[2/10]
Di matanya aku hanyalah …
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
Bahkan dalam keadaan antara sibuknya mengurus segala perilaku Frostfire, Glacier juga harus ingat sesuatu yang ia tinggalkan di rumah.
Benar, Glacier lupa menepikan jemuran.
Ia pikir hari ini akan cerah sepanjang hari, tapi masih pukul 9 awan mendung sudah menghiasi langit.
‘Aku izin pulang dulu kali, ya? Daripada jemuran basah semua. Ibu lagi nginap di rumah Nenek juga,’ batin Glacier. Tangannya dengan lihai memutarkan pulpen.
Namun Glacier menggeleng, menyingkirkan pikiran konyolnya. ‘Apa sih yang kupikirkan? Tapi yah.. Semoga saja ada tetangga yang baik hati angkat jemurannya.’
Daripada itu ia kembali terheran, bagaimana bisa ia dengan (Name) menjadi pasangan kekasih. Glacier pun masih tak percaya kalau dia sudah tidak jomlo lagi.
Iya sih, semoga ini yang terbaik.
***
Berbeda dengan hari yang terasa berjalan monoton dan sebagai rutinitas semata, kini Glacier mencari keberadaan gadisnya, (Name). Bukan tanpa alasan ia melakukan hal semerepotkan ini, tapi tidak sedikit (Name) berulah yang bisa membahayakan diri.
(Name) itu meresahkan.
Baru saja memasuki kantin, Glacier mendapati seorang anak yang hendak menyiramkan kopi panas pada (Name), sedangkan gadis itu tidak menyadarinya karena asyik mengobrol dengan karibnya.
“(NAME), AWAS!!”
Refleks Glacier mengangkat tangannya, menahan agar tumpahan cairan panas itu tidak sampai pada sang gadis. Namun dia harus rela tangannya menahan rasa panas yang menjalar.
Aksi heroik itu membuat kantin riuh seketika.
“ES TUBRUK, KAMU ENGGAK MELELEH, 'KAN?!” (Name) dengan suara (yang sengaja) cempreng bangkit dari bangkunya lalu salto ke Glacier.
Sambil meringis Glacier membenarkan, “Glacier.. ssh.. kau ini masa tidak ... aduh! Jangan ditekan lukanya!”
Dengan wajah tanpa dosanya (Name) menyengir.
“Maaf, maaf, ayo kuobati. Dan kamu!” (Name) menunjuk pelaku penyiraman. “Urusan kita belum selesai!”
Begini-begini (Name) juga bisa mengobati luka dengan panduan P3K. Yah, karena dia sering terluka kecil, entah karena jatuh dari pohon, motor, bahkan dari lantai atas bagi (Name) sudah biasa. Jadi dia harus bisa mengobati dirinya sendiri.
Sudah kebal.
“Duh.. Teladan banget sih jadi orang,” ucap (Name) sambil menepuk kepala Glacier. Tidak sulit bagi sang gadis karena tinggi mereka yang sejajar.
.
.
• Bonus •
“Aku ini banyak musuhnya!”
“Punya musuh kok bangga.”
“Heh, aku cuma ingetin kamu! Kamu harus hati-hati.”
“Jadi berhentilah membuat masalah, (Name).”
“Gak bisa. No ribut, no (Name).”
———————————
… anak kecil.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top