Chapter 12 : Drama Baru

Jarum jam seakan tak berputar, suara detiknya saja seolah tenggelam dalam atmosfer membingungkan ini. Min Hyun mundur selangkah saat gadis ber-sweater biru laut ini melangkah mendekatinya, sedang si gadis terus tersenyum sampai menampilkan sederet gigi putihnya.

"Akhirnya kau datang," ucapnya semringah.

"Y-ya?" Pria itu menjawabnya kebingungan. Dia tak bisa memungkiri perasaan terkejutnya yang kini terlalu jelas terbaca di wajahnya.

Ba Da mencoba memberi isyarat dengan matanya agar pria itu melihat ke arah kirinya. Saat dia memahami bahasa non-verbal itu secara refleks Min Hyun memalingkan wajah dan betapa terkejutnya ada Yoong Hwa di sana dan sepasang suami-istri di hadapannya menatap mereka dengan ekspresi yang sama. Mulut Min Hyun seketika terbuka, tapi ia mengusap wajahnya pelan untuk menutupi keterkejutan itu.

"Oh? Sebentar, Anda Dokter Kwon?" Wanita di sebelah pria ini tersenyum simpul.

"Halo, apa kabar, Nyonya Park?" Ba Da balas tersenyum dan membungkuk sopan.

"Aku baik, tapi ini ada apa? Teriakanmu tadi ...." Nyonya Park terlihat kikuk.

Gadis itu menggaruk tengkuknya, dia akan menambah list orang-orang yang dibohongi oleh kesepakatan konyol ini. "Kami akan jelaskan, silakan duduk dulu." Ba Da menarik Nyonya Park agar duduk di samping ibunya.

"Ibu, Ayah. Ini Park Min Hyun, dia kekasihku." Ba Da menggandeng lengan kekar pria itu tanpa beban, sedang Min Hyun menahan napas, sembari berpikir perilaku apa yang pantas ditunjukkannya sekarang. Nyonya Park menatap heran pada mereka berdua, tapi kemudian tersenyum kecil.

"Apa kabar, Tuan dan Nyonya Kwon. Saya Park Min Hyun, senang bertemu kalian," ucap pria itu sembari membungkuk sopan. "Oh, ya! Ini ibu saya," lanjutnya. Wanita anggun itu meletakkan tangannya di dada dan membungkuk sedikit dan di balas oleh kedua orang tua Ba Da yang membungkuk canggung.

"Duduklah," ucap Min Hyun menarik kursi untuk ibunya, lalu menarik kursi yang ada di tengah dan meminta Ba Da untuk segera duduk juga.

Gadis itu hanya mengikuti apa yang diperintahkan Min Hyun. Kini meja panjang dengan enam kursi itu sudah terisi sepenuhnya. Atmosfer restauran yang harusnya ramai kala makan siang itu justru terasa lebih dingin.

Semua orang terlalu canggung untuk bicara, bahkan Ba Da dari tadi sibuk menunduk dan menarik-narik ujung sweater-nya. Min Hyun yang berada di sebelah kanannya saat itu mulai menyadarinya, dia memalingkan wajah menatap Yoong Hwa yang ternyata juga diam-diam sedang memerhatikan gadis itu dari ekor matanya.

Min Hyun lalu menatap kedua orang tua Ba Da yang berpura-pura sibuk menatap ponsel mereka. Pandangannya berpindah pada wajah ibunya yang sedang tersenyum canggung dan menatapnya balik, sesekali wanita itu meminum air putih dan memberi isyarat 'kenapa tidak ada yang bicara?' Min Hyun mengedikkan bahu.

"Hm ... ngomong-ngomong pria di ujung ini siapa? Saudaramu, Dokter Kwon?"

DEG.

Ba Da lupa Nyonya Park belum pernah bertemu dengan Yoong Hwa, ibu dan ayah Ba Da sedikit melotot dan akhirnya menginterupsi.

"Dia Dokter Hwang, teman Ba Da di rumah sakit. Kami mengajaknya karena sudah kami anggap anak sendiri," ujar ibu Ba Da tersenyum sekenanya.

Nyonya Park mengangguk mengerti. Ba Da sedikit melirik Yoong Hwa, telinga pria itu memerah. Ba Da tahu dia agak kesal sekarang, tapi dalam hati Ba Da dia sangat bersyukur karena kebetulan yang sangat menakjubkan seperti ini terjadi di saat yang tepat.

"Salam kenal, Dokter Hwang," ucap Nyonya Park dan dibalas dengan anggukan pelan dan senyum hambar Yoong Hwa.

Hening kembali menyergap, tangan Nyonya Park mengetuk-ngetuk meja kebosanan. Setidaknya kalau tidak bicara, pesan makan saja. Namun, semua orang terlalu canggung hanya untuk membuka mulut.

"Saya benar-benar tidak menyangka ternyata Dokter yang merawat Min Hyun adalah kekasihnya sendiri." Nyonya Park mulai mengoceh lagi, Min Hyun mengeluarkan tatapan yang mengintimidasi agar dia berhenti, tapi wanita itu tidak peduli. Ba Da hanya tersenyum dan kedua orang tua Ba Da mulai tertarik dengan pembahasan itu, hingga meletakkan ponsel mereka.

"Benarkah? Jadi, kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?" Ibu Ba Da menatap Nyonya Park dengan mata yang penasaran.

"Iya, Nyonya. Min Hyun sempat operasi usus buntu di RS Hansung dan Dokter Kwon yang merawatnya, saya tidak tahu mereka ternyata punya hubungan seperti ini."

"Wah! Berarti mereka cukup hebat, ya, menyembunyikan semua ini. Gadis ini bahkan baru beberapa menit lalu menceritakannya pada saya," sindir ibu Ba Da yang kini mendelik ke arah anak gadisnya yang seolah sibuk sendiri.

Nyonya Park mendecak. "Min Hyun bahkan lebih parah, dia tidak mengatakan sedikit pun alasan pergi ke restoran ini padahal tempatnya sangat jauh dari kantornya. Ternyata dia ingin pergi ke sini untuk bertemu keluarga kekasihnya, saya benar-benar merasa seperti mendapat kejutan spesial."

Wanita itu tertawa bahagia, sepertinya dia sangat senang mendapati berita kencan Park Min Hyun hari ini. Berbanding terbalik dengan tiga orang di hadapan mereka, ketiganya hanya diam saja bahkan untuk menginterupsi pun tak berani. Ba Da mengutuk dirinya sendiri karena sudah berbohong sebanyak ini, Min Hyun yang juga bingung hanya bisa diam tak berkutik.

"Maaf jika saya lancang, tapi apa pekerjaan Anda?" Ayah Ba Da bertanya dengan pancaran harap pada Min Hyun.

"Ayah, itu berlebihan." Ba Da mengernyitkan dahi pada ayahnya dan membuat pria separuh baya itu menutup mulutnya rapat.

"Tidak apa-apa, Dokter Kwon. Anak saya seorang Presiden Direktur di Perusahaan Anshon, Anda tahu, kan? Perusahaan kosmetik terkenal itu? Dia membangunnya sendiri sejak lulus kuliah, Min Hyun benar-benar pekerja keras." Nyonya Park tersenyum dan begitu semangat menceritakan kisah anaknya.

Kedua orang tua Ba Da berdecak kagum. Ibu Ba Da bahkan menatapnya penuh binar, mereka akhirnya berbincang penuh dengan semangat. Ibu Ba Da ternyata pengguna merek kosmetik itu dan dia sangat senang mengetahui Ba Da dekat dengan pria yang bekerja di balik layar untuk perusahaan besar. Ditambah lagi Nyonya Park yang begitu ramah dan cerah membuat obrolan mereka semakin hangat. Namun, Ba Da justru semakin tidak nyaman dan terus-terusan menarik ujung sweater-nya. Min Hyun yang sudah lelah melihat kelakuan gadis itu tiba-tiba meletakkan tangannya di atas tangan Ba Da untuk membuatnya berhenti. Benar saja Ba Da yang terkejut langsung menatap pria itu setengah membeku.

"Berhenti, kau hanya akan merobek sweater-mu." Min Hyun berbisik, mendengkus kesal tanpa sedikit pun matanya menatap Ba Da yang keheranan.

Yoong Hwa yang juga sedari tadi memperhatikan mereka menyeringai pongah dan mengalihkan pandangan seolah tak pernah melihat kejadian manis yang terjadi di depannya itu. Dia mulai mencari-cari pelayan dan ada satu orang yang bertukar tatap dengannya, pria itu mengangkat tangan, membuat semua orang yang ada di meja itu terdiam.

"Oh? Silakan kembali berbincang, tapi sambil makan siang. Saya yakin Anda semua ke sini untuk mengisi perut, kan?" Yoong Hwa memunculkan senyum rupawan yang biasa ia lempar ke para pasien. Tangannya mengambil beberapa menu yang sudah disodorkan oleh pelayan dan membagikannya ke hadapan orang-orang yang ada di meja itu.

"Woah! Dokter Hwang, Anda benar-benar baik dan juga tampan, apa Anda sudah menikah?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu meluncur mulus dari mulut Nyonya Park, membuat semua orang terbelalak, tidak terkecuali Min Hyun. Semua orang kembali diam dan menghindari topik itu. Tangan Ba Da yang masih digenggam Min Hyun pun terasa semakin dingin, membuat pria itu mengaitkan jemari mereka dan menggenggamnya lebih erat.

Ba Da semakin terkesiap mendapati perlakuan hangat dari pria itu, padahal dia tidak pernah membayangkan sosok Min Hyun bisa melakukan hal seperti ini pada seseorang, terlebih dirinya. Penampilan pria itu tajam dan seolah tak ada satu pun yang bisa menyentuhnya, seperti mawar berduri. Dia bahkan mengancam gadis itu dengan penjara. Namun, kali ini Ba Da mulai menepis pikiran buruknya, ternyata benar tidak boleh menilai seseorang secepat itu.

"Ayo, kita pesan makan dulu. Aku yakin Ibu sudah lapar, kan?" Min Hyun menekankan semua kata itu sambil menatap sengit pada ibunya.

"Baiklah, Min Hyun. Berhenti menatap ibu seperti itu," ujarnya sembari membuka lembaran menu yang sampulnya dilapisi kulit sintetik berwarna merah itu.

Min Hyun memutar bola mata dan menyandarkan dirinya ke kursi, tanpa sadar ia mengembuskan napas lega. Ba Da terus diam, tapi matanya terus menatap Min Hyun. Dia sungguh merasa bersalah pada pria itu. Bisa dianggap kesepakatan yang mereka buat tidak memberikan keuntungan apa pun untuk Min Hyun.

"Kenapa?" desus pria ini, akhirnya. Min Hyun tiba-tiba mendekatkan tubuhnya pada Ba Da, seketika gadis itu terlonjak kaget.

"Tidak ... tidak apa-apa." Gadis itu menatap ke sekeliling ruangan dan mencoba membuka menu itu dengan tangan kirinya.

Kedua orang tua Ba Da yang sibuk memperhatikan menu tiba-tiba merasa risih melihat Ba Da yang tampak kesulitan membuka lembaran itu.

"Pakai kedua tanganmu, Ba Da."

"Eh?" Ba Da semakin kikuk, karena tangan kanannya sedang digenggam erat oleh Min Hyun yang tidak mau melepasnya.

"Tangan kanannya sedang sibuk," ucap Min Hyun tersenyum jahil dan meletakkan kedua tangan mereka di atas meja.

"Min Hyun, kau sudah pandai merayu, ya!" pekik Nyonya Park menutup wajahnya malu-malu.

Kedua orang tua Ba Da juga tampak semringah, Nyonya Park terlihat takjub sekaligus sangat bahagia mendapati kelakuan manis anak semata wayangnya itu. Ba Da menepuk lengan besar Min Hyun dan melepaskan genggaman tangan mereka, ia juga akhirnya ikut terkekeh kecil karena suasana yang mendukung. Namun, Yoong Hwa tiba-tiba berdiri sembari memperhatikan ponselnya.

"Eum, maafkan saya. Sepertinya saya tidak bisa ikut makan siang kali ini, saya dipanggil karena ada pasien darurat." Yoong Hwa lagi-lagi menghancurkan suasana dengan kalimatnya.

Wajah-wajah bahagia itu mendadak tidak nyaman, terlebih lagi kedua orang tua Ba Da yang menyadari skema kisah awal perjamuan makan siang hari ini. Ibu Ba Da menatap pria itu dengan hangat, lalu juga ikut berdiri. "Ayo, ibu akan mengantarmu sampai depan."

"Ah, Ibu tidak perlu, aku ...." Yoong Hwa terdiam, melihat ekspresi ibu Ba Da, dia yakin ada hal serius.

"Ibu antar." Kalimat itu terdengar penuh penekanan, Yoong Hwa hanya bisa tersenyum dan mengangguk menuruti kemauan wanita setengah baya itu.

Setelah berpamitan dengan ayah Ba Da dan juga Nyonya Park, dia pun mengangguk pada Min Hyun dan dibalas dengan anggukan juga. Hanya Ba Da yang diam tidak merespon bahkan tidak ingin menatapnya. "Ba Da, jangan lupa urusan kita setelah ini," ucapnya pelan, Ba Da hanya diam di tempat.

Keempatnya pun sibuk dengan rincian menu mereka masing-masing dan memesannya pada pelayan. Sementara itu, ibu Ba Da berjalan beriringan dengan Yoong Hwa sampai ke tepi jalan raya. Pria itu hendak berpamitan, tapi wanita itu sudah lebih dulu menggenggam tangannya.

"Terima kasih, sudah menjamuku dan ayah Ba Da. Sejujurnya aku sangat kesal saat pertama kali kau meneleponku tadi pagi. Kupikir kau akan berlutut dan memohon untuk kembali, tapi aku tidak menyangka kau akan mempertemukanku dengan kekasih baru Ba Da. Aku hanya ingin kau tahu, aku sudah sangat menyayangimu seperti anakku sendiri. Tapi Ba Da ... dia tidak pantas lagi untuk disakiti olehmu, dia terlalu berharga. Jadi, kumohon, jika kau melakukan ini hanya untuk menyakitinya, ibu ingin kau berhenti."

Yoong Hwa diam, dia juga tidak menyangka jika ibu Ba Da akan sangat cepat tanggap seperti itu. Persis seperti Ba Da yang selalu memahami segala situasi bahkan sebelum dia benar-benar mendapatkan penjelasan yang layak. Berbeda dengannya yang harus membuktikan segala hal hanya untuk percaya pada satu hal saja.

"Hm? Yoong Hwa, ibu bisa mempercayaimu, kan?" Wanita itu bersikukuh untuk mendapatkan jawaban dari pria di hadapannya itu. Yoong Hwa pun berusaha tersenyum dan balik menggenggam tangan Ibu Ba Da.

"Aku tahu ini terdengar seperti alasan, mengingat aku yang mengacaukan segalanya. Tapi, ibu ... aku masih mencintai Ba Da. Saat itu aku harus memperbaiki kehidupanku sedikit. Aku jujur memikirkan Ba Da saat mengambil keputusan itu, memikirkan masa depan yang akan lebih cerah jika aku pergi sebentar. Jadi, saat ini aku akan tetap berusaha untuk Ba Da, Bu. Aku tahu dia masih mencintaiku. Permisi." Yoong Hwa tersenyum hambar lalu melepaskan genggaman itu.

Ibu Ba Da hanya menghela napas dan membiarkan pria itu pergi setelah membungkuk padanya. "Ba Da, sepertinya kau akan menghadapi pergolakan yang cukup besar," desus ibunya.

~oOo~

Setengah makanan tersisa, semua orang masih sibuk dan fokus dengan pikiran mereka masing-masing. Ba Da yang hari ini banyak diam tidak seperti biasanya membuat Min Hyun memperhatikannya lebih intens. Ini juga pertama kalinya dia makan bersama gadis itu. Tanpa sadar dia meneliti setiap jengkal wajah gadis di sampingnya ini. Walau dia hanya bisa melihat bagian kanannya saja, tapi dia cukup takjub dengan kulit gadis itu.

"Matamu seolah akan memakan Dokter Kwon hidup-hidup, berhenti menatapnya seperti itu." Lagi-lagi Nyonya Park memergoki pria itu. Ini sudah kedua kalinya hari ini Nyonya Park membocorkan perasaan seorang Park Min Hyun, karena hanya seorang ibu yang bisa memahaminya.

Ba Da yang akhirnya tahu sedang diperhatikan, hanya balas tersenyum kecil. Ia buru-buru mengusap wajahnya agar tidak terlalu kentara, padahal dia juga tidak sadar pipinya bersemu merah.

"Coba lihat gadis ini tersipu, kau pasti bahagia, heh?" celetuk ibu Ba Da, sekali lagi kekuatan seorang ibu.

"Ibu, berhenti ...." desus Ba Da tampak malu. Ibunya hanya cekikikan.

"Ngomong-ngomong kalian sudah berapa lama menjadi kekasih?" Ayah Ba Da kembali melontarkan pertanyaan menjebak.

"Oh, iya benar. Ibu juga penasaran, kapan kalian bertemu?" Nyonya Park menimpali.

"Tiga bulan."

"Satu bulan."

Ba Da dan Min Hyun menjawab bersamaan, sayangnya mereka tidak serempak. Keduanya saling tatap sedikit kesal dan berusaha menjawab lagi.

"Satu bulan."

"Tiga bulan."

Lagi, mereka tidak serempak. Kini tiga orang di hadapan Min Hyun dan Ba Da melipat kedua tangan di dada dan mengintimidasi dengan tatapan mereka.

"Biarkan aku yang menjelaskan." Ba Da mengambil alih, dia memberi isyarat agar Min Hyun percaya padanya. "Aku bertemu Min Hyun tiga bulan lalu di Jeju tanpa sengaja kami menjadi kenalan dan satu bulan lalu kami memutuskan untuk berkencan." Ba Da menjelaskan garis besar hubungan mereka.

"Oh, jadi tepatnya baru satu bulan, ya?" Ayahnya mengangguk-angguk paham. Ba Da menghela napas lega, dia menarik kembali sendoknya dan menyendok makanan tersisa dan dengan susah payah menelan semua makanan itu.

~oOo~

Perjamuan siang itu berakhir dengan baik dan kedua keluarga itu juga semakin dekat. Karena Nyonya Park yang begitu antusias, juga kedua orang tua Ba Da yang lega karena anaknya bisa membuka hati lagi. Namun, di sisi lain tidak dapat ditampik, Ba Da dan Min Hyun sama-sama terbebani dengan kebohongan ini. Tentu juga desiran darah yang tiba-tiba terpompa cepat karena detak jantung mereka hari ini, membuat pikiran keduanya kalang kabut.

"Ayah dan ibu akan mampir ke rumah, Jae Min meminta kami menginap. Kalau tidak ada shift atau operasi darurat, pulanglah malam ini." Ibu Ba Da menariknya dalam pelukan.

"Tentu, nanti aku hubungi lagi," ujarnya sembari melepaskan pelukannya. "Terima kasih sudah datang, Ayah." Ba Da lalu memeluk ayahnya juga, ketiganya tersenyum dan saling menatap dengan hangat. Ibu Ba Da sendiri sudah dari tadi mengelus bahu ringkih gadis itu.

"Keluarga mereka manis sekali," gumam Nyonya Park dari kejauhan menatap mereka.

"Tidak perlu iri dengan keluarga orang lain." Min Hyun bersungut-sungut.

"Orang lain apa? Mereka akan jadi keluargamu nanti. Ibu senang kau akan mendapatkan keluarga sehangat itu, Min Hyun. Jangan lepaskan Dokter Kwon, paham?" Ibu dan anak itu terus berbisik-bisik, sebelum akhirnya menghampiri keluarga Kwon. Ibu Ba Da menarik tangan Nyonya Park dan juga Min Hyun bersamaan dan tersenyum hangat.

"Terima kasih sudah datang, saya harap kita bisa bertemu lagi nanti dengan kesempatan lebih baik." Ibu Ba Da mengusap pelan punggung tangan keduanya. Nyonya Park mengangguk dan tersenyum senang. "Terima kasih juga Min Hyun, ibu titip Ba Da. Jaga dia baik-baik, ya?" Kini matanya memancarkan harapan penuh pada Min Hyun, membuat pria itu balas tersenyum hangat dan mengangguk.

Kedua keluarga itu akhirnya berpisah saat ayah dan ibu Ba Da pergi bersama taksi mereka, sedang Ba Da saat itu hanya diam menatap taksi hingga tidak terlihat lagi di jalan lurus itu.

"Sampai jumpa, Dokter Kwon, atau maukah aku panggil Ba Da?" Nyonya Park kini ganti menggenggam tangan gadis itu.

"Tentu, Nyonya Park. Anda juga boleh bicara santai pada saya." Ba Da tersenyum ramah, Nyonya Park pun begitu. Semilir angin meniupkan anak rambut di pelipis mereka dan itu membuat keduanya saling mengagumi visual masing-masing.

Masih dengan senyum hangat, Nyonya Park pun mulai bicara lagi, "Panggil aku 'ibu' mulai dari sekarang, OK?"

Min Hyun yang melihat itu pun hanya menggeleng dan menuju mobilnya yang terparkir di parkiran khusus depan restoran.

Suara benda berjatuhan terdengar dari seberang restoran, betapa terkejutnya Ba Da dan orang-orang di sekitar melihat kejadian itu. Gadis itu segera berpamitan dan bergegas menuju seberang jalan saat melihat lampu merah menyala bagi kendaraan. Nyonya Park dan Min Hyun sama-sama terkesiap, tapi wanita itu akhirnya sadar dan meneriaki Min Hyun agar cepat mengejar dan membantu Ba Da.

~oOo~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top