Karena perbedaan tinggi badan yang kentara di antara keduanya, si wali pasien terjungkal hebat sampai membentur dinding.
"Bajingan, kau ...."
"Park Min Hyun!" cegat Ba Da sembari dirinya menggeleng, terlebih lagi pria itu sudah tidak berkutik lagi.
"Makanya jangan bermain-main denganku, apalagi sampai berani menyakiti wanitaku. Aku akan ... huaakh, menyebalkan!" Min Hyun mengomel dengan emosi penuh, Ba Da bahkan hampir tidak bisa menahan ledakan amarah pria itu.
"Sudahlah. Ayo, kita harus obati lukamu. Perawat Nam, tolong telepon So Woon untuk mengambil alih pasien, hm?" Ba Da memberi isyarat pada perawat itu dan segera menarik Min Hyun ke salah satu ruangan yang terpisah.
Sementara itu, Yoong Hwa masih terduduk di lantai akibat dorongan Min Hyun tadi. Dia sebenarnya cukup kesal karena ditumbangkan begitu saja, tapi dia bersyukur karena telah diselamatkan. Pria itu memejamkan mata sesaat, sampai akhirnya mengundurkan diri dari keramaian.
~oOo~
Ba Da melepaskan genggamannya pada tangan Min Hyun sebelum mencapai ruang IGD. Dia masih sadar untuk tidak melakukan hal yang lebih jauh, tapi dia juga tidak bisa menampik pikiran orang-orang kepadanya dan Min Hyun. Ba Da membawa Min Hyun ke salah satu brankar, lalu menarik peralatan bedahnya.
"Buka pakaianmu," ucap Ba Da sekenanya.
"Hah? Di sini? Kau mau apa?" tanya Min Hyun sambil menyilangkan tangannya di dada.
"Jangan membuatku kehabisan kesabaran, aku benar-benar lelah, Park Min Hyun." Ba Da berdecak kesal. Min Hyun terkekeh kecil, dia suka sekali saat berhasil membuat Ba Da marah-marah.
Pria itu membuka jas dan kemeja hitamnya, menampilkan perut six-pack yang hampir membuat Ba Da sedikit tersipu. Min Hyun yang menyadari air muka Ba Da yang seperti itu pun tersenyum jahil.
"Yang terluka lenganku, bukan perutku, Dokter Kwon," ucap Min Hyun diselingi tawa.
"Aishh, berhenti menggodaku dan ... berhenti terluka setiap kali kita bertemu. Kekasihmu ini memang dokter bedah, tapi bukan berarti kau harus selalu merobek badanmu. Untung saja sayatannya tidak terlalu dalam, kalau tidak, harus dijahit lagi." Ba Da kini sibuk membersihkan luka baru yang muncul di tubuh Min Hyun.
"Aku sudah banyak terluka saat wamil. Jadi, jangan terlalu khawatir, aku sudah terlatih untuk semua itu. Pria ini sangat kuat," ucap Min Hyun berusaha menenangkan, dia bahkan menunjukkan otot lengannya pada Ba Da dengan riang.
"Tetap saja aku khawatir, aku belum terbiasa dan aku tidak sanggup melihat kau terluka terus-terusan," sahut Ba Da dengan nada yang sangat lembut, membuat darah Min Hyun berdesir sampai ke wajahnya.
"Kau berhasil membuatku tersipu, Ba Da. Woah, rasanya sudah lama sekali tidak seperti ini." Min Hyun bertepuk tangan, tapi segera dicegah oleh Ba Da.
"Jangan bergerak, aku harus membalut lukamu."
Min Hyun menarik gadis itu dalam pangkuannya dan memegangi pinggang Ba Da agar tidak terjungkal, mata mereka beradu sesaat dengan senyum yang tertawan di wajah keduanya.
"Berhenti melakukan hal ini, nanti orang-orang akan salah paham," bisik Ba Da, tapi Min Hyun hanya bergeming.
"Benar, aku rasa orang sepertiku akan salah paham," seru seseorang di ambang pintu.
"Jae Min?" pekik Ba Da dan segera bangkit dari pangkuan Min Hyun untuk mendekati adiknya itu.
"Apa dia penjahatnya? Soalnya dari apa yang aku dengar, kau sedang dalam bahaya," ucap Jae Min dengan nada sedikit menyindir, Ba Da mengetatkan bibir.
Atmosfer yang hangat tiba-tiba berubah dingin. Ditambah lagi wajah suntuk Jae Min tidak ada perubahan sama sekali walau Ba Da sudah berusaha untuk menjelaskan keadaan mereka saat itu.
"Berhentilah bersikap menyebalkan, Kwon Jae Min." Min Hyun akhirnya berdiri dan merangkul Ba Da dengan ketat. "Aku dan kakakmu sekarang adalah pasangan kekasih," ucapnya terlihat bangga.
"Benarkah? Woah, daebak. Aku bahkan tidak terkejut lagi saat kalian nantinya putus karena kontrak sudah berakhir," sindir Jae Min yang menbuat Min Hyun melotot padanya.
"Mulutmu benar-benar seperti silet, ya. Kecil tapi menyayat." Min Hyun hampir memukul pria itu, tapi dia urungkan. Lebih daripada itu, dia hanya ingin menjelaskan kebenarannya, tapi Ba Da mencegahnya.
"Jae Min, kali ini aku dan Min Hyun benar-benar berkencan. Aku tidak mau mempersulitmu, tapi inilah pilihanku. Aku harap kau mau mengerti dan mendukung kami," ucap Ba Da, berjongkok di hadapan Jae Min sembari menggenggam jari jemari adiknya itu.
"Apakah kau berjanji untuk bahagia mulai sekarang?" tanya Jae Min dengan matanya yang polos, Ba Da mengangguk. "Kau akan membahagiakan kakakku dan tak akan meninggalkannya, kan?" tanyanya lagi sembari menatap Min Hyun.
"Aku berjanji, kalau aku mengingkarinya kau bisa memotong tangan dan kakiku."
"Min Hyun, jangan berlebihan," tegur Ba Da dan kekasihnya itu hanya terkekeh sembari menggaruk kepala.
Setelah lama mempertimbangkan, akhirnya Jae Min mau membuka suara, "Baiklah, aku hargai pilihanmu, Ba Da."
Ketiga orang di ruangan itu pun tersenyum cerah, Ba Da sendiri menitikkan air mata karena terharu atas restu dari Jae Min. Sementara itu, di ambang pintu Yoong hwa menyandarkan diri pada dinding sembari mendengarkan percakapan orang di dalam, dia memejamkan mata dan pikirannya pun berkata untuk ... mundur.
~oOo~
Selepas Jae Min meninggalkan ruangan, Ba Da kembali berkonsentrasi mengobati Min Hyun. "Baiklah, lukanya sudah tertutupi dengan baik, untuk sementara jangan sampai terkena air sampai lukanya mengering," titahnya sembari membereskan peralatan.
Min Hyun tampak sendu. "Berarti aku tidak bisa berenang di pantai."
"Memangnya kau akan pergi ke pantai dalam waktu dekat?" Ba Da menoleh dan Min Hyun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu. "Cepat katakan, kau mau ke pantai? Kapan? Pantai apa? Dengan siapa?"
Tanpa sadar gadis itu mengacungkan gunting operasi ke hadapan Min Hyun, membuat pria ini gelagapan.
"Aku pernah bilang kosongkan jadwal untuk syuting produk, kan?" tanya Min Hyun dan di sambut dengan anggukan oleh Ba Da, "kita akan syuting di pantai," lanjut pria itu.
"Benarkah? Woah!" Ba Da terlihat semringah. "Kapan itu?" tanyanya.
"Tiga hari lagi," jawab Min Hyun.
"Hah? Kenapa begitu tiba-tiba?" Ba Da tampak cemberut, dia takut kalau jadwalnya bentrok dengan operasi yang sudah dijadwalkan untuknya.
Min Hyun menahan perasaan gemasnya pada pria ini. "Begini, proyek humidifier itu akan dimulai lagi. Kemarin aku membatalkannya, karena mengingat ini adalah proyek bersamamu, rasanya tidak etis jika mengakhirinya tanpamu."
"Jadi, alat itu akan mulai dipasarkan sekarang?" tanya Ba Da ceria.
"Betul!"
Gadis ini bertepuk tangan layaknya anjing laut yang sedang beratraksi, wajahnya memerah seiring senyumnya merekah. Pemandangan yang paling disukai Min Hyun.
Pria itu sejenak berpikir, dia memasang pakaiannya dan sembari mengancing bajunya sebuah pertanyaan terlontar, "Ayo, makan malam bersama."
"Lagi? Bukankah kemarin kita sudah makan malam berdua?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam di tempat yang lebih romantis, menikmati suasana Sungai Han sembari berjalan kaki dan mungkin menonton film tengah malam?" Min Hyun mengusap tangannya dan meniupnya perlahan, entah kenapa pernyataan barusan membuatnya gugup.
"Ini kencan pertama kita?" Ba Da tersenyum haru.
"Benar, kencan pertama dan mari berkencan untuk yang ke seratus, seribu, sejuta, semiliar dan bahkan tak terhingga nanti." Min Hyun membuka lebar tangannya dengan sedikit meringis, tapi rasa sakit itu menghilang ketika tubuh Ba Da berada di dalam dekapannya.
~oOo~
Di sore hari, ketika Ba Da bersiap meninggalkan rumah sakit dan telah rapi dengan setelan blouse, celana berwarna putih serta mantel cokelat selututnya, Yoong Hwa muncul untuk menyapa. Sesaat keduanya tampak canggung, tapi Ba Da berusaha tersenyum.
"Ada yang bisa saya bantu, Dokter Hwang?" tanya Ba Da sembari menyampirkan tas kecil di bahunya.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Ba Da, pria itu melontarkan pertanyaan yang langsung pada fokus utama matanya saat melihat Ba Da waktu itu. "Kau tampak rapi, apa kau akan pergi ke sebuah pesta?"
Gadis itu menggeleng dan berpikir sejenak, tapi dia kembali tersenyum. "Aku akan pergi berkencan dengan Park Min Hyun."
"Ah, benar. Kalian sepasang kekasih, sangat wajar untuk berkencan. Kalau begitu, pergilah. Hati-hati di jalan, maaf karena memakan waktumu." Yoong Hwa memberikan jalan pada gadis itu untuk segera keluar dari ruangan. Namun Ba Da masih bertahan.
"Apa yang ingin kau bicarakan, Yoong Hwa?" tanya Ba Da lagi dengan wajah lebih serius.
Pria itu menghela napas dan senyum tipisnya muncul. "Aku hanya ingin berpamitan, aku akan kembali mengambil studi di Amerika. Sebelum itu, aku hanya ingin bertemu denganmu, mengajakmu makan atau semacamnya dan meminta maaf. Tapi, karena kau sibuk, aku pikir ... meminta maaf sudah cukup, kan?"
"Iya, Yoong Hwa. Bersenang-senanglah di Amerika dan temukan kebahagiaanmu yang baru." Ba Da mengulurkan tangannya dan disambut pria itu, sebuah senyuman lebar kini menghiasi wajahnya.
"Maafkan aku, Ba Da." Yoong Hwa kembali mengutarakan permintaan maaf yang kali ini benar-benar terdengar tulus.
Ba Da tersenyum dan menepuk bahu pria itu pelan. Hingga dia meninggalkan Yoong Hwa dengan perasaan paling lega selama beberapa bulan belakangan. Sementara itu, Min Hyun sudah menunggu di depan mobilnya, ketika Ba Da menghampiri dan berlari ke dalam pelukan hangat Min Hyun.
"Terima kasih, Min Hyun."
"Untuk?"
"Segalanya."
~oOo~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top