Chapter 03 : Paling Dicari

Park Min Hyun dilarikan ke Rumah Sakit Hansung, ibunya ikut berada di sampingnya. Seiring brankar yang menjemputnya dari ambulans bergegas menuju ruang instalasi gawat darurat. Pria itu terlihat seperti menginggau dalam tidur. Tangannya menyentuh perutnya, beberapa kali dia terlihat meringis di atas brankarnya. Keringat dingin pun terus mengucur, wajahnya pucat pasi. Beberapa perawat memberi pertolongan pertama, beberapa kali mereka mengecek kesadaran pria itu, tapi dia masih belum menyahut.

Seorang gadis dengan seragam dokter yang berwarna ungu dan jubah putihnya mendekat ke arah ibu Min Hyun berdiri. Melihat putranya dari balik kaca besar, para perawat dan satu dokter residen yang menangani pun keluar dari ruangan dan menghampiri si dokter wanita. Mereka melaporkan kondisi pasien saat ini. Setelah berbicara dengan para perawat, ia pun menyapa ibu Min Hyun yang tampak khawatir. Suaranya terdengar tenggelam dari balik masker birunya, meski begitu suaranya masih terdengar lembut.

"Halo, selamat malam. Apa Anda wali dari pasien di dalam?"

"I-iya, apa Anda dokter yang akan menanganinya?"

Gadis itu mengangguk sedikit ragu, membuat kuncirannya bergoyang seirama dengan gerakan kepalanya.

"Putra Anda belum sadarkan diri, jadi kami akan menanyakan kondisi terakhir pasien sebelum sampai ke sini, seperti makanan, minuman, dan obat yang terakhir dikonsumsi," ujarnya.

"Sebenarnya ... dari laporan sekretarisnya akhir-akhir ini dia terlalu banyak makan mie instan. Mungkin tiga sampai lima kotak dalam sehari, dia tidak mengosumsi alkohol, tapi dia pecandu kopi. Dia selalu beralasan sibuk saat diajak makan-makanan rumahan. Semua itu karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya tak punya waktu untuk beristirahat. Setahu saya dia tidak mengonsumsi obat dari dokter, dia hanya minum multivitamin dan suplemen-suplemen kesehatan lainnya. Ya Tuhan, harusnya aku lebih peduli pada putraku!" Ibu Min Hyun berseru lirih sembari mencoba mengingat-ingat beberapa hal menyangkut Min Hyun.

"Apakah pasien memiliki keluhan sebelumnya? Atau ada penyakit tertentu yang ia derita? Apa ada riwayat alergi atau penyakit serius lainnya? Jika Anda mau menjawabnya, itu akan sangat membantu." Gadis itu mulai menulis informasi yang ia dapatkan dari pernyataan ibunya.

"Dia tak pernah mengeluh sakit padaku, hanya saja dia memiliki alergi pada susu sapi sejak kecil sampai sekarang. Hanya itu saja, dia selalu bisa makan apapun selain itu." Ibu Min Hyun masih tampak murung, air mukanya berubah menjadi rasa bersalah.

Melihat itu si dokter menghela napas, dia mengerti benar perasaan wanita setengah baya itu. Tangannya dengan lembut menyentuh bahu ibu Min Hyun.

"Tidak perlu khawatir, Nyonya. Kami akan melakukan yang terbaik untuk putra Anda. Menurut diagnosa kami, putra Nyonya mengalami masalah usus buntu. Jadi, dia hanya harus melakukan tes darah dan USG saja. Kebetulan kami sudah mengambil sampelnya dan perlu setengah jam untuk hasil tesnya. Setelah itu, kami akan langsung mengoperasinya." Gadis itu tersenyum dengan mata menyipit seperti bulan sabit.

"Benarkah? Apa penyakitnya tidak terlalu berbahaya?" tanyanya sedikit gemetar.

"Iya, ini semua berkat Nyonya yang tanggap langsung mengantarnya ke rumah sakit. Jadi, kami juga bisa menanganinya dengan cepat, untuk saat ini biarkan saja pasien istirahat. Berdasarkan cerita Anda, sepertinya pasien kurang tidur."

"Jadi, dia sekarang sedang ...." Kalimat ibu Min Hyun menggantung. Tangannya menunjuk putranya yang berbaring di atas brankar, dengan mata terpejam dan sebelah tangannya di atas perut.

"Benar, dia hanya sedang tidur sekarang. Para perawat memberikan suntikan pereda nyeri, mungkin itu membuatnya nyaman dan akhirnya tertidur. Anda juga bisa istirahat di ruang tunggu. Mari saya antar." Gadis itu mengajak ibu Min Hyun ke ruang tunggu dan membiarkan wanita itu untuk menenangkan diri.

Selepas itu, barulah dokter ini kembali memeriksa dengan saksama. Sesekali dia menyentuh bagian bawah kanan perut pasien dan pria itu meringis, tapi masih dengan mata terpejam.

Kalau dilihat-lihat ... entah kenapa wajahnya tampak familier, batin gadis itu. Dokter ini melamun, dengan tangannya masih penuh dengan pulpen dan catatan medis si pasien. Hingga pintu otomatis bergeser, seorang dokter magang masuk.

"Hasil tes sudah keluar, dia dalam kondisi baik. Wali pasien sudah setuju dan ruang operasi sudah bisa digunakan sekarang, Dokter Kwon." Suara dokter residen itu terdengar sigap, gadis di hadapannya kini tampat tersentak dan tersadar dari lamunannya.

"Kenapa kau mengatakannya padaku?" tanya Ba Da, "memangnya tidak ada dokter lain yang bisa mengoperasi malam ini?" lanjutnya lagi. Dokter residen itu menggeleng.

"Ah, yang benar saja? Kau tidak tahu bahwa aku masih dilarang untuk masuk ruang operasi akibat laporan psikiater tiga bulan lalu?" Ba Da menahan kekesalannya karena melihat wajah takut dokter residen itu.

"Lalu, bagaimana dokter? Kita hanya memiliki lima dokter bedah, tiga orang itu diundang dalam operasi darurat transplantasi jantung bayi Hana dan tidak ada satupun yang menyahut saat ditelepon. Hanya kau yang tersisa dan Dokter Yoon, tapi dia juga sedang melakukan operasi."

"Ya! Yang benar saja, Rumah Sakit Hansung memiliki banyak dokter , kenapa ...." Ba Da menghela napas dan meletakkan tangannya di kedua pinggangnya. "Kenapa dokter bedah hanya lima orang dan tidak ada satupun yang mengatakan padaku kalau hari ini operasi besar itu terjadi?"

Dokter residen itu terdiam sembari menggaruk dahinya, gadis ini sekali menahan kekesalan dan menatap pasien sesaat, lalu mengangguk mantap. "Ya sudah. Ryu Jin, tolong bawa pasien ini langsung ke ruang operasi. Sebelum itu, coba cek kesadarannya. Aku pikir dia masih setengah sadar, tanyakan dia tentang operasi ini juga. Setidaknya, dia harus tahu kalau tubuhnya akan dibedah malam ini."

"Baik, Dokter Kwon," sahut dokter residen itu.

Dua perawat pria yang juga mengikuti Dokter Ryu sedari tadi pun, mulai merapikan peralatan yang ada di tubuh pasien. Salah satunya mencoba membangunkan Min Hyun yang masih saja mengigau. Tiba-tiba saja Min Hyun bangun dan duduk, tapi masih dengan matanya yang tertutup. Perlahan ia menyentuh kancing-kancing kemejanya dan membukanya, membuat perut sixpack pria itu muncul ke permukaan. Melihat ini si gadis dokter membulatkan mata, dia menganga saking kagumnya pada tubuh atletis itu.

Dokter Ryu dan dua perawat tadi sama terkejutnya, apalagi saat Min Hyun tiba-tiba membuka sabuk pinggangnya dan turun dari brankar.

"Uwow!" tegur Dokter Kwon dengan sedikit takjub.

"Tuan, tolong sadarlah. Kau harus melepaskan pakaian di ruang khusus, di sini masih banyak pasien lain," bisik salah satu perawat dan membuat mata Min Hyun terbuka sedikit.

Kepala pria itu menoleh ke sana ke mari dengan pandangan yang masih kabur, dalam penglihatannya dia bisa melihat siluet banyak orang dengan seragam yang sama. Terkecuali, gadis yang kini berdiri di hadapannya. "Kenapa suaramu terdengar akrab? Kau siapa?" ujarnya semakin menyipitkan mata.

"Saya dokter Anda, Tuan ... Park. Silakan ikuti kata-kata perawat dan bersiap untuk operasi usus bantu Anda, saya permi ... si. Ekhem!" Entah kenapa gadis ini tercekat, sedang tiga perawat di hadapannya hanya saling pandang dan terkekeh pelan.

Gadis dengan jas putihnya itu berlari ke arah lift, membuka maskernya yang membuat wajahnya lembab karena keringat. Dia benar-benar malu karena tiga perawat tadi menyadari dirinya sedang memperhatikan dengan kagum tubuh seorang pasien. Tubuhnya bahkan bergetar, karena malu dan gugup, sampai membuatnya melompat-lompat untuk menghilangkan getaran itu. Akibat gerakan itu, nametag yang bertuliskan 'Kwon Ba Da' itu sampai terjatuh ke lantai.

"Arrgghh! Yang benar saja, ada apa denganku ini?" Dia berdecak kesal.

~oOo~

Matahari senja mengintip dari balik gorden-gorden berwarna emas di salah satu ruang VIP itu. Tempat itu bukanlah tempat pertemuan untuk kalangan VIP, melainkan ruangan dari salah satu rumah sakit terkemuka di Seoul, Rumah Sakit Hansung. Seorang pria terbaring di brankarnya. Wajahnya tampak pucat pasi dan tangan kirinya tertusuk infus, sedang tangan kanannya sibuk digenggam oleh ibunya yang sejak semalam menunggunya. Pria dengan setelan jas juga berdiri di sebelah kursi wanita itu dengan tatapan keruh, dia tampak khawatir dan gelisah.

Suara pintu yang digeser pun memenuhi ruangan, seorang gadis dengan jas dokter berwarna putih juga seorang perawat dengan seragam merah mudanya masuk dengan senyum hangat.

"Dokter?" Wanita tadi pun berdiri, wajahnya sedikit heran. Lalu ia hanya membungkuk sedikit, pria berjas di sampingnya pun mengikuti.

Gadis tadi pun melangkah pelan kemudian balas membungkuk pada keduanya, senyumnya terus mengembang, menunjukkan kesopanannya pada keluarga pasien.

"Apa putra Anda sudah siuman, Nyonya?" pertanyaan itu meluncur mulus dari mulutnya.

"Oh, Anda dokter yang menangani putra saya tadi malam? Maafkan saya, saya tidak mengenali Anda, karena sudah tidak memakai masker lagi," ucap wanita itu sopan.

"Ah, tidak apa-apa, Nyonya. Maafkan saya karena membuat Anda bingung."

Gadis itu mengibaskan kedua tangannya, menunjukkan kalau dia baik-baik saja dengan hal itu.

"Iya, saya juga tidak masalah dengan itu. Hmmm ... putra saya sepertinya cukup kelelahan, sampai saat ini dia belum sadar total. Tadi malam tiga jam setelah operasi dia membuka mata dan meracau tidak karuan, lalu tertidur lagi sampai sekarang."

Gadis itu mengangguk tanda mengerti, membuat rambut ikat kudanya bergoyang seirama. Namun, tatapannya yang sedari tadi pada wanita itu pun berubah. Menatap ke pria berjas di sampingnya yang sedari tadi melihatnya tanpa berkedip. Bahkan mulutnya sedikit terbuka, terkejut. Sang dokter juga ikut mengalihkan pandangannya ke samping, dia berekspresi kikuk karena melihat gelagat pria itu.

"Oh, ya! Sebelumnya perkenalkan saya Jung Ah Yeon. Anda bisa memanggil saya Nyonya Park dan dia Sekretaris Moon, dia yang membantu putra saya dan juga merawatnya saat di kantor. Sekretaris Moon perkenalkan, dia adalah dokter yang menangangi Min Hyun tadi malam. Maaf kalau boleh tahu, siapa nama Anda?" Wanita itu menatap kedua gadis di hadapannya bergantian.

"Saya Kwon Ba Da." Gadis itu lalu tersenyum, kemudian menyalami dua kerabat pasien itu.

"Saya Perawat Nam, Nyonya." Gadis itu masih sibuk dengan perkakas medis di rak geser di sampingnya.

"Nama yang sangat indah, Ba Da berarti laut, kan? Orang tua Anda benar-benar kreatif. Betul tidak, Sekretaris Moon?" Wanita itu terkekeh pelan dan menyentuh tangan Ba Da akrab. Di dalam hatinya juga merasa takjub dengan nama itu, karena nama ini sangat jarang dipakai di masyarakat Korea Selatan.

"B-benar, Anda benar, Nyonya." Sekertaris Moon bicara terbata-bata, senyumnya bahkan terlihat dipaksakan.

"Terima kasih." Ba Da kembali tersenyum,

"Ibu ...." Terdengar suara parau dari arah brankar, semua mata langsung menuju ke arah sumber suara itu.

~oOo~

Author note : Wah, akhirnya bisa republish bab terbaru. Bagaimana? Makin penasaran dengan cerita dan keseruan baru dari My Beautiful Sea? Jangan lupa masukkan ke reading list, supaya dapat notifikasi update-nya! See you!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top