Chapter 10 : Tarik Ulur
Tidak lama gadis itu sudah berdiri di depan meja informasi, yang sengaja disediakan untuk menampilkan beberapa produk yang dibuat oleh perusahaan kosmetik dan kesehatan ternama. Entah kenapa mata Ba Da mulai berkeliling melihat apakah produk dari perusahaan Min Hyun juga ada di sana dan dia menemukannya di rak paling depan di ujung kanan.
"Dia benar-benar menjual semua ini?" Ba Da sedikit mencibir pria itu dalam pikirannya.
Hingga matanya menangkap pria kesayangannya berdiri di hadapan salah satu pasien dengan dua gelas kopi di tangannya. Ba Da mengangkat tangan dan menyebut nama pria iu dengan lantang dan penuh antusias, pria itu Jae Min. Namun, dengan secepat kilat Jaemin berbalik dan berusaha untuk tidak bertukar pandang dengan gadis ini, Ba Da segera menyusulnya dan merangkul bahu pria yang lebih tinggi darinya itu.
"Apa kau sengaja mengabaikan kakakmu, huh?" Ba Da semakin menarik pundak Jae Min dan berhasil membuat pria ini kesal.
"Lepaskan! Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak berjaga di IGD? Bukankah tadi malam banyak pasien yang datang?" ucap Jae Min berkacak pinggang di hadapan kakaknya.
"Syukurnya, semua sudah teratasi dengan baik. Aku sedang menunggu pesanan sup tulang milik pasien VIP nol enam itu," jawab Ba Da santai.
"Kapan dia memesan makanan?"
"Mungkin sekitar sepuluh menit yang lalu," sahut Ba Da dengan wajah polosnya.
PLETAK
Dahi gadis itu memerah akibat jitakan kecil Jae Min, yang berhasil membuatnya meringis. "Bodoh! Memangnya sup tulang itu makanan cepat saji? Paling tidak mereka akan datang sekitar tiga sampai empat puluh menit lagi, kau telah diperbudak."
"Ah, kenapa tidak terpikirkan olehku? Ya sudah, tidak jadi masalah. Aku hanya perlu menunggu di kafe dengan tenang, tolong buatkan aku cokelat milkshake." Ba Da kembali menggandeng tangan Jae Min menuju kafe dengan senyum menghiasi wajahnya. Jae Min hanya menggeleng tak mengerti dengan sikap Ba Da ini, tapi dia cukup bersyukur gadis ini terlihat lebih baik.
Hanya saja, itu hanya terjadi di hari pertama. Di hari-hari selanjutnya Min Hyun kembali berulah. Pertama-tama, dia akan menelepon Ba Da menggunakan telepon ruangan itu hanya untuk mematikan lampu kamarnya, atau pernah sekali dia menelepon gadis ini hanya untuk mengambilkan air hangat yang tidak jauh dari brankar pria itu.
"K-kau ... bukankah ini sudah keterlaluan?" Ba Da menghentakkan kakinya di hadapan Min Hyun.
"Kau bilang aku harus berada di atas ranjangku minimal lima hari? Aku baru melakukannya empat hari." Min Hyun menyeringai kecil sembari menghirup air hangatnya, setelah meletakkan gelas itu ke nakas di sampingnya, tangannya kembali melihat laptopnya yang berisi diagram dan segala jenis proposal pekerjaan yang dibuat karyawannya di perusahaan.
"Bukan berarti kau harus menyuruhku dengan semena-mena seperti ini, bukankah kau punya sekretaris? Kenapa tidak meneleponnya saja? Perawat juga ada di luar ruangan ini, kau hanya perlu menekan angka satu tiga kali. Aku ... juga punya pekerjaan lain di IGD," ucap Ba Da diakhiri dengan helaan napas paling panjang di hidupnya.
"Kau tidak membaca kontrak-"
"Persetan dengan kontrak, aku bukan pembantumu!" Ba Da meledak begitu saja dan tanpa peduli dengan tatapan tajam Min Hyun, dia menggeser pintu ruangan dengan kasar sampai akhirnya terhenti saat pria itu berteriak.
"Aku dengar IGD sedang sepi siang ini, benarkah?"
Ba Da menoleh pada pria itu dengan dramatis. "Mengapa kau menyebut kalimat terkutuk itu, sial!"
Tidak lama ponsel Ba Da bergetar dan benar saja panggilan itu berasal dari staf IGD, mengabarkan sebuah bis terbalik dan para korban akan segera datang. Ba Da meringis sembari memejamkan mata dan bergegas menuju IGD. Min Hyun yang cukup takjub mengetahui kalimat itu bisa berdampak seperti itu, dia hanya berniat bercanda. Entah itu benar atau kebetulan, perasaannya tiba-tiba saja tidak nyaman. Pria ini menekan angka satu tiga kali dan meminta perawat untuk mengajaknya keluar berkeliling.
Sementara itu, Ba Da sudah berada di dalam elevator, dia melakukan pemanasan sebelum bertemu dengan pasien-pasien itu, bisa dipastikan akan banyak yang mengalami patah tulang selama kecelakaan, paling minimal tulang yang bergeser dan juga luka-luka, bahkan mungkin ada yang mengalami pendarahan di beberapa organ dalam.
"Kau bisa Ba Da, mari kita selamatkan mereka semua."
Ba Da bergegas ke IGD, dokter satu ini sudah berlari ke brankar satu ke brankar lainnya selama satu jam lebih, tapi wajahnya tidak menunjukkan kelelahan sedikitpun. Dia bertugas memeriksa dan melakukan pertolongan pertama sampai merujuk ke dokter spesialis yang sesuai dengan cedera pasien. Saat keadaan hectic itu, Min Hyun memperhatikan dengan seksama setiap gerak Ba Da dari seberang pintu IGD yang terhubung dengan lobi. Seketika ada perasaan menggelitik di hatinya, dia merasa bersalah atas ucapannya barusan.
~oOo~
Hiruk pikuk di IGD pun mulai tenang, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, artinya Ba Da tidak berhenti bekerja lebih dari empat jam berturut-turut. Dia bahkan melupakan menu makan siang yang cukup enak hari ini dengan dua buah donat, dia menarik napas dan berdiri di samping dispenser dan meneguk segelas air dalam waktu singkat.
"Permisi ...." Suara berat itu menghentikan Ba Da untuk mengambil gelas selanjutnya, dia menatap pria itu dengan pandangan pongah. "Aku tidak akan mengganggumu, aku hanya ingin mentraktirmu kopi. Aku akan meminumnya di atap, mau ikut?" Min Hyun berbicara sembari mengetuk dua gelas kopi di tangannya dan sebungkus camilan di pangkuannya.
Ba Da segera berdiri di belakang kursi roda itu, membawa keduanya menuju atap sesuai keinginan Min Hyun. Di dalam elevator mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, bagi Ba Da tidak ada untungnya berdebat dengan pria ini sekarang, energinya sudah cukup banyak terbuang. Sampai di lantai paling atas, Ba Da kembali mendorong kursi roda Min Hyun menuju salah satu taman, tapi kakinya berhenti melangkah.
"Ba Da?" Yoong Hwa menyapanya dengan senyum hangat, dia sepertinya baru saja menyelesaikan sebuah operasi mengingat penutup kepala itu masih melekat di kepalanya, jas putihnya juga tidak membalut tubuh bagian atasnya kala itu.
Ba Da segera memutar balik menuju atap di bagian gedung lain, tapi Yoong Hwa bergegas mencegat keduanya. Min Hyun yang kembali menjadi the third-wheel di antara keduanya hanya bisa mengembuskan napas panjang.
"Kau ada waktu untuk makan malam bersamaku hari ini? Aku akan senang, jika kau mau meluangkan waktumu." Yoong Hwa berusaha berinteraksi dengan gadis di hadapannya, tapi Ba Da sendiri tidak ingin menguras tenaga hanya untuk menolak pria ini.
Diam yang cukup mencekam di lorong yang menuju atap itu membuat Min Hyun sesak, dia memutar bola mata. "Berhenti mengganggunya, kami sudah resmi menjadi sepasang kekasih sekarang. Aku ingin berduaan dengan Ba Da malam ini, menyingkir dari hadapanku!"
Ba Da terbelalak, sama halnya dengan Yoong Hwa.
"Apa yang kau tunggu, Sayang? Kita harus ke atap lain untuk minum kopi ini sebelum dingin."
"Eh-Uh, baik." Ba Da mendorong kursi roda itu hingga Yoong Hwa menggeser posisinya.
~oOo~
Sesampainya di salah satu atap yang sunyi, di sini tempat helikopter biasanya mendarat, jadi orang-orang sangat jarang berada di sini kecuali para staf. Ba Da menarik penahan roda, lalu berdiri di samping Min Hyun dengan senyum kecil, tangannya terulur.
"Ini, aku dengar kau tidak suka kopi. Jadi, mereka menyarankanku cokelat hangat." Min Hyun menyodorkan segelas cokelat hangat itu pada tangan Ba Da, dengan ekspresi yang masih sama gadis ini menggeleng.
"Terima kasih," ucapnya menjabat tangan Min Hyun. Pria itu perlahan tersipu, tapi dia segera memalingkan wajahnya.
"Berterima kasih untuk yang mana? Karena cokelat itu atau sudah menyelamatkanmu dari pria aneh itu?" Min Hyun membuka bungkusan yang berisi kue bolu rasa vanila dan mulai memotongnya.
"Terima kasih untuk keduanya."
Min Hyun menutupi senyum kecilnya dengan berpura-pura menyesap minumannya, tapi Ba Da segera menahannya.
"Ini kopi? Kau harus perhatikan ususmu."
"Bukan, ini hanya air hangat." Min Hyun menepis pelan tangan gadis itu dan melanjutkan minumnya. Ba Da tertawa cukup nyaring, baru kali ini Min Hyun melihatnya tertawa selepas itu dan gadis ini terlihat sangat lega.
"Kau bilang ingin mentraktirku kopi, tapi di antara kita bahkan tidak ada yang minum kopi," ucap Ba Da menahan perutnya. Min Hyun hanya menggerdikkan bahu dan masih dengan mulut tertutup menawari Ba Da kue yang sudah dipotongnya, gadis ini menyambutnya dengan senyuman hangat.
Perlahan warna jingga meliputi seluruh angkasa, burung-burung kembali ke sarang mereka dan kesibukan di luar sana mulai berkurang. Ba Da sendiri mengajak Min Hyun untuk kembali, tapi saat tangannya mencoba mendorong pintu yang menghubungkan atap dengan lorong tiba-tiba terkunci. Atap ini memang tidak memiliki dinding transparan seperti atap lain yang memiliki taman, tempat ini khusus penanganan darurat. Jadi, akan dikunci jika tidak digunakan, untuk menghindari hal-hal buruk terjadi pada pasien.
"Kenapa?" tanya Min Hyun tampak bingung melihat Ba Da yang panik.
"Terkunci, pintunya terkunci." Ba Da masih berusaha memutar knop pintu.
"HAH?"
Hingga gadis itu menyerah dan membuka ponselnya untuk menghubungi So Woon atau Kwang Gi, tapi sayangnya ponsel itu berakhir kehabisan daya karena Ba Da lupa mengisinya akibat terlalu fokus di IGD. Keduanya akhirnya pasrah dan Ba Da yang sudah lelah segera duduk di lantai, di samping Min Hyun. Mereka masih diam sembari memerhatikan langit yang berubah gelap, bulan semakin terang dan angin malam yang cukup kencang mulai berembus.
"Oh, anginnya cukup dingin. Untung saja Nyonya Jung selalu menyiapkan selimut di bawah keranjang kursi roda tiap pasien, kau harus segera menutupi badanmu." Ba Da melebarkan selimut bermotif kotak-kotak persis seperti papan catur itu ke tubuh Min Hyun.
"Kau sendiri?"
"Aku bisa menggunakan jasku dan memeluk kakiku seperti ini." Ba Da kembali duduk di lantai dan merapatkan jasnya dengan ketat.
Min Hyun yang memiliki harga diri seorang lelaki sejati, kemudian berdiri dengan sedikit menahan jahitannya dan duduk bersila di samping Ba Da. Dia membagi selimut itu setengah untuk menutupi punggungnya dan sebagian lagi untuk Ba Da, gadis di sampingnya ini hanya tersenyum kecil dan membalut tubuhnya yang kecil di sana.
"Kau sudah bekerja keras lagi hari ini, maaf telah membuatmu kesusahan. Kemungkinan besar mulai besok aku akan melakukan rawat jalan, aku juga akan membujuk Direktur Hwang untuk mencabut masa skorsmu lebih cepat," ucap Min Hyun membuka obrolan.
"Benarkah? Wah, aku sangat berterima kasih atas itu," sahut Ba Da, dia menatap Min Hyun dengan mata berbinar. "Harusnya kau bilang lebih awal, jadi aku bisa lebih baik memperlakukanmu."
Min Hyun hanya terkekeh mendengar pernyataan itu dari mulut Ba Da. "Setelah ini aku akan kembali sibuk mempersiapkan produk kita," jelas Min Hyun sembari menatap Ba Da cukup dalam.
"Aku menantikan produk itu, semoga hutang 200 juta won itu bisa dilunasi dalam waktu singkat."
Min Hyun tersenyum lagi. "Lalu, saat hutang itu dilunasi ... artinya hubungan palsu kita ini akan berakhir. Apa kau yakin akan berhasil lepas dari pria tadi?"
"Aku tidak bisa memastikan itu. Lagipula, aku tidak berharap memiliki hubungan nyata yang serius dala waktu dekat ini. Aku ingin mengambil gelar dokterku yang sudah ditangguhkan selama dua tahun ini, aku berjanji akan lebih baik pada pasien yang sudah meninggal karenaku." Tiba-tiba saja Ba Da mengungkap luka lama yang sudah disimpannya rapat selama ini, entah karena Min Hyun atau suasana saat seperti ini membuatnya lebih jujur.
"Dokter bukan Tuhan, kalian hanya bertugas untuk menyelamatkan mereka. Kalau mereka meninggal saat kau menanganinya, berarti itu takdir Tuhan bukan kesalahan kalian." Min Hyun menatap Ba Da dengan rasa simpatinya.
"Seandainya keluarga pasien juga mengatakan hal yang sama kala itu ...."
"Jangan dengarkan mereka dan hiduplah dengan baik, memang benar tak ada yang tahan dengan kehilangan. Namun, semua itu akan terobati seiringnya waktu berjalan." Min Hyun menyunggingkan senyum untuk menghibur Ba Da, tapi dalam hatinya terbetik kisah lama yang cukup menyakitkan.
"Terima kasih atas ucapanmu kali ini, aku akan menyimpannya untuk perjalananku selanjutnya. Maafkan aku karena sudah merugikanmu, semua itu benar-benar di luar kuasaku."
"Aku mengerti, aku juga meminta maaf karena memperlakukanmu seperti itu," ucap Min Hyun terkekeh, aku sudah lama tidak merasakan hal-hal lucu seperti saat bertemu denganmu, entah kenapa aku bahagia. Min Hyun membatin.
Ba Da tersenyum dan mata mereka saling pandang cukup lama, hingga sebuah bunyi klik terdengar dari pintu memecahkan atmosfer tenang itu. Sebuah kepala menyembul di sana, ternyata staf kebersihan yang biasa berkebun di atas sini menjadi penyelamat keduanya. Min Hyun dan Ba Da kembali saling bertukar pandang dan tertawa, sedang si staf menatap bingung ke arah keduanya.
~oOo~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top