SURAT TERKUTUK DAN PARTNER YANG MESUM
RINKA MEMBACA SURAT di hadapannya dengan ekspresi campur aduk. Marah, khawatir, sedih semuanya bercampur menjadi satu. Dengan kesal, dia merobek-robek surat itu hingga menjadi serpihan-serpihan kecil dan membuang semuanya ke tempat sampah.
Dia berjalan keluar dan mendekati Eko yang berbaring di sofa ruang tamu.
"Eko?"
Lelaki itu melirik Rinka dan tersenyum "ya sayang?" Tanyanya usil
Rinka langsung menjitak kepalanya "aku bukan yayangmu tau!. Omong-omong apa kau sudah memecahkan syair itu?"
"Aku tahu tempat yang mungkin jadi tempat di syair itu. Mau coba?"
Rinka mengangguk sambil tersenyum senang "boleh!!"
÷÷÷÷÷
Pasar Gelap bawah tanah, distrik tiga. Jam 00.00 WIB.
Rinka dan Eko melewati kios-kios pedagang yang menjual benda-benda yang 'tabu' di permukaan. Senjata dan amunisi ilegal dijual bebas disini.
Sebenarnya, Rinka sudah tahu tempat ini. Tapi dia tak pernah mengunjunginya barang sekali pun.
Eko tiba-tiba berhenti didepan sebuah toko yang remang-remang dan menggengam tangan Rinka dengan kuat. Sebelum mencapai pintu, Eko berbalik
"Rinka, dengar" ucapnya "apapun yang terjadi, jangan melepaskan tanganku. Disini bukanlah tempat yang ramah bagi perempuan, paham?"
Rinka mengangguk dan Eko kembali berjalan. Dia membuka pintu dan keduanya pun masuk.
÷÷÷÷÷
Rinka meringis dan sesekali bergidik ngeri saat melihat bangkai manusia yang digantung di langit-langit. Bagaikan daging yang siap di perjualbelikan.
Kebanyakan dari mereka dalam kondisi memprihatinkan. Tubuh mereka penuh luka-luka. Darah mengucur dari luka-luka itu. Raut wajah mereka menyiratkan bahwa mereka mengalami penyiksaan terlebih dahulu sebelum meninggal.
"Hai Riko!!" Ternyata Eko memakai nama palsu disini.
Rinka menoleh dan melihat seseorang yang menyapa mereka. Eko tersenyum dan mendekati orang itu.
"Hai Rufus! Kau punya barang baru ya?" Balas Eko sambil menyeringai
Orang itu membuka tudung jas hujan hitamnya dan memperlihatkan wajahnya. Rambutnya berwarna cokelat terang. Berbeda dengan rambut Rinka yang berwarna cokelat gelap.
Rufus tersenyum senang dan mengangguk, lalu dia melirik Rinka yang bersembunyi di balik punggung Eko
"Dia siapa Riko?"
"Pacarku" sahut Eko
"Dia cantik"
"Memang"
Rinka merasa wajahnya memanas seketika.
"Kau punya barang baru?"
Rufus mengangguk lalu mengambil sebuah buku album berwarna hitam yang terlihat baru. Eko membukanya dan mulai melihat-lihat isinya.
Demi Tuhan. Kumpulan foto itu sebaiknya tidak dilihat saat sedang makan.
÷÷÷÷÷
Rinka merasa mual saat melihat kumpulan foto mayat yang di tampilkan di album itu.
Usus terjuntai, kepala terbelah, rahang yang robek,lengan yang tercabut, bahkan mata yang dicongkel diperlihatkan dengan sangat jelas.
Rufus melihat reaksi Rinka dan mengetuk bahu Eko
"Ada apa Rufus?"
"Aku kasihan dengan pacarmu. Sebaiknya dia keluar saja jika memang tidak tahan."
Eko melirik Rinka dan dibalas dengan gelengan kepala. Eko kembali menoleh dan menatap Rufus "katanya tak masalah, dia hanya belum terbiasa"
"Ohh"
Eko menutup album itu dan balik menatap Rufus "apa akhir-akhir ini ada barang baru yang datang? jenis luar?"
Rufus mengangguk "ada. Satu pria, satu wanita"
"Hasil mana?"
"Ingger dan Aussie. Keduanya karena pembunuhan"
"Apa ada seseorang yang membelinya dalam bentuk eceran?"
Rufus terlihat berpikir sejenak lalu berkata
"Ada, dia membeli sepasang telinga dan sepotong tangan"
÷÷÷÷÷
Rufus mengajak Eko dan Rinka ke tempat penyimpanan mayat baru. Ruangan itu bagaikan kulkas raksasa. Dengan suhu dingin yang mampu menembus tulang.
Rinka mengigil saat melangkahkan kakinya ke dalam. Tapi tidak dengan Eko, lelaki itu terlihat biasa-biasa saja.
Rinka sadar sebenarnya dia sendiri nyaris jadi psikopat setelah membaca surat itu. Surat yang baru datang pagi tadi...
÷÷÷÷÷
Kepada: Rinka Aurora
Adikmu ada ditangan kami. Jika kau memecahkan syair itu dia akan mati.
Salam,
AK
Rinka merasa kepalanya sangat pusing dan pandangannya mengabur saat mengingat isi surat itu, langkahnya goyah dan ambruk ke lantai. Hal terakhir yang dia lihat adalah Eko yang menatapnya panik.
÷÷÷÷÷
(Rinka POV)
Kulitku serasa hidup saat aku merasakan sesuatu yang hangat, bergerak, mulus, dan berbentuk kotak.
Oke, aku tahu 'benda' apa ini.
"Hai baby" sapa Eko "Good morning"
Aku mendengus meski begitu wajahku memerah "Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikan itu"
Eko menggesek-gesekkan dadanya yang telanjang dengan tubuhku sambil mendesah, sial pikirannya jelas kotor sekali!
Anehnya, aku menyukai kebiasaannya ini. Ya Tuhan, kenapa aku punya partner yang mesumnya tingkat dewa kayak dia sih?
Eko berhenti menggesekkan tubuhnya dan merangkak diatas tubuhku. Bibirnya bergerak maju dan mengecup pipiku yang merona.
"Mmm....fascinating" oke, sekarang dia meniru Benedict Cumberbatch.
Tapi saat bibirnya bergerak mendekati bibirku, aku langsung menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk. Matanya membuka dan menatapku
"Kenapa kau menghentikanku?"
"Biarkan para gadis yang berkuasa sekarang" bisikku dan mengecup bibirnya.
Eko menyeringai "akhirnya kau berubah juga"
Eko membalikkan tubuhnya dan membiarkan aku yang berbaring di atasnya
"Kenapa kau tadi pingsan?"
"Aku....hanya tak enak badan" jawabku, bohong.
"Kau nyaris membuatku mati karena serangan jantung tadi" ucapnya dengan nada khawatir dan marah
"Maaf" bisikku lirih
"Tak masalah" ucapnya sambil tersenyum, jarinya menghapus air mataku yang mengalir "omong-omong bisakah aku mendapatkan jatahku malam ini?"
Aku mengangguk dengan semangat "tentu saja!"
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
Hayoo kira-kira apa jatahnya ya?? Ada yang bisa nebak???
Lanjut? Komen please!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top