tiga belas

"Mommy!"

Itu Alessandria! Aku mendorong Ryu kasar, berbalik dan melihat Alessandria sedang berlari ke arah berlawanan.

"Kita akan selesaikan ini nanti!" kataku ketus menatap Ryu yang nampaknya masih menata keping-keping puzzle kesenangannya yang kuputus secara mendadak. Mesum!

Lalu aku berbalik, mengejar Alessandria yang masih berlari sambil tertawa kegirangan.

"Alessandria berhenti!" teriakku.

"Ayo Mommy, kejar aku!" Dia terkikik kesenangan.

Aku mengejarnya dan berhasil meraihnya. Aku mengekangnya dalam pelukkanku.

"Jangan lakukan ini lagi pada Mommy, okay..." Aku memperingatkan, tanpa menyadari kalau itu pertama kalinya aku menyebut diri sebagai 'mommynya', "itu membuat Mommy takut..." Nah, ini yang kedua.

Tawa Alessandria berderai. Dia menciumi wajahku bertubi-tubi.

"Mommy aku menyayangimu," katanya sambil memberiku satu ciuman lagi di kening.

"Mommy juga," sahutku sambil mencubit pipinya. Alessandria tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

"Kin!"

Aku menatap ke arah Ryu di kejauhan, dia sepertinya sudah sadar sepenuhnya.

"Jangan di tengah jalan! Bahaya!" teriaknya khawatir. Bahkan dia sudah kembali menjadi Ryu yang sok perhatian.

Oh! Tapi aku baru tersadar kalau kami memang berjongkok di tengah jalur kendaraan masuk parkiran, jadi aku menggiring Alessandria ke tepi dan menggandengnya menuju tempat dimana mobilku terparkir.

Seseorang nampak melambai-lambai ke arahku dari sisi area parkir yang lain. Aku memicingkan mataku, memperjelas pandanganku.

Owh! Itu Daniel. Dia baru saja keluar dari mobil mewahnya. Memakai stelan hitam yang terlihat keren di tubuhnya. Dia memang sesuatu yang disebut-sebut mampu melebihi kata tampan.

Aku mengernyit, bukannya sekarang masih terlalu pagi untuknya datang menemui Annisa? Aku mengatur pertemuan mereka setelah makan siang. Tapi sekarang bahkan belum jam 10 pagi.

Daniel melangkah menghampiriku.

"Kau terlalu pagi," kataku ketika dia sudah tiba di depanku.

Dia mengangkat bahunya sambil tersenyum.

"Aku pikir aku ingin bertemu denganmu dulu," katanya, "sebelum aku bertemu dengan bosmu itu, aku hendak mendiskusikan sesuatu denganmu.".

"Ohh..begitukah?" Aku mengangguk-angguk.

"Kita ngopi dulu yuk," ajaknya.

"Aku tidak bisa lama, aku sudah berjanji pada Alessandria," kataku sambil mengencangkan genggaman pada Alessandria. Aku masih khawatir kalau dia akan menghilang lagi.

Daniel mengerutkan kening ke arahku. Dia terlihat kebingungan. Matanya mencari-cari ke kanan dan ke kiri.

"Mana?" tanyanya.

Aku mencibir. Masa dia tidak melihat Alessandria yang jelas-jelas berdiri di sampingku. Jadi aku mendorong Alessandria ke arahnya.

"Daddy!" Alessandria melompat memeluk kaki Daniel manja.

Daniel terkejut mendapati Alessandria sudah bergantung di kakinya. Dia juga meringis demi mendengar kata daddy yang keluar dari mulut kecil Alessandria.

"Hai!" katanya sedikit canggung, "sejak kapan kau di sini, cantik?"

"Sejak tadi. Masa Daddy tidak melihatku?" Alessandria merajuk manja sambil menarik-narik ujung baju Daniel, memintanya untuk berjongkok.

Daniel mau tidak mau berlutut, tersenyum menatap Alessandria.

"Ada apa?" tanyanya sambil mengelus rambut Alessandria lembut.

"Ada orang jahat." Alessandria berbisik.

"Oya? Siapa?" Daniel bertanya antusias. Aku turut menyimak.

"Dia meneriaki Mommy, dia menarik tangan Mommy dariku, Daddy." Alessandria cemberut.

"Siapa?" Kali ini Daniel terlihat serius, dia melirikku, meminta penjelasan. Aku bungkam. Yang dimaksud Alessandria pasti Ryu.

Alessandria menyentuh wajah Daniel yang masih menatapku, meminta perhatian. Mau tidak mau Daniel menatapnya lagi. Dia mencoba tersenyum sebisa mungkin. Tapi aku bisa merasakan kalau dia mulai gusar.

Alessandria semakin merapatkan bibirnya ke telinga Daniel dia berbisik lebih pelan, "Dia mencium Mommy, Daddy. Mommy menangis...aku takut."

"Kin?" Dia lagi! mengapa dia harus selalu menyusahkanku sih?

"Kau bicara dengan siapa di sana?" Ryu tiba-tiba muncul di belakangku, dia terdengar khawatir sekaligus menyelidik.

"Dia, Daddy." Alessandria berbisik. Daniel sontak berdiri.

Aku menatap Daniel dan Ryu bergantian. Keduanya sedang saling menatap dengan tegang. Untuk kesekian kalinya aku melihat mereka seperti ini.

"Kau..." Ryu berkata sinis.

"Ya aku," ujar Daniel sambil melangkah ke arah Ryu, dia melewatiku.

"Apa yang akan kau lakukan, Daniel?" tanyaku gentar. Tapi dia mengabaikanku.

"Kau tau? Alessandria mengatakan hal yang membuat telingaku sedikit sakit." Daniel menatap Ryu masam. "Apa kau sama sekali tidak mendengar apa yang kukatakan tempo hari? Untuk tidak merayu wanitaku lagi?" Alisnya mengangkat, memperingatkan.

Ryu mencibir. "Yeahhh...whatever." dia meludah ke aspal tepat di depan Daniel. Perbuatan yang salah! Bodoh!

Aku melihat wajah Daniel memerah. Dia mendidih. Dan pada detik berikutnya, tanpa basa basi dia mendaratkan kepalan kerasnya di pipi kanan Ryu, tanpa pria itu sempat menghindar. Itu memang sangat tiba-tiba.

"Ini untuk keberanianmu mencium wanitaku!".

Lalu detik kemudian, pukulannya kembali mendarat di pipi kirinya.

"Dan ini untuk membuat Alessandria ketakutan!"

Dan, Bukkk!

Bonus sebuah tendangan di perutnya.

Ryu langsung ambruk ke lantai. Salah satu sudut bibirnya berdarah. Dia mengerang, sakit.

Alessandria merapat dan memelukku. Dia ketakutan.

"Apa dia akan mati, Mommy?" desisnya.

"Tidak," jawabku getir sambil menatap Ryu prihatin. "Dia hanya akan mendapat pelajaran."

"Katakan pada kakakmu," Daniel berjongkok di hadapan Ryu, "aku tidak akan datang untuk meeting. Dan katakan juga, kembalikan saja lima juta dollarku dan jangan lupa pinaltynya," ucapnya tegas bercampur sinis.

"Kalau dia tidak mau, katakan kalau pengacaraku akan menghubunginya segera!" tandasnya lalu bangkit meraih kunci mobil di tanganku. Meraih Alessandria dalam gendongannya lalu menekan kunci mobilku hingga terbuka.

"Masuk!" perintahnya sambil masuk ke jok pengemudi. Aku menatap Ryu, dia masih mengerang kesakitan sambil memegang perut dan pipinya. Sebenarnya aku kasihan, tapi mau bagaimana lagi? Itu salahnya.

"Masuk, Kin!" Suara Daniel gusar karena aku belum juga masuk. Aku bergegas masuk ke bangku penumpang dengan cepat. Alessandria sudah duduk di bangku belakang dengan pucat. Dia sepertinya tidak menyangka akan melihat perkelahian berat sebelah seperti tadi.

Daniel menggas mobilku kasar, dan berhenti mendadak di depan Ryu yang sedang berusaha bangkit dengan susah payah.

"Oya, katakan juga kalau Kin mengundurkan diri. Dia tidak akan kembali lagi dari cutinya," Daniel berkata cepat. Aku menatapnya tidak setuju. Ryu kebingungan sekaligus kesakitan. Kemampuannya mencerna omongan Daniel pasti mengecewakan saat ini.

"Kau tidak bisa..." Ryu berusaha mengatakan sesuatu. Tapi Daniel kembali menggas mobilku sebelum Ryu menyelesaikan omongannya.

Aku melihat Ryu dari spion tengah, dia terlihat sedang berjalan masuk dengan terbungkuk-bungkuk. Itu tadi pasti sakit sekali.

"Bagaimana mungkin kau mengatakan padanya kalau aku mengundurkan diri? Aku tidak berencana untuk mundur." Aku cemberut, menatap Daniel yang sedang berkonsentrasi menyetir.

"Daniel!" desakku.

"Kau tidak perlu bekerja, aku akan memenuhi semua kebutuhanmu," kata Daniel cepat.

"Yeah," cibirku. "Apa sekarang kau sudah benar-benar menyukaiku? Sampai kau mau membiayaiku seperti itu?" ejekku.

"Kalau ya, sebaiknya kita sudahi saja..."

Belum aku menyelesaikan omonganku, Daniel memotongnya dengan kalimat yang membuatku tercekat.

"Karena aku akan menikahimu. Ibuku meminta kita untuk segera menikah," tandasnya tanpa sedikitpun menatapku.

Aku benar-benar sesak napas. Sepertinya dia sudah gila dalam arti sebenarnya.

Aku melirik Alessandria dari spion tengah. Dia sedang menatapku dengan senyum penuh arti. Kedua ibu jarinya mengacung ke arahku.

"Congratulation, Mommy...," katanya.

*******

Selamat hari minggu.
Jangan lupa vote nya ya...

⏬⏬

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top