EMPAT PEMUDA YANG TERTANGKAP BASAH

RONI MENGERNYITKAN KENING. Begitu juga dengan yang lain

"Apa maksudmu Eko?"

"Paket yang sudah diterima polisi sudah berapa buah?"

Roni berpikir sejenak lalu menjawab "tiga"

Eko menyodorkan selembar kertas pada Roni "bacalah dan kau akan paham maksudku"

Roni mengambil dan kemudian membacanya, matanya melotot seolah akan keluar dari tempatnya

"Jadi, dia juga akan melakukan hal yang sama?"

Eko mengangguk "ya, dia mengikuti jejak ayahnya. Dan juga mewarisi dendamnya"

"Jadi bisa dipastikan dia akan beraksi hari ini" ucap Eko, lagi.

÷÷÷÷÷

Erick menghirup kopi hangatnya dengan khidmat. Tegukan demi tegukan kopi mengaliri tenggorokannya dengan mudah.

"Hei, apa pendapat kalian tentang mayat itu?" Cetus Andi

Erick berhenti meminum kopinya dan menatap bawahannya itu. Andi memang baru tahun lalu masuk ke kepolisian, tapi karena kinerjanya yang bagus dia dipindah ke divisi kejahatan berat yang dikepalai James.

"Menurutku sih cuma mayat biasa" sahut Roy sambil mengunyah sekeping keripik kentang

James berhenti memakan kuaci kesukaannya "ya, tapi dia terpanggang sempurna"

"James!!" Seru Andi "entar kualat loh!"

James mengangkat kedua tangannya "maaf!!"

"Apa kalian tidak curiga dengan paket itu?"

Pertanyaan Erick membuat yang lain terdiam. Entah sejak kapan, aura misterius mengambang dalam udara di ruangan ini.

"Ini paket ketiga kan? kenapa aku berfirasat buruk tentang ini ya?" ucap Erick lagi.

÷÷÷÷÷

Eko, Roni, dan anggota Underground Bullet yang lain mengendap-endap keluar dari bawah tanah. Setelah melewati saluran air dan terowongan lumut (terowongan ini benar-benar penuh dengan lumut!), akhirnya mereka berhasil sampai ke permukaan.

Udara kota yang (untungnya) terasa segar ditengah malam merangsek masuk ke paru-paru. Menghilangkan ingatan mereka semua tentang sekoloni lumut yang berjuntai di terowongan tadi.

Eko keluar terlebih dahulu, diikuti dengan Roni, Budi, dan Ren. Kirana, Rinka, dan Elena tinggal untuk menjaga markas.

"Sepi ya?" Bisik Ren, tangannya menepuk nyamuk yang terbang melewati telinganya.

"Memang, ini sudah tengah malam." Balas Roni

Kemudian mereka berlari menuju kantor pusat kepolisian, tempat yang nantinya akan menjadi saksi bisu sebuah kejadian luar biasa...

÷÷÷÷÷

Kini, mereka sudah sampai di kantor polisi. Keadaannya saat ini tenang-tenang saja, beberapa lampu ruangan ada yang dimatikan. Tapi ada juga yang masih menyala termasuk ruangan divisi Kejahatan Berat.

Roni langsung menghentikan para anggota UB (Underground Bullet) yang ingin memasuki wilayah kantor lewat gerbang depan.

"Kenapa?" Tanya Budi

Roni menyeringai "lewat belakang saja, petugas pos jaga masih terbangun. Kita tak akan diterima dengan mudah disini, lagipula si pelaku pasti akan curiga saat kita datang,"

"Jadi?"

"Ikuti saja aku."

÷÷÷÷÷

Pintu belakang yang dimaksud Roni ternyata adalah pintu belakang gudang arsip yang sudah ditutup. Dengan mudah, Roni dan Eko menarik kayu yang dipaku sebagai penghalang pintu dan melenggang masuk.

Gudang arsip itu sangat berdebu. Penuh dengan tumpukan kertas dan buku serta kumpulan map tebal berlapis jaring laba-laba.

"Kira-kira sudah berapa lama mereka tidak membersihkan tempat ini ya?" Celetuk Budi

Ren langsung bersin saat wajahnya tak sengaja menabrak jaring laba-laba "entahlah, mungkin sudah berpuluh-puluh tahun."

Eko menaruh telunjuk di bibirnya, menyuruh Ren dan Budi untuk diam. Roni berjalan perlahan-lahan, tangannya sudah bersiap menggapai gagang pintu gudang dan....

Tiba-tiba, pintu itu terbuka lebar. Membuat sinar lampu menyeruak masuk ke gudang. Seorang pria berumur 30-an berdiri di ambang pintu dengan wajah heran.

"Sedang apa kalian disini?"

÷÷÷÷÷

Tubuh Eko, Roni, dan yang lain menegang seketika. Wajah mereka memucat saat Erick -ayahnya Roni- menekan tombol saklar dan menyalakan lampu di ruangan tersebut. Membuat wajah keempatnya terlihat.

Kemudian, seorang pria lainnya yang lebih tua dari Erick masuk dan terlihat kaget saat melihat Eko dan yang lainnya.

"Erick, kenapa ada anak kecil disini?"

"Maaf James, tapi aku sendiri tidak tahu. Roni, masuklah ke ruangan kami dan tolong jelaskan hal ini. Yang lainnya juga!" Ucap Erick dengan nada tegas.

Eko dan Roni saling berpandangan. Ini akan menjadi ceramah yang panjang lebar.

÷÷÷÷÷

Eko, Roni, Ren, dan Budi duduk di sofa tengah ruangan. Keempatnya tengah dipandangi oleh Erick dan James. Sedangkan Andi dan Roy sedang asik berkutat di dalam gudang.

"Kenapa kalian sampai ada di gudang arsip ini?" Tanya Erick, memecah keheningan.

"Kami sedang..." ucapan Roni dipotong oleh Erick

"Aku bertanya pada temanmu yang berambut cepak ini, siapa namamu?" Tanya Erick

"Eko Andika, pimpinanmu itu pasti kenal aku kan?" Jawab Eko sambil menatap James dengan tatapan menusuk.

Erick menoleh dan melihat James -yang duduk disebelahnya- tengah terlihat pucat wajahnya.

"Tentu saja aku tahu soal kau. Adikmu yang namanya Riko Andika kan?" Balas James dengan bibir bergetar.

Eko mengangguk "ya, karenamu dia meninggal."

Erick membelalakkan matanya dan menatap James
"Kami butuh penjelasan, bisa ceritakan sekarang?"

÷÷÷÷÷

James menghela nafas "aku tak bisa menceritakannya secara rinci, tapi yang jelas delapan tahun lalu aku dan anggota sebelum kalian menangani sebuah kasus penculikan."

James menghirup kopinya dam kembali melanjutkan "korban terakhir dari si penculik adalah Riko Andika dan kakaknya," James melirik Eko yang terlihat murung "Eko berhasil kami selamatkan, tapi adiknya tewas."

"Yah....begitulah ceritanya. Jadi, bisakah kalian mengatakan alasan kalian datang kesini?"

Eko dan Roni baru akan angkat bicara saat suara ledakan bergaung dari arah lain gedung.

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top