Chapter 06 : Pertemuan

~oOo~

Pria itu mendesus, "Ba Da, aku ...."

Nyatanya Ba Da hanya membungkuk sedikit dan berlalu, gadis itu melangkah mantap tanpa peduli pada apa yang sudah ia lewatkan. Pria itu mematung di tempat, mendapati reaksi dingin dari gadis yang dulunya selalu ceria saat bersamanya. Ba Da terus berjalan lurus menuju sebuah elevator dan cepat-cepat menekan tombol untuk menutup pintu, tapi sebuah tangan panjang mencegatnya dan membuat gadis berkuncir kuda itu membeku.

"Oy, Ba Da! Kau lihat itu tadi ... Yoong Hwa ... eh, kau tidak apa-apa?"

Gadis itu menarik napas lega, ternyata Kwang Gi dan So Woon yang ada di balik pintu. Bergegas ia menarik keduanya ke dalam elevator dan pintu pun tertutup rapat. Ba Da beringsut ke lantai, kakinya goyah. So Woon yang melihatnya pun ikut berjongkok.

"Kenapa? Kenapa si bedebah itu tiba-tiba muncul? Bukannya dia sedang di Amerika?" Ba Da menekan-nekan dahinya.

"Kau tidak lihat obrolan grup khusus dokter? Dia baru saja kembali tadi pagi. Mereka memujinya secara berlebihan karena menuntaskan penelitian hanya dalam waktu tiga bulan." So Woon menarik lengan Ba Da untuk berdiri kembali.

"Aku dengar dia akan menjadi salah satu Profesor termuda. Ada kemungkinan dia juga akan menjadi Kepala Departemen Bedah Toraks yang baru, menggantikan Profesor Kim." Kwang Gi menimpali.

"Wah!" Ba Da memutar bola mata pongah. "Bajingan," cibirnya lagi.

Kwang Gi dan So Woon saling tatap, So Woon menarik gadis itu dalam pelukannya. Ba Da hanya diam, tatapannya menerawang. Rasanya benar-benar sepi dan dingin, seperti hatinya saat itu. Bunyi pintu terbuka membuat suasana dingin itu melunak. Ba Da melonggarkan pelukannya pada So Woon dan meletakkan tangannya di bahu gadis berambut bob itu.

"Semangat!" ujarnya mengepalkan tangan.

"Semangat!" sahut Kwang Gi dan So Woon bersamaan.

"Mau ke mana? Tidak ingin pulang bersama kami? Kebetulan mobil Kwang Gi ada di parkiran atas bukan di basemen," ucap So Woon memandang heran gadis di hadapannya ini.

"Aku harus mengurus salah satu pasien VIP, kalian bisa pergi tanpa aku. Saat ini sepertinya aku perlu memakai tangga darurat, sampai jumpa besok pagi."

"Eum, baiklah. Gunakan saja tangga itu dengan baik, jika perlu sesuatu ...."

"Cepat hubungi kalian. Iya, aku mengerti." Ba Da cepat-cepat memotong ucapan So Woon agar mereka bergegas meninggalkan tempat dan dirinya bisa segera menumpahkan keresahannya.

"Iya, kami pergi. Sampai jumpa!" Kwang Gi dan So Woon melambai dan dibalas dengan anggukan serta senyum hangat Ba Da.

Selepas berpamitan, gadis itu beranjak dari depan elevator menuju tangga darurat. Ada sekitar tiga lantai lagi sebelum sampai bagian VIP dan perjalanan itu dimanfaatkan oleh Ba Da sebagai penghilang rasa kelam yang muncul tiba-tiba akibat pertemuan tadi. Pintu tangga darurat terbuka, seanak dua anak tangga ia naiki. Ada banyak hal yang menghiasi pikiran Ba Da seperti, apakah pria itu baik-baik saja? Apakah dia merindukan Ba Da? Jika tidak ... bagaimana caranya dia bisa menghapus Ba Da secepat itu?

Ba Da menggeleng dan sedikit demi sedikit merelakan semua pertanyaan itu tenggelam dalam pikirannya. Membiarkan semuanya tetap menjadi pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena semuanya sudah pasti. Pria itu, telah meninggalkannya. Perlahan semua rasa penasaran itu menghilang dan hati Ba Da sudah mulai terasa lapang. Namun, langkahnya terhenti di tangga lantai lima.

"Kau dengar? Dokter Hwang Yoong Hwa sudah kembali dari Amerika, dia benar-benar tampan. Bahkan outfit bandaranya tidak kalah dari para idol."

"Benar-benar! Dia tinggi dan tampan. Sayangnya, dia sudah menjadi tunangan Dokter Kwon Ba Da, ya? Huh!"

"Eyy~ kau tidak tahu? Dokter Hwang membatalkan pertunangan mereka di hari H."

"Ah, benar! Ya! Aku lupa berita itu, padahal mereka sudah banyak kedatangan tamu. Kudengar Dokter Kwon melarikan diri ke Afrika untuk menghilangkan depresi."

"Dia, kan, punya sebutan Dokter 'gila'. Sepertinya depresi hanya penyakit ringan untuknya. Hahaha!"

Suara cekikikan muncul setelah itu, Ba Da mengetatkan bibirnya. Gadis itu melangkah pasti dan mendapati dua perawat dengan seragam hijau terbelalak melihatnya. Ba Da menyeringai sembari berlalu. Lalu dia berhenti dan berbalik, menatap tajam tepat ke dua perawat di depannya.

Kedua tangannya terlipat di dada. "Hei! Kalian anak magang, kan? Tahu tidak? Bekerja di rumah sakit itu, harusnya dengan tangan dan kaki kalian, bukan dengan mulut! Berani-beraninya membicarakan seseorang di belakang. Sekali lagi bicara seperti ini tentangku, kujahit mulut kalian. Mengerti?"

Ba Da berbalik dan melanjutkan langkahnya sembari menggumamkan kata-kata kesalnya, sedang yang diceramahi pucat pasi.

"Perawat magang? Apa-apaan? Anak muda zaman sekarang memang tidak tahu diri. Tidak mulut tidak jari, mudah sekali mengucapkan gosip kotor. Pantas saja banyak yang ingin bunuh diri," omel Ba Da, dia sengaja menaikkan volume suaranya agar terdengar oleh dua orang tadi.

Gadis berjas putih itu terus melangkah, kakinya kian terasa ringan saat mulutnya terus-terusan menggerutu. Tangga darurat memang tempat paling nyaman untuknya menghabiskan semua perasaan lelah dan kesal, seperti berkunjung ke Afrika tapi lebih ekonomis. Namun langkah Ba Da terhenti saat sebuah telepon yang sangat akrab muncul di ponselnya.

"Ya, Direktur? Ke ruangan Anda? Baik."

~oOo~

Min Hyun kembali menatap jendela, Sekretaris Moon sudah beranjak pergi sekitar lima belas menit yang lalu. Dia dibebastugaskan karena jam kerjanya memang sudah selesai. Min Hyun bukanlah pimpinan yang otoriter dan membuat pegawainya bekerja berlebihan–jika memang tidak ada hal penting. Pria ini masih berbaring sembari mengerjapkan mata, melawan rasa kantuknya. Selain karena tidak nyaman, ia juga menunggu seseorang yang seharian ini mengganggu pikirannya.

Terdengar suara pintu bergeser. Ada semburat cahaya ketika orang itu masuk, rambutnya yang diikat tinggi tampak bergoyang seiring langkahnya memasuki ruangan.

"Kenapa ruangan ini gelap sekali?" Orang itu menekan tombol lampu dan ruangan remang-remang itu kembali terang. Keduanya sama-sama menyipit menyesuaikan penglihatan mereka dengan terang yang tiba-tiba.

"Anda masih belum tidur, Pasien Park Min Hyun? Sebaiknya Anda memperbanyak istirahat selama di rumah sakit, agar bisa segera kembali bekerja."

Pria itu lalu menatapnya sinis, melipat kedua tangannya di dada, seringai jelas muncul di wajahnya sekarang. "Dari nada suaramu, aku tahu kau sudah mendengar sebuah berita hebat. Benar, kan? Kau kesal?"

Ba Da yang merasa ngeri dengan tatapan aneh itu langsung berhenti dan justru mundur satu langkah mendekati pintu. Dia sedang waspada, kalau-kalau orang di hadapannya ini punya niat yang mengerikan.

"Apa Anda yang meminta Direktur untuk memperpanjang skorsing operasiku?" Ba Da menatapnya pongah.

"Kau ingat aku, kan?" Min Hyun terus menanyakan hal yang sama pada Ba Da, membuat gadis itu cukup kesal.

"Iya, saya ingat Anda. Pria yang saya temui di salah satu Bar di Jeju. Saya dengan kesadaran dan kerendahan hati sangat menyesal dan memohon maaf atas kekacauan yang saya buat hari itu." Ba Da memegang dadanya dan membungkuk dengan sopan.

Gadis ini cukup tahu diri, tapi caranya minta maaf ... tidak ada ketulusan dan seolah sedang mencemoohku. Sialan, akan kubuat kau melakukannya dengan benar kali ini, batin Min Hyun dan seringainya semakin lebar.

"Berlutut!" Pria itu berujar datar.

Ba Da yang masih membungkuk, mendongakkan kepalanya dan menatap langsung ke retina pria itu. "Oh? Anda pasti bercanda." Ba Da tertawa hambar sembari kembali berdiri tegap.

"Tidak, aku tak pernah bercanda dengan kata-kataku. Berlutut!" Matanya memberi isyarat agar Ba Da meletakkan kedua lututnya di lantai dan minta maaf.

"Pasien Park Min Hyun, bukankah ini sudah keterlaluan? Aku hanya berteriak di perjamuan makan malam kalian, aku rasa aku tidak melakukan kesalahan yang berarti." Ba Da benar-benar tidak terima dengan perlakuan kurang ajar pria asing di depannya ini.

"Apa kau baru saja berbicara santai denganku?" Min Hyun melotot pada Ba Da dan gadis itu hanya menutup mulutnya, dia baru saja kehilangan kesabarannya.

"Maaf, maksud saya ...."

"Bukan kesalahan yang berarti, kau bilang? Kau tahu ... kesalahanmu benar-benar fatal. Kau berteriak mengaku sebagai tunanganku di hadapan tiga klien yang harusnya memberikan benefit banyak untuk perusahaan. Tapi karena kau, semuanya membatalkan diri untuk menandatangani kontrak eksklusif kami. Mereka pikir aku si berengsek pengkhianat, bahkan saham kami jatuh akibat pemberitaan itu." Min Hyun berdiri dari brankarnya dan mengeluarkan segala amarahnya yang sudah tak terkendali lagi.

Ba Da terbelalak, dia baru menyadari telah melakukan kesalahan yang sudah mengerikam. Namun, ia berusaha untuk tenang, dia juga tak ingin Min Hyun kehilangan kesabaran dan bisa saja membunuhnya sekarang.

"B-baiklah. Pasien Park Min Hyun, mari kita bicarakan ini dengan kepala dingin. Saya akan mendengarkan segala keluh kesah Anda."

"Keluh kesah katamu? Kau harus membayar atas kesalahanmu." Seringai itu muncul lagi, tapi Min Hyun kembali pada mode bossy yang berwibawa dan berkarisma. Pria itu duduk dan bersandar di brankarnya, dia menatap Ba Da yang membeku.

"Duduk," ucapnya datar.

Ba Da pun duduk di ujung brankar dengan takut-takut.

"Baiklah, aku tidak bermaksud membuatmu takut, tapi kau memang harus membayar kesalahanmu. Kerugian yang perusahaan kami dapatkan tidak sedikit, aku juga masuk rumah sakit akibat menangani hal ini." Min Hyun kini mulai berubah mode, menjadi seorang pebisnis yang akan melakukan negosiasi. Informasi yang baru saja ia kumpulkan tentang Ba Da kini sudah tersusun rapi di kepalanya, tidak sulit untuknya menyimpulkan sebuah rencana yang bisa menghasilkan kesepakatan baik di antara keduanya.

"Berapa ... berapa yang harus kubayar untuk menutupi semua itu?" Ba Da bicara terbata, menarik-narik ujung jasnya, matanya berpendar ke seluruh ruangan untuk menghindari tatapan maut pria ini.

"Oh, kau cukup tanggap juga ternyata. Tidak banyak, hanya ... dua ratus juta won." Singkat, padat dan membuat jantungan.

"HAH?" teriakan Ba Da membahana di seluruh ruangan.

"Kabjagi! Kalau mau terkejut tidak perlu merusak gendang telinga seseorang bisa, kan?" Min Hyun mengorek-ngorek telinga dengan jarinya.

"Maaf," sahut Ba Da pelan, bahkan terkesan tidak bertenaga.

Hening beberapa saat, Min Hyun masih menunggu dengan sabar tanggapan selanjutnya oleh Ba Da. Jika prediksinya benar, maka kesepakatan itu pasti bisa dilakukan dengan cepat.

"Saya tahu, saya benar-benar tidak tahu malu. Tapi, jujur saja. Saya tidak akan sanggup jika harus membayar dengan uang tunai, tapi bisa kredit tidak? Saya usahakan tiap bulan akan menyetor kepada Anda," ucap Ba Da hanya dengan satu tarikan napas. Min Hyun terbelalak, ini respon yang tidak ada dalam listnya.

"Gil ... tidak." Pria itu menggumam. "Apa kau menyamakan aku dengan debt collector? Aku ini Presdir sebuah perusahaan ternama. Bisa tidak pikirkan hal yang lebih mungkin untuk meminta keringanan? Lagi pula aku tidak punya banyak waktu hanya untuk menunggumu membayar tiap bulannya." Min Hyun mendengkus sembari menggeleng.

"Eum?" Ba Da menatap heran pria itu.

"Ada cara yang lebih baik dari sekedar membayar dengan uang." Min Hyun menatap balik dengan tatapan lebih dalam padanya. Ba Da tiba-tiba menyilangkan kedua tangan menutupi tubuhnya, tatapan keduanya kini benar-benar tidak bisa dijelaskan.

"Hey! Aku tidak mau melakukan hal aneh padamu, kau bahkan bukan tipeku," teriak Min Hyun.

"Eum? Saya pikir Anda akan menjual organ dalam saya." Ba Da berujar tanpa rasa bersalah. Kata-katanya terdengar polos dan putus asa, gadis ini bahkan telah memikirkan konsekuensinya sampai sejauh itu.

Min Hyun melongo keheranan, ia kehilangan sense-nya sebagai seorang pebisnis yang bisa membaca gerakan lawan. Gadis di depannya ini mungkin saja bukan manusia, atau memang terlalu naif sampai-sampai tidak dapat diprediksi.

"Kau bodoh, ya? Buat apa aku menjual organ manusia? Itu ilegal."

"Ah, maaf." Ba Da menjawab singkat. "Tapi ... saya tidak sebodoh itu. Buktinya saya bisa menjadi dokter sekarang."

Park Min Hyun memutar bola mata, pembahasan ini sudah terlalu panjang dan melelahkan. Ia pun kini mengambil inisiatif agar semua ini cepat selesai dan dirinya bisa istirahat dengan tenang.

"Aku dengar kau masih bingung ingin mengambil spesialis apa, kan? Bagaimana kalau bedah plastik saja?"

"Tapi ...."

"Aku belum selesai bicara," potong Min Hyun.

Aku juga, Berengsek, Ba Da membantin. Dia sudah cukup kesal tidak bisa bicara santai, harus ditambah lagi dengan tidak boleh bicara sesukanya.

"Jadi, karena kami menawarkan produk kecantikan, kau bisa membantu kami dengan berperan sebagai seorang bedah plastik sukses. Lalu menggunakan produk kami untuk pemulihan para pasien."

"Tapi saya bahkan belum memilih ingin menjadi spesialis apa, itu butuh waktu lama."

"Kita akan menggunakan rumor, kau jadi wajah perusahaan yang baru. Kita buat seolah kau benar dokter bedah plastik, menggunakan beberapa model dan buat iklan dengan itu. Wah, aku bisa melihat banyak keuntungan di sana." Mata Min Hyun berkilat, bersemangat.

"Bukankah itu manipulasi publik? Bagaimana jika ada pasien yang tiba-tiba ingin melakukan pembedahan dan mendatangi saya? Saya tidak mungkin berbohong dan tidak mungkin juga melakukan pembedahan."

"Ya sudah, kalau begitu bayar dua ratus juta won dalam waktu 24 jam dari sekarang."

"Ya Tuhan, yang benar saja!" Ba Da berdiri dan berkacak pinggang, kesabarannya mulai habis. Gadis itu merasa dirinya sedang diperas.

"Sederhananya, jika kau tidak membayar dua ratus juta won, kau punya risiko masuk penjara karena kami punya banyak bukti kau mengacaukan jalannya perusahaan kami. Tapi, kau juga punya waktu 24 jam untuk menyetujui iklan kecantikan yang pastinya akan menguntungkanmu, mungkin juga bisa membuatmu terkenal. Semua terserah padamu. Pergilah! Aku sudah selesai bicara denganmu."

Park Min Hyun menarik selimut dan memejamkan matanya. Ba Da mengernyit dan benar-benar tidak dapat memahami situasi ini, hanya dalam waktu kurang dari tiga puluh menit dia sudah punya hutang sebanyak dua ratus juta won dan menjadi calon kriminal.

"Bajingan," desusnya sembari keluar dari ruangan itu.

Min Hyun yang mendengarnya menggerutu hanya tersenyum menang dalam tidurnya.

~oOo~


Mengejutkan (Korea)


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top