32


Aku merasa canggung bila harus satu ruangan dengan bos. Kami menginap di sebuah hotel. Kami melarikan diri setelah papa bos naik pitam. Tentu saja, orangtua mana yang tidak marah jika anaknya tidak mau menurut demi kebaikannya sendiri?

Namun, lain lagi dengan bos. Sebagai seorang anak, ia juga memiliki kebebasan memilih pasangan hidup. Mencari jalan hidup yang ia inginkan. Ia tidak mau terus ditekan oleh papanya, apalagi setelah ia tahu bagaimana kedok keluarga Jennie yang sesungguhnya.

Kali ini, aku mendukung bos. Bukan karena aku tidak rela bos menikahi Jennie, melainkan karena aku pun tahu, Jennie gadis seperti apa.

"Kenapa masih diam disitu? Ayo tidur."

"K-kenapa cuma pesan satu kamar??"

"Kau tahu kan? Usahaku hampir bangkrut. Aku tak membawa uang banyak seperti biasanya. Jadi maklumlah."

"Maaf. Aku tidak bermaksud-"

Tanpa aba-aba, bos mengangkat tubuhku dan menjatuhkannya di atas kasur. Aku sedikit takut. Apalagi melihat tatapan matanya yang begitu lapar. Membuatku ingin pingsan saja.

"Kau sulit sekali ya diberi tahu.. ini akibatnya kalau kau tidak segera menuruti perintahku.

Sekarang tidurlah.."

Bos membisikkan kalimat itu tepat di telinga kiriku. Posisi tangannya yang masih bertumpu di kedua sisi tubuhku, membuatku harus menahan napas berkali-kali.

"Bernapaslah.. aku tidak ingin calon istriku meninggal hanya gara-gara ketampananku. Kau harus membiasakan diri dengan wajah tampanku mulai hari ini. Mengerti?"

Seolah-olah bos tahu arah pikiranku, ia menyombongkan ketampanannya sambil membelai pipiku.

Kuatkan aku..

Siapapun pasti tak akan ada yang menolak jika Bos Taeyong melakukan hal semacam ini padanya.

"Ya sudah. Kau tidurlah."

Bos beranjak dari kasur dan menyelimuti tubuhku.

"Bos mau kemana?"

"Aku akan tidur di sofa."

Aku rasa Tuhan memang sudah menganugerahkan sosok seperti bos untuk kehidupan mendatangku. Aku bangga padanya, betapa gentle dirinya sebagai pria. Lagi-lagi ia membuatku kagum. Dan aku sadar akan kekagumanku padanya selama ini. Aku menyesal terlalu menutupi perasaanku pada bos, sementara aku selalu mengulas bahwa aku mencintai Doyoung.

Semoga kami benar-benar berjodoh.

"Kenapa masih menatapku? Apa kau berharap aku tidur satu ranjang bersamamu?"

"Hah? Apa!"

"Simpan itu untuk nanti, Sayang. Kita akan melakukannya setelah pernikahan. Sekarang tidurlah."

Laki-laki itu--

Ia merespon pertanyaanku dengan mesumnya. Senyumannya yang sekilas tersungging menjadikanku tak sabar ingin menciumnya. Astaga!

Aku hanya ingin pria yang kupanggil bos itu berhenti menggodaku.

Walaupun aku suka.

Sekarang, bagaimana aku akan tidur? Memikirkan kelanjutan hubungan kami saja aku sudah tidak sanggup.

........................

Tak terasa, terik matahari pagi sudah menyembul dari balik jendela. Aku mengerjapkan mata dan bergegas bangun.

Sekarang, apa yang harus aku lakukan??

Kulihat bos masih tertidur pulas di atas sofa. Entah dia bangun maupun tidur, dingin maupun hangat, marah ataupun bahagia, wajah tampannya tak ada ubahnya.

Aku semakin betah jika di pagi hariku yang membosankan, aku bisa menemukan kenyamanan yang seindah ini. Berada di samping bos dan meneliti habis kesegaran wajahnya. Keringat-keringat kecil yang membasahi kening dan lehernya membuatku semakin tergila-gila.

Aku hendak mengayunkan tanganku untuk mengusap butiran keringat itu, namun tangan bos menangkap tanganku. Ia tiba-tiba bangun dan menempelkan bibirnya pada bibirku.

"Morning kiss."

Pipiku memerah. Kalau diingat-ingat, bukankah bos selalu mengejutkanku dengan ciuman dadakannya??

"Kenapa dengan wajahmu? Apa kau marah aku menciummu?"

"Iya. Kau bau."

"Memangnya kau tidak bau?? Seluruh dunia pun tau, orang sepertiku selalu menjaga kebersihannya dengan baik. Bahkan nafasku pun juga sama bersihnya."

"Iya.. iya. Terserah, Bos."

"Setelah ini, kita mau apa?"

"Kau mau apa??"

Bos malah bertanya balik dengan melayangkan pandangan mengerikan itu lagi. Pikirannya pasti sudah mulai liar.

"Bos, aku tidak bercanda. Aku tidak bisa tidur nyenyak sebab masalah hubungan kita yang tidak mendapat persetujuan papamu. Lalu bagaimana?? Kenapa Bos malah main-main denganku?"

"Iya.. Maaf."

Bos menunduk. Kemudian, ia bangkit dari sofanya dan berdiri menatap ke luar jendela.

"Suhu di luar mulai dingin. Sebentar lagi tak akan ada kehangatan yang menyelimuti tubuh kita. Namun satu hal yang ingin aku katakan padamu, Sohyun."

"Kau adalah kehangatan yang nyata bagiku. Aku sangat yakin, kita akan menyatu dan membawa kedinginan ini pergi menjauh."

"Badai pasti berlalu. Percayalah itu. Mungkin tidak hari ini, tetapi lambat laun Papa akan mengerti kenapa aku tidak suka Jennie."

Bos berbalik dan mengangkup kedua pipiku. Pandanganku memburam. Tak kusangka, bos yang selama ini kupikir tidak punya hati dan cuek, ternyata bisa selembut ini.

Aku seperti menemukan mutiara di dalam cangkang kerang yang terselip dari balik semak-semak berduri. Ketulusan hatinya terkemas dan tersembunyi dengan rapi hingga aku baru mengetahuinya.

"Serahkan semuanya padaku. Yang harus kau lakukan adalah, tetap disampingku. Berdoalah, semoga masalah kita cepat selesai."

.............................

Aku dan bos baru saja check out dari penginapan. Entah kemana kami akan pergi, yang jelas kami harus barpindah posisi.

Sebenarnya, tidak mungkin jika kami terus berlari tanpa menghadapi masalah yang sudah pasti ini. Bukannya mendapat solusi, yang ada hanya akan menambah depresi.

Aku bingung. Sangat bingung.

Apa ada jalan keluar dibalik semua kekacauan ini?

Di tengah keheningan mobil, suara dering ponsel bos menggema.

"Siapa, Bos?"

"Mama."

.

.

'Taeyong, pulanglah. Mamamu sakit.'

Sepatah kata tersebut sempat kudengar melalui pembicaraan bos. Suara seseorang yang pernah menganggu ketenanganku. Dan aku tidak percaya, dia yang menelpon bos menggunakan ponsel mamanya. Kalau begitu, keadaan mama bos memang sangat buruk.

Aku dapat melihat raut kekhawatirannya sepanjang perjalanan mengebut kembali ke rumah mewah itu.

.............................

"Ma!!"

"Mama!!"

Sesampainya di rumah, bos tidak berhenti meneriaki mamanya. Kecemasan yang melanda pikirannya itu membuat bos menggila. Ahjumma memiliki riwayat penyakit jantung, tidak heran jika bos sebegitu cemas dan takut.

"Akhirnya pulang juga kamu!!"
"Mau jadi tukang kelayapan??"

"Pa, mana Mama?"

"Sudahlah Taeyong. Terima saja pernikahanmu dan Jennie. Kalau perlu sekarang juga Papa akan menikahkan kalian."

"Pa, Taeyong tanya, dimana Mama?!"

"Mamamu sedang istirahat di kamarnya. Kau lihat kan? Dengan masalah sekecil ini saja Mamamu sudah sakit. Apalagi kalau masalahnya semakin besar, apa yang akan terjadi pada Mamamu?? Kau pasti tau!"

"Pa, percaya sama Taeyong. Jennie itu bukan gadis baik. Keluarganya juga bukan keluarga baik-baik. Aku takut Papa akan menyesal jika aku dan dia menikah nanti."

"Tidak tidak tidak! Papa sangat mengenal sahabat Papa.

Tuan Kim, alias Papa Jennie itu orang yang sangat bijak dan amanah. Dia sangat baik dan jujur. Kau yang tidak tau apapun sebaiknya tutup mulutmu dan berhenti membicarakan hal yang tidak-tidak!"

"Pa--"





































"Papamu bener, Lee Taeyong."































Jennie. Aku benci sekali menyebut namanya. Kenapa ia selalu ada di tengah-tengah kami??

Kenapa harus Jennie??

Orang yang sama dengan orang yang telah mengambil cinta pertamaku. Dan sekarang, ia akan mengambil bos juga dariku. Bukankah dia serakah??

"Jennie!! Tolong urus urusanmu sendiri! Berhenti jadi duri dalam keharmonisan keluargaku! Dasar kau murahan!!"


















Plakk..!!!


























"Kurang ajar kau! Atas izin siapa kau berhak merendahkan menantuku seperti itu, Lee Taeyong!!"

"Papa rasa gadis peramal itu sudah benar-benar meracuni pikiranmu! Kemana otakmu pergi, Taeyong??

Sungguh keterlaluan!"






"Pa! Aku merendahkannya bukan tanpa alasan. Dia memang wanita penggoda. Dia berkencan dengan siapa saja dan memoroti habis uang pria yang membawanya.

Papa mau, aku menikah dengan gadis licik seperti itu?"










"Astaga, Om. Aku sakit mendengar calon suamiku sendiri berkata begitu.. aku sungguh bukan gadis murahan. Aku hanya mencintai Taeyong. Semenjak Sohyun datang, Taeyong jadi berubah sikap padaku. Ia sampai memutuskan hubungan kami gara-gara membela gadis itu."

"Heh?! Jangan munafik! Kau seharusnya berkaca, apa pantas dirimu ini disandingkan dengan Sohyun? Sohyun jauh lebih baik di atasmu. Dia adalah gadis tipeku. Sebaiknya kau pergi dan jangan menghalangi pernikahan kami."

"Tidak, Yong! Aku. Hanya aku yang pantas menikahimu. Bukan dia!!"

Aku tak dapat berkutik. Adu mulut di antara mereka membuatku membisu seketika. Aku tak berhak ikut campur karena aku bukan bagian dari keluarga bos maupun Jennie. Aku orang asing disini. Dan bagaimana rasanya jika orang asing sepertiku ternyata menjadi akar permasalahan di antara dua anggota keluarga yang tadinya berhubungan baik??

Aku seperti bom yang sewaktu-waktu bisa meledakkan mereka menjadi serpihan kecil-kecil hingga mereka tak dapat disatukan lagi.

"Taeyong! Kau sudah melewati batasmu!!"

Papa bos mencengkeram lenganku dan menyeretku keluar dari rumah mewah ini. Aku yang tak punya tenaga cukup pasrah terombang-ambing dengan rasa sakit di lengan.

"Pergi kau darisini! Jauhi Taeyong karena dia tetap akan menikah dengan Jennie!"

"Ta-tapi Ahjussi??"

"Aku selama ini mendiamkanmu. Tetapi bukan berarti kau bisa mengendalikan anakku semaumu. Pergi!! Dan jangan kembali!"

Sebelum aku berjalan menjauh, aku mendengar suara ketukan sepatu pantovel milik bos. Ia saat ini berlari mengejarku dari dalam rumahnya.

"Tidaak! Sohyun! Jangan pergi!!"

"Apa kau lupa?? Aku memintamu tetap disampingku!"

"Sohyun!!"

Di ujung tangga yang terakhir, bos tertahan. Ia kesulitan mengatur langkah cepatnya karena Jennie mencekal tangan bos.

"Taeyong!! Hargai aku! Biarkan penganggu itu pergi!"

"Kau yang penganggu, bodoh!

Sialan! Lepaskan tangan kotormu! Aku tidak mau bersamamu!!

Menjijikkan!!"





Mungkin ini akhir dari rentetan kesialanku. Aku terpaksa pergi dan membuang jauh cintaku yang baru saja bersemi.

Bukan bos. Setidaknya, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk mendapat hidup yang lebih baik dari ini. Aku bisa memperbaiki kesalahanku di masa depan dan mungkin juga masih bisa mendapat sosok yang sempurna seperti bos.

"Berhenti, Sohyun! Kau mau begitu saja melepas Taeyong untuk gadis 'murahan' itu?"








Doyoung?!













"Oppa?"

"Apa yang kau lakukan disini?"

Aku mendongakkan kepalaku ketika tiba-tiba Doyoung sudah hadir di hadapanku.

"Tentu saja untuk meluruskan permasalahan kalian."

Doyoung membawaku kembali mendekati ahjussi. Dan disana, bos memandang Doyoung dengan wajah cemburu. Jennie yang berada di samping bos juga tak kalah bingung sepertiku.

"Ahjussi. Sebaiknya Ahjussi mendengarkan pendapat Taeyong tentang gadis itu."

Ucap Doyoung sembari mengacungkan telunjuknya kepada Jennie.

"Apa maksudmu, eoh?? Bilang saja kau kesal padaku karena aku menyakiti perasaan gadis yang kau cintai itu. Iya kan?? Aku merebut prianya.. apa kau ikutan marah??"

"Diam kau Jen. Lihat! Siapa yang ajan marah setelah Ahjussi melihat foto-foto dan video yang ada di ponselku ini."

Jennie memelototkan matanya. Aku tak mengerti, foto dan video apa yang dikatakan Doyoung.

"Ini. Ahjussi harus melihatnya sendiri.."

Kami begitu tegang, kecuali Doyoung dan ahjussi yang sepertinya antusias melihat isi dari ponsel itu. Aku menerka-nerka, sebenarnya apa yang berusaha Doyoung perlihatkan sampai-sampai membuat wajah Jennie pucat begitu??

"Apa-apaan ini, Jennie!!"

Setelah ahjussi membalikkan ponsel tersebut, barulah terlihat. Jennie bersama seorang pria sedang berciuman panas di tengah hingar-bingar suasana club malam.

Dia melakukannya lagi?? Apa dia tidak puas dengan satu lelaki??

Wanita macam apa, Jennie ini?!

"Sekarang terbukti kan, Pa. Taeyong benar! Jennie bukan wanita baik-baik!"

Sahut bos.

"B-bisa--bisa saja kan, Doyoung mengedit itu semua, Om? Zaman sudah berubah. Semuanya serba canggih. Bahkan dia bisa saja memfitnahku seperti ini!"

Papa Taeyong melempar tatapan mautnya pada Doyoung.

Tetapi, Doyoung menanggapinya santai dan kembali berfokus pada Jennie.

"E-eum..."

Doyoung berdeham sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau tak akan bisa mengelak lagi setelah kejutan kedua yang akan tiba tak lama lagi, Kim Jennie.."

Tak sampai mengatupkan bibirnya, kejutan yang dibilang Doyoung sudah datang. Tampak dua mobil polisi yang membunyikan suara khasnya.

"Polisi? Kenapa ada polisi di rumahku?"

"Ahjussi, lihat saja. Ahjussi akan sangat terkejut jika mengetahui siapa yang ada di dalam mobil tersebut."

K

ata Doyoung pada ahjussi yang semakin mengaduk-aduk kepenasaranku.

Tak lama kemudian, mobil polisi yang berada di depan itu terbuka. Tampak seseorang ditutupi mukanya berjalan dituntun polisi dengan borgol di kedua tangannya.

Polisi pun membuka penutup wajah orang itu. Dan--




"Papa!!"

Jennie berteriak ketika menyadari orang itu adalah papanya sendiri.

Aku tak menyangka!




"Jennie. Kau bisa saja lolos hari ini, kalau saja keberuntungan Sohyun dan Taeyong tidak datang.

Ahh.. maksudku, lihatlah. Papamu ditangkap polisi karena terbukti melakukan penipuan terhadap salah satu kliennya yang diajak kerjasama. Dan syukurnya, klien itu teman masa kuliahku sendiri. Jadi aku langsung tau kabar ini. Sekarang, apa yang akan kau katakan??

Sebaiknya kau pergi dari rumah ini dan urusi papamu yang akan dipenjara ini!"

Kalimat Doyoung terdengar menusuk. Namun, aku setuju. Jennie harus mendapat pelajaran atas perilakunya selama ini.

"Pa? Kenapa Papa bisa tertangkap?? Ke-kemana Mama?"

Ucap Jennie yang seketika menghambur ke papanya sambil mengguncangkan bahu papanya tersebut.

"Mamamu.. dia-- dia kabur dari setelah mendengar suara polisi di depan rumah. Dia meninggalkan Papa."

Jawab Papa Jennie pasrah. Jennie pun terpaksa pergi dari rumah bos dengan menahan urat malunya di depan ahjussi.



Seseorang akan mendapatkan hasil dari apa yang ia tuai. Begitu pun Jennie.

Seperti senjata makan tuan, dia selama ini begitu mengangkat tinggi derajatnya di depan kami. Bertingkah seakan orang terhormat. Namun apa yang ada dibaliknya adalah sesuatu yang begitu menjijikkan hingga rasanya aku ingin muntah.

Kedoknya pun terbuka bersamaan dengan aib papanya yang pada akhirnya tercium oleh polisi.

Aku bersyukur ada Doyoung yang datang dan membereskan semuanya.

Badai pasti berlalu.

Dan kini, aku tinggal menunggu langit cerah datang ke dalam duniaku.











































To be Continued.

Soooo.... panjangggg sekali ya. Maaf😅😅😅

Tinggal satu part lagi. Sebagai penutup bagian 32 ini, sekali lagi, author berterima kasih buat yang udah setia ngikutin cerita.

Dan maaf, jika kejadian-kejadian yang ada di dalamnya, maupun endingnya tidak sesuai ekspektasi kalian. Author juga penulis pemula.

Dan author cukup senang, karena ini ff author yang votenya lebih dari 2k. Semua ini berkat dukungan kalian juga sebagai seorang readers.

Thank yu so much :)


Semoga ke depannya kemampuan menulis author bisa lebih baik lagi. Sehingga bisa memuaskan pembaca dengan tulisan-tukisan yang berkualitas.

*ya allah.. ngomong apa ini aku😂

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top