27
Taeyong's POV
Tiga hari terlewati. Aku gundah gulana dikarenakan perdebatanku dengan Doyoung selepas dari Naminara kemarin.
"Tega ya kau lakukan semua ini padaku?! Apa salahku Yong?"
"Kau..?? Apa kau menyukai Sohyun?"
"Apa kau mencintainya??"
"Aku tak percaya kau menusukku dari belakang! Sahabat macam apa kau Yong?!"
Sirat kemarahan Doyoung masih meninggalkan jejak dalam pikiranku. Ia bertanya seperti itu, namun dulu ia melakukan hal yang serupa pula padaku.
"Dulu kau juga menusukku dari belakang. Kau mengambil Jennie dariku. Meskipun sekarang aku membencinya.. tetap saja."
"Menusukmu? Bagaimana bisa? Kau tidak pernah mengatakan padaku bahwa kau mencintai Jennie diam-diam."
"Jelas-jelas kau yang bersalah! Kau mempermainkanku! Kau yang salah Yong?!"
"Terserah.. terserah kau mau bilang apa. Lagipula kau sendiri yang meninggalkan Sohyun. Lalu, ketika aku mendekatinya, apa yang salah?"
"Sah-sah saja bukan?!"
"Ya! Aku tahu kau akan menjawabku seperti itu. Dugaanku bahwa kau ada perasaan dengan Sohyun selama ini, jadi itu semua benar?! Benar adanya!"
"Kau melakukan banyak hal dengan Sohyun di belakangku. Kau jauh lebih bajingan, Yong!"
"Aku akui.. mungkin perasaan yang kau alami dulu menyakitkan. Kau setiap hari melihatku berdua dan bermesraan dengan Jennie. Namun perbedaannya aku dan Jennie sudah saling berhubungan. Kami berpacaran. Tetapi dirimu??"
"Kau dan Sohyun tidak berstatus apapun. Kau tahu aku dan Sohyun dekat. Bahkan saling mencintai. Tetapi, kau diam-diam bermesraan dengannya."
"Permainan di belakang itu jauh lebih menyakitkan, Yong. Aku sakit hati olehmu!"
"Mulai sekarang, kita bukan lagi sahabat. Kita tidak saling kenal!"
Aku menghela nafas. Aku tidak pernah memperhitungkan suatu hal yang akan aku lakukan. Aku begitu ceroboh.
Doyoung benar.
Aku lebih bajingan jika melakukan permainan di belakangnya.
Aku bingung pada diriku sendiri. Untuk apa aku melakukannya dengan Sohyun?
Kami bahkan tidak saling mencintai.
Apa mungkin---
Apa mungkin Doyoung seratus persen tepat dengan dugaannya bahwa aku---
Mencintai Sohyun?
Aku memang pernah jatuh cinta. Dulu, dengan Jennie. Namun, getaran hatiku setiap kali kutatap mata Sohyun dengan Jennie adalah dua hal yang berbeda.
Jennie memunculkan suatu perasaan ingin memiliki dan ambisius. Sedangkan Sohyun-- matanya begitu teduh dan memberikanku ketenangan serta kenyamanan setiap aku jatuh ke dalamnya.
Walaupun Sohyun begitu cerewet dan menyebalkan, ia selalu membuatku rindu dengan tingkahnya itu. Dia sangat menghiburku saat aku sedang dalam mood buruk, ataupun saat aku sedang sedih.
Rasa peduliku padanya, entah bagaimana bisa muncul. Aku hanya mengikuti kata hatiku. Perlindunganku padanya bukan sekadar perlindungan yang aku tujukan pada sesama manusia. Aku bukan tipe pria yang terlalu asyik memperhatikan lingkungan sekitarku. Tetapi pada Sohyun---
Semuanya jelas berbeda. Aku memandangnya sebagai seorang wanita. Yang patut dilindungi dan diberi perhatian lebih.
Aku menyandarkan punggungku pada sandaran kursi kerjaku. Kupejamkan mata. Aku mencoba melihat kembali, ada apa dengan diriku ini?
Tiga hari menghindari kontak mata dengannya sungguh menyiksaku. Aku ingin sekali semua kembali normal. Aku dan dia bisa bebas berbincang bahkan saling mengejek. Apapun itu.
Tetapi, hatiku belum siap.
Aku belum siap menerima kenyataan.
Bahwa----
Aku benar-benar mencintainya.
.
.
.
.
Tak terasa seminggu sudah berlalu.
Aku masih belum tenang. Aku memperhatikannya setiap hari dari balik kaca ruang kerjaku. Aku sungguh menghindarinya.
Ia pasti kesepian. Aku lihat, ia juga banyak menangis. Pasti berat baginya. Ia kehilangan cintanya lagi. Kim Doyoung.
Ini menyayat hati. Mengetahui fakta bahwa ia sangat mencintai Doyoung, sahabatku.
Iya. Mereka pernah berhubungan bahkan sebelum aku mengenal Sohyun. Tetapi, ada suatu hasrat dalam diriku, dimana aku ingin sekali memenangkan cinta gadis itu. Aku ingin membuatnya tersenyum dan melupakan sedihnya. Aku ingin membuatnya tertawa sampai ia tak kenal apa itu sedih dan tangis.
Namun, apa yang bisa aku lakukan? Aku masih terlalu ragu untuk menyadari perasaanku sendiri.
Aku merasa tidak enak pada Doyoung.
Pecundangnya aku..
"Permisi, Bos. Bolehkah saya masuk?"
"Masuklah."
Seperti biasa. Aku duduk di atas kursi kerja kesayanganku. Di tengah kesibukanku, sekretarisku datang dan mengantarkan informasi buruk. Sangat buruk untuk didengar.
Perusahaanku mendapat banyak komplain dari para penyewa kios dari departement store. Selain itu, banyak owner product yang membatalkan kerjasamanya dengan perusahaanku dalam rangka pemasaran produksinya di TY Departement Store.
Seketika, penghasilanku merosot di awal bulan ini. Padahal, aku belum menggaji para karyawanku. Aku malah harus mengganti rugi atas kegagalan kerjasama dan untuk mengatasi komplainan para penyewa kios.
"Bagaimana ini semua bisa terjadi?? Kalian tidak becus mengurusnya!!"
Aku marah pada pengelola departement store-ku. Mereka lalai! Kesalahan sebesar ini sudah jelas akan membuat usahaku bangkrut.
"Maafkan kami Bos.."
"Menurut pengetahuan kami, para penyewa melakukan komplain karena perusahaan kita tidak memberikan ekualitas penjualan produk di setiap kios. Terjadi kesenjangan pembeli. Satu kios dengan produknya yang terkenal paling banyak diminati. Sedangkan kios lain sepi pembeli bahkan sampai usahanya tidak berjalan."
"Untuk pembatalan kerjasama, pihak klien berasumsi bahwa departement store kita tidak kondusif sebab kejadian komplain penyewa kios tersebut. Mereka memilih menarik kembali surat kerjasama dan meninggalkan image buruk perusahaan kita di mata klien-klien yang lain."
"SIAL! Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas semua kekacauan ini??"
Kemarahanku sudah sampai di ujung kepala. Panas. Begitulah keadaan otakku. Usaha ini sudah kubangun sejak aku berumur 20 tahun. Aku menghabiskan masa mudaku untuk bekerja keras demi kesuksesan bisnis ini. Namun--- kejadian ini....
Aku tidak habis pikir!
"Sebenarnya, kami menerima kontrak kerjasama klien dan perjanjian sewa kios berdasarkan laporan persetujuan dari divisi pemasaran. Merekalah yang menerima dan mengatur siapa saja pemasar produk yang cocok menghuni kios di TY Departement Store."
"Siapa yang bertugas mengelola laporannya?!"
"Nona Kim Sohyun."
"Panggilkan dia ke ruanganku. SECEPATNYA!"
........................
"Nona Sohyun, Anda dipanggil ke ruangan Bos Taeyong sekarang juga."
Bos memanggilku? Setelah seminggu ini kami tidak saling berbicara.
Ada apa?
Aku menarik nafas dalam-dalam. Sudah lama aku tak beradu pandang dengan bos. Tak pernah sepatah kata pun terlempar di antara kami.
Tiba-tiba, bos memanggilku ke ruangannya. Pasti sesuatu hal penting sedang terjadi tanpa sepengetahuanku.
"Permisi, Bos. Anda memanggil saya?"
Mengapa semua orang di ruangan ini tampak tegang dan ketakutan? Mereka semua juga melirikku tajam.
Apa kesalahan yang sudah aku lakukan?
"Kim Sohyun! Apa kau tahu mengapa aku menyuruhmu kemari?"
Deru nafas bos yang memburu menunjukkan bahwa ia sedang dikuasai kemarahan.
Tatapan perseptif kedua manik bulatnya membuatku ketakutan. Apa gerangan kejadian yang akan menimpaku?
"S-ssaya tidak t-ttahu, me--ngapa B-bos memanggil s-saya kemari.."
Ucapku rendah sambil menundukkan pandangan. Menghindari kobaran api yang menyembur dari kedua sorot matanya.
"Kau sudah membuat perusahaanku dilanda krisis keuangan! Banyak komplain dari penyewa kios TY Departement Store. Mereka menuntut uang ganti rugi atas penurunan jumlah pembeli. Dan kau tahu itu kenapa?
Itu karena kau dengan asal menerima kontrak pemasar produk secara asal-asalan! Kau tidak mempertimbangkan bagaimana pemerataan produk di dalam departement store-ku kedepannya!"
"Dan semua itu, berefek pada pembatalan kerjasama dengan owner produk lain! Semuanya dibatalkan!! Aku rugi besar!! Semua karena kesalahanmu, Kim Sohyun!"
"KAU DIPECAT!!"
.........................
Kau dipecat.
Kau dipecat.
Kau dipecat.
Astaga! Dua kata itu membuatku frustasi berat.
Aku dipecat?
Sementara kemampuanku menghilang tiba-tiba.
Aku sudah coba pada pasangan lain. Tetapi yang kudapat adalah hinaan dan bahkan tamparan dari para klienku atas kegagalan perjodohan mereka.
Aku pusing!!
Aku hanya bisa menangis. Aku kehilangan kemampuanku yang biasa aku gunakan sebagai penghasilan tambahan. Bahkan sekarang aku dipecat dari perusahaan!
Permasalahan hidupku jadi semakin memburuk.
Bagaimana aku harus membayar sewa apartemen ini?
Bagaimana aku menjalani kehidupanku??
Bos juga sudah mem-blacklist daftar namaku sebagai nama calon pelamar kerja yang pantas diterima.
Aku akan semakin susah mencari pekerjaan baru.
Oh Tuhan!! Kenapa aku harus mendapatkan ujian sebesar ini??
Doyoung meninggalkanku.
Aku kehilangan kemampuanku.
Aku kehilangan pekerjaanku.
Sekarang, Bos membenciku atas kerugian yang ia alami.
Aku tak tahu apapun.
Aku tidak tahu bagaimana bisa aku salah menuliskan laporan dan membuat kontrak kerja.
Yang aku tau, Doyoung-lah yang selalu memeriksa laporanku sebelum aku mengumpulkannya.
Mana mungkin Doyoung melakukan keteledoran sebesar itu.
..........................
Taeyong's POV
"Taeyong! Apa benar perusahaanmu sedang diambang kemerosotan?'
Seru Papa dengan pertanyaannya yang menyelidik. Aku sudah cukup gila dihadapkan dengan perkara perusahaan. Sekarang apa lagi??
"Iya Pa."
"Taeyong... Taeyong. Ceroboh sekali kau! Lalu bagaimana kau akan membangkitkan kembali usahamu?"
"Kau sudah hampir bangkrut. Dan kau belum menggaji para karyawan tetapmu."
"Entahlah, Pa. Taeyong bingung. Mungkin sebaiknya, aku mengusulkan pinjaman uang ke bank untuk membenahi itu semua. Aku akan memperbaiki segalanya."
"Memperbaiki segalanya?? Apa yang bisa diperbaiki, Yong?? Yang ada semua akan memburuk. Kau butuh waktu bertahun-tahun untuk menyohorkan nama perusahaanmu. Jika kau meminjam ke bank, akan ada bunga untuk setiap juta won yang kau terima. Jumlah hutang perusahaan pun akan semakin melambung. Itu akan menyulitkanmu!"
"Lalu aku harus bagaimana, Pa?? Aku pusing!! Itu solusi satu-satunya!"
"Ada solusi lainnya Tae!"
"Kau harus menikahi Jennie!"
To be Continued.
Kayaknya, aku bakal segera nyelesain cerita ini deh.
Jadi, jangan lupa pantengin terus ya..
Soalnya, ini episode2 terakhir..
Eheheh.. udah kayak sinetron aja.
Semoga kalian suka ya😊
Btw.. isi dari bagian ini semua rekayasa dan khayalan author aja. Author sama sekali nggak paham urusan bisnis.. kerjasama.. blah blah...
Jadi harap maklum😆
Next (?)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top