Chapter 08 : Efek Kupu-Kupu

~oOo~

Pagi menyapa kehidupan di Rumah Sakit Hansung, semua terus bergerak bergantian menjalankan roda untuk membantu para pasien tetap kuat melawan penyakit-penyakit mereka. Hanya saja ada beberapa ruangan kosong karena penghuninya belum datang, di salah satu ruangan itu seseorang sedang diam terpekur dengan lingkar mata hitamnya.

"Ba Da?"

Suara lembut itu menggema di ruangan yang lengang itu, hanya ada satu orang di sana menatap meja yang dipenuhi buku-buku medis dengan tatapan kosong. Orang itu mendekat dan menepuk pundak gadis yang termenung itu.

"Kenapa pagi-pagi sudah melamun?"

"So Woon?" Ba Da menatap gadis di hadapannya ini dengan setengah terkejut.

"Kenapa terkejut begitu? Kau datang pagi sekali atau kau memang tidak pulang tadi malam?" selidik So Woon

Ba Da mengangguk lemah. "Ada hal yang harus kupikirkan secepat mungkin,"

"So Woon, aku benar-benar bisa gil-" belum sempat Ba Da berucap, sebuah suara menginterupsi mereka.

Kali ini terdengar suara pintu terbuka kembali. Namun, seseorang yang duduk di kursi roda di sana adalah orang yang paling tidak diinginkan Ba Da untuk bertemu pagi-pagi. Parahnya lagi dia datang dengan senyum penuh kemenangan. Perawat Jung yang ada di belakangnya hanya tersenyum seperti seorang ibu yang mengantarkan mempelai pria untuk putrinya.

"Ada apa, Perawat Jung?" So Woon terhenyak begitu pun pria yang bertengger di depan pintu.

"Aku dengar Dokter Kwon tidak pulang tadi malam. Karena dia tidak ada di IGD, aku pikir dia berada di sini." Perawat Jung tampak celingukan.

"Oh ... soal itu, aku juga tidak mengerti kenapa dia tidak pulang, padahal tidak ada shift malam, pagi ini juga giliranku ...."

Ba Da yang mengenali pria yang menyeringai saat menatapnya itu bergegas menghampirinya. "Dia pasienku, So Woon. Biar aku saja."

So Woon mengangguk kebingungan, sedang pria di kursi roda itu hanya tersenyum kecil. Ba Da mengambil alih kursi roda pria itu menuju lorong, meninggalkan dua wanita yang menatap bingung di ambang pintu. Saat itu suasana masih lengang di sekitar ruangan dokter, hanya beberapa perawat yang sesekali menyapa Ba Da. Keduanya kini berjalan dengan cukup pelan, wajah Ba Da tampak semerawut, tapi dia tidak mungkin asal mendorong pasien yang baru saja dioperasi.

"Pasien Park Min Hyun, aku tahu kau tidak punya sopan santun, tapi datang ke ruang dokter untuk mencariku itu sudah benar-benar keterlaluan." Ba Da berdiri di depan Min Hyun dan melipat kedua tangannya di dada, tidak ada lagi bahasa sopan untuk pria itu.

Min Hyun juga ikut melipat tangannya di dada, "Kau pikir siapa yang lebih dulu tidak sopan? Kau masuk ke ruangan rapat dan menghancurkan kontrak eksklusif kami, menyumpahi dan berbohong pada klienku. Bukannya kau sendiri yang memulai?"

Min Hyun memajukan badannya tak mau kalah, gadis itu memutar bola mata. "Ya, ya. Aku yang salah. Ada apa kau jauh-jauh datang kemari? Kau bahkan memanfaatkan Perawat Jung untuk mengacaukan hariku?"

"Tik tok, tik tok. Hanya mengingatkan, waktumu semakin sedikit. Aku harap kau memutuskannya secepat mungkin, karena aku tipe orang yang tidak sabaran. Jika kau bertele-tele, aku mungkin akan mengacaukan pekerjaanmu."

"Apa kau mengancamku?" tanya Ba Da dengan satu alis terangkat, Min Hyun mengedikkan bahu dan tersenyum jahil. Sialan pria ini mengejekku. Ba Da membatin.

Ba Da terus berpikir keras untuk melawan pria di hadapannya ini, minimal membuatnya berhenti bertingkah atau membuatnya malu. Alisnya bertaut dan ia memejamkan mata, lalu ia menghela napas.

"Saya dengar Anda belum buang angin tadi malam, apa benar Anda masih tidak bisa?" Ba Da bicara dengan setengah berteriak, beberapa pasien yang baru saja lewat langsung menatap pria itu dan menahan tawa mereka. Park Min Hyun tersentak, wajahnya tiba-tiba merah padam dan tangannya segera menahan pergelangan tangan gadis itu agar berhenti bicara.

"Kau tidak perlu membicarakan itu di lorong rumah sakit, memalukan," desusnya.

"Apa? Anda masih belum buang angin? Oh ya! Berjalan di lorong akan membantu pencernaan Anda, apa Anda bisa berdiri? Mari saya bantu." Ba Da menarik lengan Min Hyun dan menuntunnya perlahan. Pria itu meringis dan mencoba menahan perutnya yang sedikit terasa tertarik, satu tangannya memegangi infus.

Beberapa pasien dan perawat tertawa kecil, membuat Min Hyun semakin kesal dan malu, tapi Ba Da tak mempedulikannya dan tersenyum menang. Kini keduanya berjalan sambil menautkan lengan, sesekali Ba Da menyapa pasien yang lewat. Min Hyun hanya diam dengan wajah kesalnya. Lalu, terdengar bunyi yang berhasil membuat wajah tampan itu memerah seperti udang rebus.

"Oh, Anda sudah buang angin. Bagus-bagus, pagi ini Anda sudah bisa sarapan," ucap Ba Da sembari menjepit hidungnya dengan kedua jari.

"Kalau begitu, artinya tugas saya sudah selesai. Silakan duduk kembali ke kursi roda Anda, saya akan panggilkan Perawat Jung agar Anda segera dibawa ke kamar untuk sarapan," lanjut Ba Da sambil tersenyum jahil dan membungkuk.

Min Hyun yang merasa terhina itu, hanya bisa terdiam dengan tangannya mencengkaram ujung pegangan kursi roda. Perasaan malu itu membuatnya tidak bisa berkata apa-apa, ditambah lagi suara itu membuat semua orang yang mendengar bertepuk tangan. Bahkan ada yang memberinya selamat karena bisa menyantap makanan lagi.

Gadis itu benar-benar cari mati. Pria itu mengumpat dalam hati.

Ponselnya berdering, panggilan dari Sekretaris Moon. Dia menekan tombol jawab dan mendengarkan.

"Presdir, Anda ke mana pagi-pagi? Saya baru saja sampai membawa pakaian ganti Anda." Terdengar suara panik dari seberang sana.

"Aku sedang jalan-jalan, tunggu saja di ruanganku." Sebelum Sekretaris Moon menjawab, Min Hyun sudah mematikan ponselnya dan terus mendorong dirinya ke salah satu jendela besar.

Kebetulan ruangan dokter-dokter itu ada di lantai satu, lorong-lorongnya pun memberikan pemandangan taman besar yang ada di tengah-tengah rumah sakit. Banyak pasien yang duduk di sana untuk bersantai dan kadang ada beberapa event yang diadakan pihak rumah sakit seperti hari itu. Min Hyun meneliti gerombolan orang-orang yang kini sibuk tertawa. Rasa penasarannya tiba-tiba mencuat, lalu dengan pasti ia mendekati ke keramaian itu.

"Dokter Kwon mengisi acara lagi hari ini, ya?" tanya salah satu pasien yang berada di sekitar Min Hyun, tapi pria itu tidak menggubrisnya dan berusaha memutar roda kembali.

Perawat Jung tiba-tiba muncul dari belakang dan menahan kursi roda Min Hyun."Tidak, dia tidak ada di daftar. Saya juga bingung kenapa Dokter Kwon tiba-tiba ada sepagi ini, padahal dia tidak ada jadwal jaga malam."

"Tapi karena dia acaranya lebih berwarna, senang rasanya jika melihatnya melucu di depan anak-anak itu." Pasien lansia itu tersenyum kebapakan.

Min Hyun yang sedari tadi mendengarkan akhirnya mencari posisi yang tepat agar bisa melihat Ba Da, ia menatap wanita itu yang sibuk tertawa bahagia. Padahal beberapa menit lalu Min Hyun bisa melihat lingkaran di bawah matanya yang menghitam, pria itu tertegun sesaat menikmati pertunjukan komedi yang membawa anak-anak bahkan orang tua tertawa.

"Oh? Di mana koin tadi, ya?" Ba Da berteriak sambil menunjukkan trik sulap.

Suara koin terjatuh terdengar nyaring.

"Dokter menyimpannya di telapak tangan," celetuk salah satu gadis.

"Ah~ bukan-bukan, itu bukan koin yang sama, kok. Koin yang tadi ada di telingamu," ucap Ba Da panik.

"Bohong-bohong!" protes anak-anak itu.

"Wah! Saya ketahun! Cut, cut. NG!" Ba Da tersipu dan bertingkah seolah sedang syuting sebuah drama.

Gadis itu terkekeh dan diikuti ledekan anak-anak yang membuatnya tertawa. Matanya pun berpindah ke arah Min Hyun berdiri, tiba-tiba saja tatapan mereka bertemu. Bibir Min Hyun terangkat, tapi dia menepis senyum kecil itu dengan tangannya.

"Apa kau sudah gila, Min Hyun?" gumamnya.

Ba Da menarik senyum tipis, lalu ia rasakan ponselnya bergetar. Gadis itu menerima sebuah panggilan dari So Woon, ia pun pamit dari para penonton dan menjauh. Dia berjalan ke arah Min Hyun berada, tapi dia hanya mengangguk pada pria itu sembari menjawab panggilan itu dan berlalu.

"Oh? Baiklah, aku akan ganti baju dan menyusul kalian untuk sarapan." Ba Da menutup telepon. Ia bergegas menuju pintu utama, tapi langkahnya terhenti tepat di depan seorang pria gagah yang paling ingin ia hindari sejak kemarin.

"Ba Da, bisa bicara sebentar?"

"Selamat pagi, maaf saya sudah ditunggu oleh teman saya." Ba Da berusaha melewati pria itu lagi. Namun, tangan pria itu sudah lebih dulu menahan lengannya. "Hei, Ba Da. Tolong sebentar saja kumohon."

Ba Da bergeming, ia tidak ingin melihat wajah pria itu barang sedetik. "Tolong lepaskan tangan saya, Dokter Hwang." Ba Da berusaha menahan amarahnya.

"Tidak, sampai kau mau bicara sambil menatapku," sergah pria itu lagi.

Ba Da menutup mata dan berusaha memutar otak. Ayo! Berpikirlah, Ba Da! batinnya berteriak.

Pria itu gigih menahan lengan Ba Da, gadis itu menarik bibir bawahnya. Cengkeraman pria itu cukup kuat. Jika ia bersikeras dan berontak bisa menyebabkan cedera, itu hanya akan merugikan dia dan risikonya mungkin membuatnya tidak bisa melakukan operasi.

"Lepaskan dia." Suara berat di belakang mereka mengagetkan keduanya. "Gadis itu memintamu melepaskannya, kau sudah menyakitinya," lanjut pria itu.

Ba Da berbalik dan mendapati Park Min Hyun memasang wajah angkuhnya, tangannya dalam saku dan tatapan tajam bossy-nya itu muncul kembali. Gadis itu menarik napas dalam.

"Sayangku, Min Hyun. Ey! Kekasihku menyuruhmu melepaskan tanganku, lepaskan!" seru Ba Da dibuat-buat imut dan setengah garang.

Kedua pria itu terbelalak, begitu pula Perawat Jung dan beberapa pasien yang lewat. Seolah jam baru saja berhenti, Yoong Hwa yang terkejut pun melonggarkan pegangan tangannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Ba Da, setelah lepas dia berlari ke arah Min Hyun dan menarik kursi roda itu agar mendekat pada Yoong Hwa.

"Perkenalkan ini kekasihku, Park Min Hyun," ucap Ba Da penuh percaya diri, Min Hyun sedikit gelabakan karena hal itu, tapi dia tetap memasang tampang sok kerennya.

"Kau ... bohong, kan?" Yoong Hwa tergagap.

"Katakan yang sebenarnya, Min Hyun." Gadis itu mengedipkan mata dan tertawa lepas setelahnya.

Min Hyun menatap Ba Da dengan tajam, gadis itu balas menatapnya dengan tatapan memelas. Ia mencoba memberikan sinyal bahwa ini akan berhubungan dengan kesepakatan yang sudah mereka bicarakan.

"Aku berjanji menyetujui kesepakatannya, cepat bantu aku," bisik Ba Da di tengah tawa itu.

Min Hyun memejamkan mata dan menciptakan senyum terbaiknya, pria itu langsung menyentuh tangan Ba Da yang ada di dorongan kursi roda dengan sayang. Yoong Hwa membeku, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal sempurna. Sedangkan Ba Da sedikit tersentak karena sikap Min Hyun yang tampak sangat alami.

"Dia bukan kekasihku," ucap Min Hyun, seketika senyum mengembang di wajah Yoong Hwa, Ba Da hanya memejamkan mata menahan malu.

"Belum," lanjut Min Hyun, "aku berencana untuk mendekatinya sekarang. Jadi, menjauhlah darinya atau sesuatu yang buruk akan terjadi padamu. "

~oOo~

Waktu terus berputar dan sedari tadi pria setengah baya dengan setelan murahnya tampak gelisah di depan pintu ruang VIP 06, sudah cukup lama dirinya menunggu penghuni ruangan ini, tapi tak kunjung tampak batang hidungnya. Pria itu kembali menekan tombol hijau pada nomor pria itu.

"Maafkan saya, Tuan. Anda ada di mana? Para anggota tim sudah bersiap untuk rapat via video-call."

"Meluncur!" ujarnya singkat lalu mematikan panggilan itu, tanpa ada basa basi sedikitpun.

Tuhan, tolong beri aku kesabaran lebih besar. Pria setengah baya itu membatin, dia kembali masuk ke ruangan dan menghubungi para anggota rapat pagi itu dan meminta mereka untuk menunggu sebentar lagi.

"Memangnya dia Hulk atau apa? Baru satu hari operasi dan sudah bisa pergi ke sana kemari?" tanya salah satu anggota tim yang berjejer rapi di ruang rapat.

Pada suasana berbeda di gedung megah yang sama, tiga orang dengan tatapan serius saling pandang dan diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing yang sedang menerka sebuah kebenaran.

"Aku harus pergi, sekretaris dan anggota timku sedang menunggu ...." ucapnya pada Ba Da dan Yoong Hwa yang masih diam.

Pria berjas putih dengan badan seputih es itu tampak tak ingin pergi dari tempatnya, sedang Ba Da semakin kikuk karena mendengar ucapan Min Hyun tadi.

"Kau tidak akan mengantarku?" tanya Min Hyun pada Ba Da, tangannya yang semula menggenggam lembut telapak tangan gadis itu, perlahan menarik jas putih milik Ba Da untuk menyadarkannya.

"Ah ... oh, iya. Aku harus ... bukan, aku wajib mengantarkanmu kembali ke ruangan," ucap Ba Da sedikit gelagapan, "saya permisi." Kata-katanya itu menjadi pengakhir pertemuan canggung mereka pagi ini.

~oOo~

Dua orang itu kembali saling diam, hanya suara langkah kaki Ba Da saja yang terdengar di sepanjang lorong. Kebetulan bangsal VIP memang sepi dan hanya pasien dan orang-orang yang bertugas saja boleh masuk ke area itu. Setelah kejadian beberapa menit lalu, mereka akhirnya berhasil kabur dari momen aneh yang memunculkan kesalahpahaman baru. Namun, Min Hyun menerima hal itu untuk membuat kesepakatan baru. Keduanya berhenti tepat di depan ruangan 06.

"Kalau begitu saya pamit," ucap Ba Da.

"Tunggu sebentar, mari kita bicarakan masalah kesepakatan kita tadi."

"Kesepakatan apa?" Ba Da pura-pura bodoh.

"Jangan berani main-main denganku, aku bisa saja menelepon pengacaraku sekarang dan mengajukan tuntutan." Min Hyun melotot dan mendengkus kesal.

"Baiklah, aku hanya bercanda. Mari kita bicarakan di dalam? Hmm?" Ba Da menunjukkan jalan untuk Min Hyun, ia coba tersenyum walau hanya senyum palsu. Berengsek, sialan, kutuknya dalam hati.

Sekretaris Moon langsung berdiri mendapati Min Hyun yang masuk ke dalam ruangan, tapi dia menatap heran Ba Da yang ikut masuk di belakang pria itu. Keduanya saling mengangguk dan tersenyum canggung.

"Kau bawa yang aku suruh?"

"Tentu, Presdir. Ini materi presentasi yang akan dijelaskan Ketua Tim Do, mereka sudah membagikan slide pada laptop Anda," ucap Sekretaris Moon memberikan sejumlah map berwarna merah tua ke pangkuan Min Hyun.

Pria itu menatap laptopnya yang sudah dihiasi wajah manis para pegawainya, Min Hyun menarik ujung jas Sekretaris Moon agar dia menunduk dan membisikan sesuatu pada pria setengah baya itu.

"Berikan kontrak itu padanya." Dia memberi isyarat dengan suara pelan pada Sekretaris Moon untuk segera menyelesaikan urusan dengan Ba Da.

"Baik, Presdir. Mari, Dokter." Setelah itu Sekretaris Moon mengajak Ba Da untuk berbicara ke salah satu balkon yang sengaja dibuat untuk pasien VIP dan staf melepas penat.

"Mohon maaf karena telah menunggu, aku seorang pasien sekarang. Pekerjaanku bertambah satu," ucap Min Hyun.

"Semoga Anda lekas sembuh, Presdir," sahut salah satu anggota yang tadi sempat protes. Min Hyun bergeming dan mulai menatap lurus pada kamera laptop.

"Bagaimana hasil penelitian serum yang direkomendasikan oleh tim kimia kosmetik? Apa kalian sudah benar-benar memeriksa setiap kandungannya dengan benar?" Beberapa pegawai yang sempat tersenyum saat mendengar celetukan Min Hyun tadi, kini segera fokus saat pria itu mulai 'menguliti' mereka dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak.

~oOo~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top