TORNADO DI MARKAS
EKO MENDEKAP TUBUHKU hingga semalaman penuh. Lelaki itu mengurung diriku di dalam tubuhnya dan tak mau melepaskanku. Dan selama semalaman itu juga wajahku merah bagaikan kepiting rebus.
Kupikir dia minta ajarkan cara mengisi peluru untuk Beretta 93, dan ternyata malah ini yang dilakukannya.
Tuhan....kenapa aku bertemu dengan partner mesum kuadrat kayak dia sih?
÷÷÷÷÷
(Author POV)
Eko dan Rinka duduk berhadapan di atas kasur. Keduanya menatap gambar-gambar mayat yang berhasil 'dipinjam' Eko dari album milik Rufus kemarin.
Rinka mendengus "hebat sekali kau, bisa 'meminjam' gambar-gambar ini dari Rufus tanpa ketahuan" ucapnya sambil membuat tanda kutip di udara.
Eko nyengir lebar "bisa dibilang itu adalah kemampuan alamiku"
"Eh Ingger itu apa? Kalau Aussie kan Australia"
"Ingger itu Inggris. Di pasar bawah tanah memang begitu panggilannya supaya tak ketahuan"
"Oohh"
Eko mengangkat salah satu gambar dan memandanginya "aku merasa akan ada sesuatu yang besar akan terjadi"
"Benarkah?" Tanya Rinka
Eko menggeleng lalu menatap Rinka "bagaimana kabar adikmu?"
Rinka menegang, dia mati-matian menahan air mata yang akan keluar
"Dia....baik-baik saja" ucapnya dengan nada ragu
Eko menatap Rinka dengan tatapan tajam dan mendekati gadis itu "apa ada yang kau sembunyikan?"
"Tidak ada"
"Bohong"
Rinka mendengus "aku heran kenapa para lelaki selalu berhasil mengetahui kebohongan para gadis"
"Itu karena salah satu tulang rusuk kami berada di tubuh kalian"
"Benarkah?"
Eko tertawa dan mendorong Rinka hingga dia telentang di kasur. Lelaki itu berbisik di telinga Rinka "aku melihat isi tempat sampahmu, sayang. Jangan berbohong padaku"
÷÷÷÷÷
Keringat membanjiri tubuh Rinka saat Eko memperlihatkan surat yang dirobek-robeknya kemarin. Lelaki itu sudah menyatukan semua potongannya dengan plester.
"Kau diancam kan? Pantas saja kau tak mau pergi menyelidiki"
Rinka mengangguk
"Kau pingsan juga karena mengingat surat ini"
Rinka kembali mengangguk, air matanya mulai merebak
"Aku tak tahu dimana adikku minggu ini. Kata ibu asuhnya, dia menghilang empat hari yang lalu"
Rinka tak bisa lagi menahan air matanya dan membiarkan air itu meluncur dari matanya. Matanya membuka saat merasakan tangan seseorang yang mengusap pipinya.
"Eko?"
"Dengar, tidak ada waktu untuk bersedih. Kemarin aku membaca file kasus yang disimpan di gudang"
"File kasus? Memangnya ada ya?"
Eko mengangguk "kumpulan file itu dikumpulkan oleh anggota Underground Bullet sebelum kita"
"Lalu, apa yang kau temukan?"
"Sepuluh tahun yang lalu ada seorang pembunuh yang suka membagi-bagikan tubuh korbannya pada orang lain sebagai tanda bahwa orang yang menerima bagian tubuh itu akan menjadi korban selanjutnya"
"Apa nama pembunuh itu?"
"Dia tak punya nama. Tapi media di zaman itu menyebutnya sebagai 'Anonymous Killer'"
÷÷÷÷÷
"Anonymous....killer?" Ucap Rinka dengan nada ragu
Eko mengangguk "disebut begitu karena dia tak punya nama, tapi selalu meninggalkan huruf 'A' dan 'K' di tubuh korban"
"Lalu....apa si Anonymous itu masih hidup?"
Eko menggeleng "dia sudah tewas delapan tahun yang lalu"
Rinka membelalakkan matanya "benarkah? Bagus dong!"
"Tapi Indonesia dihantui ketakutan selama dua tahun tau!"
"Maaf deh..." ucap Rinka sambil mengangkat tangannya "jadi, siapa yang kita hadapi kali ini kalau bukan si Anon tadi?"
Eko menatap Rinka dalam-dalam "Copycat dari Anonymous Killer"
÷÷÷÷÷
Tumpukan kertas dan map berhamburan di dalam gudang, membuat Budi mengernyitkan keningnya dalam-dalam. Seingatnya tak mungkin ada kucing yang masuk ke dalam markas, dan tak ada yang memelihara kucing ataupun hamster disini.
Dan pandangannya tertumbuk pada topi fedora warna hitam yang tergeletak di atas meja, tangannya langsung mengepal kuat mengingat hari ini adalah waktu piketnya
"EKOOO!!!!" Teriaknya
Eko dan Rinka mendengar teriakan Budi yang menggelegar dari lantai bawah, Eko yang mendengarnya langsung melompat ke bawah kasur Rinka.
"Sial! Topiku tertinggal di atas meja!" Gumam Eko, sebal
Terdengar suara langkah kaki Budi yang menghentak-hentak di tangga. Setelahnya pintu kamar berdebum kencang, menampakkan Budi yang berdiri sambil membawa sapu dengan ekspresi marah.
Rinka merinding saat melihat wajah Budi. Jangan ditanya bagaimana reaksi Eko
"Duh, rasanya ada setan di belakang Budi. Roni benar, orang jomblo memang mematikan!" Gumam Eko
"Eko dimana Rinka?" Tanya Budi -sambil tersenyum iblis-
"Di...dia ada di bawah kasur" jawab Rinka, jujur.
Budi berjalan mendekati kasur milik Rinka dan menyodokkan gagang sapu ke bawah kasur, membuat Eko yang dibawah berteriak kesakitan karena gagang sapu mengenai perutnya
"Gila! Sakit tau!" Teriak Eko,murka.
"Hei, kau sudah membuat gudang berantakan! Kau memasukkan tornado ya? Cepat bersihkan sana!" Balas Budi tak kalah nyaring
Eko melengos dan mengambil sapu yang diberikan Budi lalu pergi ke luar kamar.
÷÷÷÷÷
Sambil membersihkan gudang (yang bagaikan dilewati tornado) Eko melihat-lihat file kasus yang ada di dalam gudang. Matanya melebar saat membaca file Anonymous Killer, ternyata berkas itu memiliki catatan tambahan
"Yang benar saja, dia memiliki anak?!"
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top